Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Telanjur Murka

30 Agustus 2020   21:26 Diperbarui: 30 Agustus 2020   21:23 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Nada berbeda di setiap halaman

Panjang pendek tetap mengalun perlahan

Terdiam di kata dan kalimat hinaan

Tak pantas untuk memantaskan

Oh Tuhan, apakah Engkau menjauh?

Hidupku terlalu rumit untuk melepas sauh yang jauh

Seketika dimatikan oleh ulah yang tak pernah otakku sentuh

Seolah batas dan kotak semakin tebal, tegas, kuat dan penuh

Kurobek setiap helaian

Meregang untuk sebuah kegilaan

Jika tak berhak berteriak

Lantas kenapa Engkau izinkan aku dibuat berak?

Aku manusia

Dia manusia

Engkau agungkan

Dia berani hancurkan

Tak sudi menjadi alas

Untuk sebuah mahluk yang tak jelas

Mencoba meretas utas

Untuk pilu yang tak kunjung terbebas

Kutulis sebaris dendam yang tak pernah tenggelam

Ampun Tuhan jika Kau tak berkenan

Kiranya Engkau tak henti menyiram

Agar lara segera padam

#Bandung, 30 Agustus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun