Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Kira Aku Kuat

27 Agustus 2020   01:31 Diperbarui: 27 Agustus 2020   01:29 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasar laki-laki tidak peka. Jauh-jauh kau dari hidupku. Aku kuat. Aku yakin aku kuat.

Tuhan memberiku banyak ujian. Ya aku yakin ini ujian, aku sudah ikut kelas Tuhan sedemikian banyak. Sebisa mungkin aku hadir di setiap kelas-Nya. Sampai saat ini Tuhan kira aku kuat. Aku masih berjibaku dengan perjuanganku.

Baiklah Tuhan, aku kuat, aku yakin aku kuat. Tak akan ada tangis. Jika Bram juga bukan untukku, silakan saja. Aku bisa sendiri. Aku terbiasa sendiri.

Penghuni dunia mentertawakan kesedihanku. Segera kuambil air wudhu. Kuikhlaskan segalanya.

Sajadah terhampar dengan mukena cantik berwarna pastel. Setangkai bunga dan selembar kertas berbunyi "Jika kau izinkan aku untuk jadi imammu, tunggu aku."

Bau Bram menyengat hebat, tangisku pecah.

"Terlalu rindukah aku hingga kamu selalu hadir disetiap penolakanku?"

"Aku sudah wudhu, aku siap jadi imammu."

Ya Tuhan rupanya Bram tidak pergi.

Mataku tak dapat lagi berbohong. Semoga Bram mampu membaca harap yang kutitipkan pada tatapanku.

Harmonika aku tiup, aku sudah terlalu jauh melangkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun