Semua laki-laki itu sama, jangan debat denganku. Aku yakinkan sekali lagi bahwa semua laki-laki itu sama.
Menenggelamkan ke dalam bantal berlama-lama, menarik selimut kembali lalu melamun sambil berdoa agar aku terlelap lalu bermimpi indah.
Barisan awan putih bersih sedikit tebal, kakiku cantik saat menapak dan melangkah. Rok lipit gemerlap menyempurnakan penampilanku. Rupanya Tuhan mengabulkan permohonanku. Di sini hanya aku sendiri, ya Tuhan aku benar-benar dapat berteriak tanpa mengganggu mahluk hidup lainnya.
Pantas aku dokumentasikan, kucari kamera kesayanganku, kubuat naskah tentang ratapan-ratapan yang akhir-akhir ini mengganggu hidupku. Tidaklah berlebihan jika kubilang mengganggu hidupku, karena memang dengan berjauhan dari Bram, hidupku berubah drastis, nafsu makan menurun, semangat menyambut pagi tidak ada, tarik nafas saja kalau bisa didelegasikan, akan aku delegasikan.
"Hai, Guys. Hari ini aku happy banget, penasaran kan ada apa saja di pagiku kali ini. Ikutin yuk!"
Ah, kok garing pengantar videonya ya. Hmm, bagaimana kalau begini, "Jangan ngaku bahagia kalau belum datang ke Kerajaan Awanku, di sini kamu bisa bahagia karena cuma kamu yang tinggal di sini."
Duh, makin tidak jelas.
Aku tak perlu video, aku tak perlu dokumentasi, aku tak perlu teman, aku tak perlu apapun, aku hanya perlu waktu untuk sendiri.
Pelan-pelan kuinjak barisan awan yang sudah disiapkan Tuhan. Tak ada lampu namun terang dan cerah. Tak ada alunan musik namun sangat tenangkan hati, tak ada manusia lain di sini namun sangat membuat hatiku kembali ramai dan berwarna.
"Permisi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"
"Loh kamu siapa?. Bukannya di sini tidak ada manusia lain selain aku?"