Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Om Nadiem, Bantu Kami!

15 Agustus 2020   06:38 Diperbarui: 15 Agustus 2020   07:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar; Liputan6.com

Beruntung ya mereka, lalu bagaimana dengan aku dan teman-temanku.

Yang kami tahu Zoom itu salah satu cara untuk memperbesar gambar. Selain itu mungkin kami tak paham.

Apakah cuma sekolah kami saja yang tidak tahu menahu mengenai hal ini?.

Di sebuah Headline Surat Kabar yang Bapak tumpukkan, aku membaca kembali bahwa ada siswa yang menjual dirinya untuk sekadar membeli kuota dan handphone.

Ya Tuhan, bagaimana aku yang sekecil ini menilai kasus-kasus yang disampaikan di TV atau Surat Kabar, aku hanya bisa bengong saat Bapak membahasnya sambil minum teh di teras rumah.

"Pak, memang sebetulnya apa yang terjadi sih Pak?"
"Mad, Gurumu itu pintar, saat menyadari bahwa ada yang tidak memiliki Handphone maka Gurumu mengunjungi anak-anaknya. Lelah loh dia Mad walaupun disatukan di beberapa rumah yang berdekatan tapi pasti dia lelah. Dia tak punya pilihan."
"Memang yang lain tak begitu Pak?"
"Kamu ingat tidak saat semua siswa Indonesia belajar melalu TVRI?. Itu saja tak cukup jadi solusi, karena ada daerah yang tidak bisa akses listrik lalu ketika siswa sudah siap di depan TV jam tayang nya terlewat atau karena tidak terbiasa malah lupa kalau belajar harus lewat TV."
"Jadi mereka tidak belajar Pak?"
"Menurut kamu dengan waktu dua puluh lima menit cukup untuk anak-anak seusiamu belajar?"

"Tapi setidaknya tak perlu handphone untuk proses belajarnya toh Pak?"

"Biar tidak ada orang tua yang mencuri handphone atau bahkan laptop? Biar tidak ada anak gadis yang entah benar atau tidak menjual tubuhnya?. Atau biar tidak ada anak-anak yang merasa tersisihkan ?"
"Iya Pak."

Om Nadiem, tolong kami.
Kami ingin pintar, kami ingin sekolah tapi kami juga ingin selamat.

Kami tak mau melawan alam juga melawan pemerintah. Tapi ini tidak adil Om.
Saat Virus ini belum menyergap kita, kesenjangan di dunia Pendidikan membuat kami memangis om. Mereka yang berduit bisa mengenyam Pendidikan dengan maksimal, kebutuhan mereka difasilitasi di sekolahnya.

Ada Komputer, setahuku bahkan masing-masing sudah menggunakan laptop sendiri. Itu mereka beli sendiri atau dari sekolah ya Om?. Lalu ada pelajaran Bahasa yang lebih detail tidak seperti kami yang sekadar untuk diketahui saja. Kemudian ekskul mereka yang luar biasa bikin kami menelan ludah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun