"Lantas yang membuatmu terpuruk sampai seperti ini apa lagi? Aku yakin bukan hal semalam saja"
"Yaaa, bukan hanya semalam, itu klimaksnya, itu yang paling terburuk, itu hasil rentetan hari hari sebelumnya"
Aku pandang lekat-lekat wajah Nyai, "Kau tak ingat Tuhan,kau tidak malu, kau tidak takut?
Nyai menghela nafas.
"Aku tahu aku berdosa, saat nafsu, hasrat dan malu jalan bersamaan, aku hilang akal"
"Apa ini juga yang membuat mu menjadi pribadi yang lain?" Aku bertanya lagi.
"Apa menurutmu aku berbeda?"
Nyai tak kenal lagi dengan dirinya, aku rasa.
"Kau berbeda Nyai, kau jadi pemarah, ulas senyummu seolah sirna. Kau senang menjadi sendu, matamu selalu bengkak dengan mata panda selalu menghiasi setiap hari"
Nyai beranjak mencari cermin, berkacalah dia beberapa detik, dia ulas lingkaran matanya.
Nyai tertunduk, Astagfirullah... ampun Gusti Allah...