"Sulit"
Suara Nyai tercekat, aku makin penasaran, "kau lepas masa perawanmu?"
"Hampir saja..."
Aku masih ingat betapa darah segar itu adalah kekayaan ku yang dapat aku berikan kelak,tak mungkin aku lepas begitu saja, Â Nyai menambahkan.
"Lalu hal apa yang biasa buatmu menjadi lain begini?"
"Tadi malam...."
"Kenapa tadi malam?" Kepenasaranku makin tak kuasa untuk tak aku tanyakan.
"Sehabis pesta di ulangtahun Nada, aku ga langsung pulang, kepalaku pusing, badanku bau rokok dan aku sedikit minum, aku malu untuk pulang"
Aku mencoba menebak, pasti Nyai dibawa ke tempat lain, aku yakin itu.
Nyai melanjutkan ceritanya "kepalaku berat banget, mungkin aku kurang tidur atau karena aku hanya menggunakan rok pendek dan kemben, sepertinya aku masuk angin. Pelukan semalam dari Ry benar-benar menghangatkanku, kami mabuk, saat Ry menyentuh bagian sensitifku, aku semakin hangat, desahan nafas Ry menantangku, aku lepas kemben ku, aku biarkan Ry menyusuri bra hitamku dan sedikit aku rasakan, tangan Ry menyentuh bagian dalan rok pendekku, hampir saja."
Aku terdiam, aku bingung melihat Nyai. Matanya tajam mengingat kejadian semalam, bibirnya bergetar, aku tak mau memotong ceritanya.