Mohon tunggu...
Hidwar Norseha
Hidwar Norseha Mohon Tunggu... Guru - PNS

Berbuat yang terbaik demi membahagikan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terlalu Banyak Larangan Sebabkan Anak Tak Percaya Diri

11 Juli 2020   20:10 Diperbarui: 11 Juli 2020   20:06 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih enaknya melarang? Dilarang-larang, sungguh tak enak sama sekali!

Tidak percaya diri yang melekat pada anak menjelang mereka remaja dan dewasa mungkin saja sebabnya adalah karena salah pengasuhan dari orangtua.

Biasanya si ibu yang paling cerewet melarang-larang anak jika mereka akan melakukan sesuatu yang baru.

Banyak sekali orangtua yang tak memberikan perhatian tentang pentingnya rasa percaya diri pada anak. Mereka memperlihatkan rasa tak senang terhadap kesalahan anak ketika mereka mencoba mengerjakan sendiri tugas.

Suatu ketika teman SMA ku mengirim pesan padaku. Bercerita tentang pengalaman pahitnya ketika masih remaja. Malang, bekasnya masih tersisa hingga sekarang.

Katanya, apa saja yang aku coba lakukan ketika masa kecilku, selalu membuahkan omelan (terutama dari ibu). Kata ibu, 'kau jangan ikut memasak, nanti jika sudah besar pakai pembantu saja, fokus sekolah saja biar bisa kerja kantoran', 'kau telah mencuci baju tidak bersih', 'kalau kau memasak nasi akan gosong', dan sebagainya.

Pokoknya apa pun yang aku coba lakukan selalu dilarang. Padahal aku perempuan, jika besar nanti aku pun ingin seperti orang lain, bisa memasak, bisa mencuci, dan pekerjaan perempuan lainnya.

Ketika sedang memasak aku selalu mencicipinya, takut kalau kekurangan atau kelebihan garam. Menurutku sudah sesuai rasa garamnya. Namun, tetap saja ibu mengatakan bahwa masakanku terlalu asin. Di lain waktu ibu mengatakan masakanku tidak ada garamnya.

Apa yang aku lakukan selalu salah, seolah aku bukan anak kandung saja. Anak tiri pun tak diperlakukan seperti itu.

Akhirnya, aku selalu bertindak sebagai penerima hasil. Apa pun yang aku lakukan menurutku tak ada yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun