Berdasarkan metode yang umum dilakukan orangtua untuk mengatasi keras kepalanya anak di antaranya:
Pertama, bila anak keras kepala maka orangtua juga harus keras kepala. Bila mang menolak apa yang diinginkan anak, maka apa pun yang dilakukan anak akan tetap tidak dikabulkan.
Katanya, anak jadi keras kepala karena terlalu percaya diri, bahwa setiap permintaan dan kehendaknya pasti akan dipenuhi jika ia melakukan sesuatu.
Padahal kekeraskepalaan anak adalah tuntutan baginya untuk mandiri. Pada usia dua tahun ke atas ini anak belum mampu mengendalikan diri.
Apa yang ada dibenak anak adalah apa yang diinginkannya dianggapnya selalu tersedia saat itu juga. Dia belum mengerti yang namanya mencarikan dahulu, membelikan dahulu, dan sebagainya.
Penolakan secara frontal dari orangtua atas keras kepalanya anak akan menyebabkan perasaan mereka terluka.
Apalagi jika ia memiliki saudara. Jika keinginan saudaranya dipenuhi karena memang yang diminta ada. Sementara keinginannya tidak. Dendam pasti ada dalam hatinya.
Anak-anak semacam ini akan tumbuh menjadi anak yang pendiam nantinya. Rasa percaya diri dan kemantapan hatinya mungkin saja akan hilang.
Ketika mengetahui bahwa tak seorang pun mempedulikan keinginan-keinginannya dan berusaha secara paksa menempuh caranya sendiri. Maka keadaan gelisah dan putus asa ini berangsur-angsur akan menjadi bagian dari karakternya.
Kedua, bila memungkinkan katanya apa saja tang diinginkan akan dikabulkan. Mereka menganggap bahwa anak harus diberikan kebebasan pada batas tertentu. Dengan anggapan bahwa seiring waktu berjalan maka kekeraskepalaannya akan lenyap dengan sendirinya.
Namun demikian, metode semacam ini memiliki kekurangan. Kadang anak meminta dan melakukan tindakan yang berbahaya bagi dirinya. ketika semua dibiarkan maka akan mencelakai anak itu sendiri.