Mohon tunggu...
Hidwar Norseha
Hidwar Norseha Mohon Tunggu... Guru - PNS

Berbuat yang terbaik demi membahagikan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memiliki Anak Cacat Fisik Bukan Aib!

6 Juli 2020   19:43 Diperbarui: 6 Juli 2020   19:31 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
internasional.kompas.com

Tak seorang pun orang rumah yang peduli kesulitanku. Orangtua telah berhenti menganggapku sebagai anak perempuannya. Keberadaanku adalah aib keluarga bagi mereka.

Di usia 15 tahun aku tampak seperti seorang perempuan yang berumur 50 tahun. Orangtua aku telah meninggal dan saudara-saudaraku yang laki-laki maupun perempuan tidak pernah mempedulikanku.

Hingga akhirnya aku pun menikah. Suamiku adalah lelaki yang sangat baik. Dia sangat mencintai aku. Sebelum ini, aku telah melupakan cinta dan kasih sayang.

Sekarang hari demi hari, keadaan aku semakin baik. Kini, aku adalah perempuan yang benar-benar sehat dan kuat. Allah SWT telah memberikan anak, dan sekarang aku hidup dengan bahagia.

Demikianlah, orangtua yang akan memiliki anak, hal pertama yang terpikir adalah apakah anakku sehat dan normal?

Dahulu, saya ketika melahirkan anak pertama, ibu saya bercerita. Pertama kali yang dilihat dari anak saya adalah jumlah jari tangan dan jari kaki. Entah apa sebabnya. Setelah itu baru mata, daun telinga, hidung. Lucu memang!

Hal terburuk bagi orangtua adalah ketika memiliki anak yang cacat fisik. Baik karena bawaan lahir maupun ketika mendapat kecelakaan.

Tak seorang anak pun berkeinginan mendapatkan kecelakaan dan berakibat cacatnya fisik. Tapi jalan hidup bukan kita yang menentukan. Semua sudah ditakdirkan oleh yang kuasa.

Jelas, anak yang cacat akan memikirkan cacatnya. Mereka akan rendah diri. Jika tidak dilakukan upaya untuk membuang perasaan semacam itu dari benaknya, mereka akan selalu bersedih dan murung.

Sebagai orangtua, yang memiliki anai dengan cacat fisik harus berbesar hati. Jangan sekali-kali orangtua menyebutkan kekurangan cacat fisik anak.

Lebih bijaksana jika menghiburnya dengan membandingkan atau mengajak mereka ke tempat orang-orang yang juga memiliki cacat sepertinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun