Mohon tunggu...
Cici Sintia dewi
Cici Sintia dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis Mahasiswa IMMawati Tangguh

Setiap satu hal yang disyukuri akan muncul 1000 kenikmatan yang Allah akan Kasih,,,,

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

DIGSI (Diskusi Gender): IMMawati IMM FKIP UHAMKA Dorong Gen Z jadi Pionir Kesetaraan

25 September 2024   16:08 Diperbarui: 25 September 2024   16:11 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram :@ _csn07

Pada Jumat, 15 Maret 2024, PK IMM FKIP UHAMKA 2023-2024, Bidang IMMawati, menyelenggarakan DIGSI (Diskusi Gender Bersama Ikatan) yang membahas tema: "Perlu ga sih GenZ menggaungkan kesadaran gender?". Acara ini menyoroti pentingnya kesadaran gender di kalangan Gen Z, yang lebih terbuka terhadap isu-isu kesetaraan dan keadilan gender. Diskusi membedakan kesetaraan sebagai perlakuan sama bagi semua gender, sementara keadilan gender mengakomodasi kebutuhan khusus setiap gender untuk mencapai kesetaraan yang nyata.

Gen Z hidup di era digital yang membuat mereka lebih mudah terpapar informasi, termasuk isu-isu terkait gender. Mereka dikenal kritis dan lebih peka terhadap ketidakadilan gender, terutama dalam hal ketimpangan upah, stereotip, dan representasi yang tidak adil dalam media serta dunia kerja. Namun, masih ada kesalahpahaman atau kurangnya edukasi mendalam tentang isu gender di masyarakat luas.

Diskusi dalam acara DIGSI menggarisbawahi perbedaan antara kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender berarti semua gender diperlakukan sama tanpa memperhatikan kebutuhan unik masing-masing individu, sedangkan keadilan gender menekankan pentingnya mempertimbangkan perbedaan kebutuhan untuk menciptakan kesempatan yang adil. Misalnya, kebijakan cuti melahirkan atau akses ke fasilitas kesehatan reproduksi merupakan contoh keadilan gender yang tidak semata didasarkan pada perlakuan yang sama, tetapi pada kebutuhan khusus. 

Di era modern ini, kesadaran gender menjadi sangat penting. Informasi yang tersedia secara luas melalui internet dan media sosial membantu mengangkat isu-isu gender yang dulunya tabu untuk dibicarakan. Kesadaran gender tidak hanya penting untuk perempuan, tetapi juga bagi laki-laki dan kelompok non-biner, untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung. Gen Z, sebagai generasi yang tumbuh di tengah globalisasi dan teknologi, memiliki potensi besar untuk mengubah pandangan tradisional tentang peran gender dan memperjuangkan kesetaraan dalam berbagai bidang.

Beberapa permasalahan yang masih terjadi terkait kesadaran gender antara lain:

1. Ketimpangan Upah: Meskipun sudah ada kemajuan, perempuan masih sering kali dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama.

2. Stereotip Gender: Stereotip lama seperti perempuan lebih cocok untuk peran domestik atau laki-laki harus menjadi pencari nafkah utama masih sangat mempengaruhi pembagian peran di rumah dan di tempat kerja.

3. Kurangnya Representasi Perempuan: Di banyak sektor, perempuan masih kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan.

4. Kekerasan Berbasis Gender: Kekerasan seksual, pelecehan, dan kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi masalah besar yang dialami oleh perempuan di seluruh dunia.

5. Kurangnya Edukasi Gender: Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami apa itu kesetaraan gender atau mengapa hal ini penting. Untuk mencegah ketidakadilan gender, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat. Beberapa langkah pencegahan antara lain:

1. Edukasi gender sejak dini: Menanamkan pemahaman yang benar tentang peran gender kepada anak-anak dapat menghapus stereotip dan menciptakan generasi yang lebih inklusif.

2. Meningkatkan representasi perempuan dalam kepemimpinan: Mendorong lebih banyak perempuan untuk mengambil peran penting di bidang politik, ekonomi, dan sosial.

3. Kebijakan keadilan gender: Perusahaan dan lembaga perlu memberlakukan kebijakan yang memperhitungkan kebutuhan khusus perempuan dan kelompok marginal, seperti kebijakan cuti melahirkan, kesetaraan upah, serta fasilitas kerja yang ramah gender.

4. Melawan stereotip gender di media: Media harus menggambarkan peran gender secara seimbang dan realistis, tidak lagi terbatas pada stereotip tradisional yang merugikan perempuan atau laki-laki.

Diskusi ini menjadi momentum penting bagi peserta untuk lebih memahami peran Gen Z dalam menggaungkan kesadaran gender. Dengan semakin terbukanya akses informasi, Gen Z memiliki tanggung jawab moral untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan mengubah pola pikir masyarakat yang masih bias terhadap peran gender. DIGSI menekankan bahwa kesetaraan dan keadilan gender adalah isu yang mendesak dan harus diperjuangkan bersama oleh semua gender, bukan hanya perempuan, tetapi juga laki-laki dan kelompok minoritas lainnya.

Dengan adanya acara seperti DIGSI, harapannya adalah generasi muda semakin sadar akan pentingnya peran mereka dalam memperjuangkan masyarakat yang lebih setara, adil, dan inklusif bagi semua gender.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun