Di sebuah desa yang klasik, dataran tinggi penuh pepohonan yang menghijau, surga duniawi.
Kampung nan asri dan damai layaknya negeri dongeng yang tak pernah dijamah oleh mesin dan teknologi.
Tradisi yang mengakar sedari nenek moyang masih lestari hingga saat saat ini.
Seorang ibu paruh baya bernama Ibu Maemunah berjalan terseok seok membawa 2 ekor ayam jantan berjalan menanjak menaiki anak tangga dari bongkahan batu dan pijakan tanah yang menggumpal karna berkali kali diinjak orang.
Tanjakan sejauh 100 meter membuatnya menghabiskan banyak tenaga dan nafasnya tersengal sengal.Â
" Andai saja rumah pak Kayim ngga sejauh ini, mau menyembelih ayam saja kaya mau menyembelih diri sendiri " Keluhnya dalam perjalanannya
Memang sudah menjadi tradisi setempat untuk menyembelihkan ayam jantan di hari Nyadran, hari ini Bu Mun - sapaan akrabnya - hendak mengadakan kenduri di kediamannya dan berangkat ke rumah pak Kayim dengan ayam jago yang gagah untuk segera di antarkan ke malaikat maut.
Di Suatu rumah tak jauh dari tujuan bu Mun, nampak sosok pak Paijo ikon penyayang hewan yang memiliki lusinan ayam ternak nan semok semok aduhai. Rumahnya cukup sederhana dengan kandang kandang ayam yang terawat dengan baik saat itu dirinya sedang memberi makan ayam jago kesayangannya yang bahkan tidak bisa dia hafalkan satu satu.
Dirinya bukanlah sosok yang berkecukupan namun dia selalu memberikan pakan yang cukup bagi ayam ayamnya sehingga mereka tumbuh sehat dan bernilai jual tinggi.
" Kerkerkerker geh geh ker geh ker " Begitulah caranya memanggil kesayangannya untuk berkumpul.
Tak selang lama para gerombolan ayam jantan dan betina berkerumun mengelilinginya, menunggu sang majikan membagikan pakan mereka.
Pakan ayam tersaji populasi ayam pak Paijo mulai berlomba memperebutkan dan menghabiskan jatah makanannya.
" Makan yang banyak yaa, ente ente makin nambah bobot makin laku gede di pasaran hahaha " begitu kelakar pak Paijo dengan ayam ayam kesayangannya.
" Yah untung aja sejauh ini ga ada yang jadi korban nggarangan alias musang, liat noh ayamnya pak Slamet sekandang ilang semua di bawa nggarangan ludes ngga ada yang slamet cuma yang punya aja yang slamet hahaha " Sambung pak Tarno tetangga nya yang melintas di halaman depan rumah pak Paijo
" Yo ojo ngono to No, sampean kui loh ndongane ga ada tandingane " Ungkap pak Paijo kesal
" Loh aku kan cuma ngomong doang pak Paijo, biar sampean kui lebih hati hati ngono to ? " Pak Tarno mengelak
" Iyo iyo pak, nggih muliho ngonoh istri di rumah pasti dah nungguin sampen haha " pak Paijo mengalihkan topik
" Nggih pak, yowes disitan yo " ucapnya sambil berlalu
Sembari melihat punggung pak Tarno yang tengah memikul kayu bakar diam diam pak Paijo kepikiran ucapan pak Tarno benar juga apalagi saat ini seperti nya nggarangan alias musang itu dah berani masuk perkampungan dan sering mengambil ayam ayam warga.
Akhirnya pak Paijo memiliki ide untuk memasang jebakan nggarangan di kandang ayamnya dan masuk kedalam rumah untuk  mengambil perkakas.
Disisi lain bu Mun tengah berbincang dengan pak Kayim dan sembari menyerahkan 2 ayam jant
Annya untuk disembelih
" Nuwun sewu pak Kayim saya minta tolong dikersakaken proses pemotongan ayam jantan ini untuk prosesi Nyadran keluarga kulo "
" Nggih bu Mun, ini ayamnya sudah saya potong kan dan insya allah semoga bisa menjadi berkah "
" Pak Kayim, maaf ini saya nyembelih 2 ayam loh tapi ini ko cuma ada satu " bu Mun terkejut setelah menyadari bahwa ayamnya hanya ada satu yang sudah tak bernyawa sementara yang satunya lagi entah kemana.
Sontak pak Kayim dan Bu Mun kelabakan dan kebingungan kemana gerangan ayam yang satunya lagi.
Koak koak koak koak suara yang yang sedang sakaratul maut sepertinya terdengar tak jauh dari rumah pak Paijo sontak pak Paijo langsung keluar dari rumahnya dan betapa terkejutnya pak Paijo ayam jantannya telah berdarah darah dan kelabakan berlarian kesana kemari.
Pikirannya langsung panik dan tertuju pada serangan nggarangan yang suka memakan ayam, namun saat tertegun melihat darah ayam yang bercucuran dia dikagetkan teriakan bu Mun.
" Paijooo, liat ayam ku nda ? " teriak bu Mun dari ujung jalan
" Lah ayam yang kaya gimana ? " pak Paijo masih tidak mengerti
" Ini loh aku lagi nyembelih ayam di tempatnya pak Kayim tapi yang satunya kabur ga tau kemana "
" Walaah dalaah mbekayu Mun, jadi ini ayam mu to yang sakaratul maut !! " teriaknya
" Aku kira ini ayamku kena makan nggarangan hahaha udah mau aku sambit " lanjutnya pada bu Mun
" Lah apa ga keliatan bekas gorokannya dileher Jo hahaha " sontak bu Mun pun ikut tertawa mendengarnya
" Yo apa aku tahu yang keliatan cuma ayam berdarah klepek klepek koyo ngunu kui loh " jawab pak Paijo
" HAHAHA, ayamku iki Jo, tuhhh bekas di gorok pisau bukan digigit nggarangan " ungkap bu Mun sambil menunjukan leher ayam pada pak Paijo
" Aku dah kelabakan loh bu Mun mau pasang jebakan nggarangan takutnya malah kecolongan duluaan hahaha "
Pak Paijo merasa lega karna bukan ayam yang digigit nggarangan namun juga merasa malu dengan bu Mun karna telah menyangka ayanya yang habis disembelih merupakan ayam kesayangannya yang digigit nggarangan.
" Siapa juga yang ngga terkejut kalau ngeliat ayam udah berdarah darah dan membuat heboh satu kandang ayam ayamnya. Huuuft " Batin pak PaijoÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI