Mohon tunggu...
Cici Nofia
Cici Nofia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations

Mahasiswi Public Relations yang masih gagap namun tetap berusaha tegap menghadapi gelap dunia yang rasanya penuh gelak tawa bak panggung drama. Find me on instagram @cynof09

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

24 Jam untuk Mengenang

31 Januari 2022   14:59 Diperbarui: 31 Januari 2022   15:02 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by: moagambar.blogspot.com

Minggu pagi yang cerah, atmosfer udara bak di negeri dongeng

Udara yang hangat, sinar mentari yang cerah, embun yang menetes dari dedaunan

Dan kicauan burung yang terbang saling bersautan

Asap yang mengepul, menyeruak di tengah susunan rapi genteng genteng rumah

Suara teriakan anak kecil yang enggan berangkat sekolah

Membuat sang Ibu murka dan mengamuk, si anak pun menangis...

Semakin berjalan lebih lama semakin banyak hal tak biasa yang ku jumpai

Seorang pria paruh baya yang memikul ember ember berisi nira

Pulang dari ladang pukul 6 pagi

Dua puluh dua tahun aku hidup, dan menghabiskan lebih dari setengah umur hidup disini

Makan dan minum dari hasil bumi tanah ini

Bermain dan bersenang senang di dataran ini

Tapi hari ini aku seperti baru berjumpa dengan kekasih lama

Jantung berdetak kencang, menganga terpesona di sepanjang jalan

Saat Mentari terik di atas ubun ubun

Air Kelapa yang disuguhkan langsung dari pohonnya adalah jamuan terbaik

Kesegaran dari manis dan murninya air kelapa melunturkan dahaga dan penat selama ini

Saat mentari mulai tergelincir ke arah barat pertanda berkumpulnya geng bocil kali untuk beraksi

Bermain di dalam nya sungai yang tak keruh tak juga jernih

Suara Jangkrik mulai berorkestra di malam yang sunyi

Pukul delapan malam kentongan di pukul delapan kali, tradisi ini masih berlanjut sejak dahulu sebelum ada benda bernama jam

Satu jam kemudian seluruh desa telah sunyi, lampu lampu telah padam, hanya tersisa suara calung para bapak bapak penjaga ronda

Dahulu aku sangat menantikan saat ini, Namun saat ini aku Gelisah dan Ingin kembali ke masa lalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun