Gegap gempita dunia
Mengaburkan mata
Riuh sorak sorai manusia
Mendengungkan sepi di telinga
Berkah alam, kasih yang abadi
Terhempas nafsu sang abdi
Ikatan dua insan yang telah lama mati
Mati dan dimatikan takdir
Dengung candamu
Menguap oleh waktu
Sendiri menatap bioskop masa lalu
Buntu, serasa kaki hanya menuju jalan buntu
Bola matamu yang bersinar
Membuat jantungku terasa semakin berdebar
Membeku dalam bayangan liar
Bayangan untuk mencumbumu di altar
Andai kita tak pernah dipertemukan
Andai aku tak jatuh hati pada senyummu yang menawan
Andai aku sedikit saja mampu bertahan
Andai kita tidak menjadi tahanan satu sama lain
Kututup matakuÂ
Membiarkan derai air mata mengamuk
Panah asmara yang tertancap sedari dulu
Tak sanggup kucabut
Hingga kini, luka yang tak mampu pulih ituÂ
Telah berubah menjadi racun, yang akan membunuhku
Cepat atau perlahan
Ironi ditinggal orang terkasih
Derita menjadi yang paling mencintai
Ku Harap ada tawa bahagia
Meski di dalam hening
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H