Mohon tunggu...
Cici Nofia
Cici Nofia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Relations

Mahasiswi Public Relations yang masih gagap namun tetap berusaha tegap menghadapi gelap dunia yang rasanya penuh gelak tawa bak panggung drama. Find me on instagram @cynof09

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu Kenapa? Semua Akan Baik-baik Saja, Kamu Sudah Melakukan yang Terbaik

27 Oktober 2021   20:34 Diperbarui: 28 Oktober 2021   08:38 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berharap seseorang kan datang memeluku dan berkata "Semua akan baik baik saja"

Namaku Angel, orang tuaku memberi nama Angel berharap aku bisa menjadi malaikat bagi seseorang bahkan banyak orang namun siapa yang akan menjadi malaikat untukku sendir?

Usia muda hal yang menyenangkan bagi mereka yang sudah lanjut usia namun hal yang menakutkan bagiku yang baru menginjak usia muda angka 20 an orang bilang diusia itu kamu harus blablablablabla. Benarkah? Tidak bisakah aku hidup dengan cara dan standar ku sendiri tanpa tuntutan dari mereka?

Pagi yang cerah membangunkanku mengajakku menghadapi dunia yang tak bisa ditebak. Ku angkat tubuh ku yang masih mengantuk, menyeretnya ke kamar mandi mengguyurnya dengan air segar di pagi hari dan bersiap siap untuk berangkat kerja.

Rutinitasku bekerja di pagi hari dari jam 8 sampai jam 5 sore terkadang sampai jam 7 malam jika masih banyak hal yang harus dilakukan. Di kota orang hidup sendiri bukan hal yang mudah namun cukup menantang.

Kesendirian dan kesunyian yang ku lewati tiap saat, berbagai rasa sudah kucoba kecuali rasa untuk mencintai dan dicintai. Hati ini seperti rumah kosong yang lama ditinggal pemiliknya hanya ada debu dimana mana sampai suatu keajaiban menemukanku dengan dia sosok yang ku impikan.

Terlalu jauh mendamba dan tidak melihat sekelilingku sendiri menjadi kesalahan terbesarku dalam percintaan. Di sebuah terminal bus di kota kecil kelahiranku, kutemukan masa lalu yang merubah masa depanku.

" Angel, kamu angel kan?" Sapa seorang pria di balik hoodie hitamnya

" Ehh iya, kamu.... Siapa ya maaf " kataku terbata bata

" Aku Dimas, kita satu kelas di kelas 9A waktu SMP inget?

" Ohh iya, Dimas?? Ya ampun sorry banget ya aku ngga inget kamu soalnya kamu manglingin sii hehe" 

" Iyya gapapa kok, kamu kan juga udah sepuluh tahun lebih merantau terus kita terakhir ketemu aja pas kelulusan kan yah"

" Iya bener bener,  btw gimana kabar kamu?" tanyaku 

" Sejauh ini baik Gel, nggak tau besok2nya haha" candanya

"Kok gitu? Ya harus baik terus dong"

"Mana ada si manusia hidup nya baik terus gel, kamu ini masih sama kaya dulu yahh haha"

Benar juga apa katanya, namun yang membuat ku kepikiran dia kok masih inget aku, tau aku merantau dah sepuluh tahunan dan dia masih ada memory tentang ku waktu dulu. 

"Kamu bakal tinggal lama disini? Atau cuma nengok orang tua?" tanya Dimas menyadarkan lamunanku

"Hah.. ohh ... iya... aku lumayan lama disini Dim hehe" jawabku cengengesan 

Semenjak pertemuan itu kami sering keluar ngobrol bareng di Taman Kota dekat SMP kami, atau sekedar makan bakso bareng di warung Pak Watam langganan dia.

Pertemuan demi pertemuan kita jalani dengan antusias dan canda tawa bersama tak disangka tumbuh benih benih cinta diantara kami.

Dimalam yang cukup terang untuk menghitung bintang Dimas mengejutkan aku dan keluarga karena datang kerumah melamarku. Tentu saja lamaran Dimas aku terima meski sebelumnya kami tidak pacaran tapi kami sudah cukup untuk memahami satu sama lain dan sudah yakin dengan keputusan kami.

Jari tangan ku digapainya, dipasangkannya cincin emas dengan desain elegan namun tetap cantik dan memukau, senyumnya yang manis semakin indah menghiasi wajahnya hanya dengan menatapnya aku tau betapa bahagianya hari ini dalam hidupnya dan begitupun dengan ku. Kami sama sama telah melewati hidup yang pahit, kekecewaan terhadap seseorang, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang sangat dicintai, berada di masa masa down memang sulit dan kedepannya kami yakin akan datang masa masa seperti itu juga tapi kami sudah lebih kuat dari sebelumnya, genggaman tangannya menguatkanku dan aku telah berikrar untuk terus disisinya untuk menjadi tempat dia mencurahkan segala keluh kesahnya.

Mulai saat ini aku tidak perlu lagi khawatir, takut, cemas, dan bersedih karena aku yakin tangan Dimas akan selalu mengelus pundakku dan memelukku sembari berkata "Kamu sudah melakukan yang terbaik, jangan cemaskan apapun" lalu tersenyum manis padaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun