" Iyya gapapa kok, kamu kan juga udah sepuluh tahun lebih merantau terus kita terakhir ketemu aja pas kelulusan kan yah"
" Iya bener bener, Â btw gimana kabar kamu?" tanyakuÂ
" Sejauh ini baik Gel, nggak tau besok2nya haha" candanya
"Kok gitu? Ya harus baik terus dong"
"Mana ada si manusia hidup nya baik terus gel, kamu ini masih sama kaya dulu yahh haha"
Benar juga apa katanya, namun yang membuat ku kepikiran dia kok masih inget aku, tau aku merantau dah sepuluh tahunan dan dia masih ada memory tentang ku waktu dulu.Â
"Kamu bakal tinggal lama disini? Atau cuma nengok orang tua?" tanya Dimas menyadarkan lamunanku
"Hah.. ohh ... iya... aku lumayan lama disini Dim hehe" jawabku cengengesanÂ
Semenjak pertemuan itu kami sering keluar ngobrol bareng di Taman Kota dekat SMP kami, atau sekedar makan bakso bareng di warung Pak Watam langganan dia.
Pertemuan demi pertemuan kita jalani dengan antusias dan canda tawa bersama tak disangka tumbuh benih benih cinta diantara kami.
Dimalam yang cukup terang untuk menghitung bintang Dimas mengejutkan aku dan keluarga karena datang kerumah melamarku. Tentu saja lamaran Dimas aku terima meski sebelumnya kami tidak pacaran tapi kami sudah cukup untuk memahami satu sama lain dan sudah yakin dengan keputusan kami.