Pada awalnya tradisi Mubeng Beteng hanya diikuti oleh para prajurit Keraton, namun saat ini masyarakat Yogyakarta yang lain juga mengikutinya. Hal tersebut dikarenakan, tradisi ini yang berasal dari budaya mereka, dan juga dianggap sakral serta menarik. Sehingga mereka rela mengikuti tradisi Mubeng Beteng, dengan berjalan kaki hingga selesai. Sama dengan halnya para prajurit Keraton, masyarakat yang ikut dalam prosesi Mubeng Beteng juga tidak boleh berbicara dan melakukan hal yang negatif.
Setelah membahas mengenai identitas budaya Yogyakarta, sebenarnya apa pentingnya identitas bagi manusia? Menurut Pinney (dalam Samovar, 2014), identitas memiliki peran penting dalam kesejahteraan individu, di mana indentitas menjadi faktor peting manusia dalam menjalani kehidupan dan dengan siapa mereka bergaul.Â
Salah satunya seperti kepercayaan Kejawen, yang juga banyak dipegang oleh masyarakat Yogyakarta. Ketika mereka memiliki kepercayaan tersebut, maka mereka juga akan melakukan aktivitas hingga upacara dalam kepercayaan tersebut. Salah satu upacara dalam kepercayaan Kejawen yaitu Mubeng Beteng.
Memang identitas penting, namun juga terdapat sisi gelap dalam identitas. Dalam Samovar (2014), disebutkan empat sisi gelap indetitas, yaitu prasangka, rasisme, steriotip, dan etnosentrisme. Salah satu contohnya, menganggap orang bertato adalah orang jahat, contoh tersebut masuk dalam sisi gelap identitas yaitu prasangka.Â
Prasangka adalah perasaan negatif terhadap kelompok tertentu (Samovar, 2014). Keempat sisi gelap indentitas ini sangat bisa memicu konflik, terlebih jika pada latar belakang budaya yang berbeda. Jika dikaitkan dalam tradisi Mubeng Beteng, sejauh penulis tahu, tidak ada hal buruk yang dipikirkan mengenai tradisi ini, di mana  itu adalah hal baik. Sebagai orang Indonesia, di mana negara yang memiliki berbagai budaya, seharusnya kita bisa saling menghargai dari perbedaan budaya.
Selain itu untuk mengurangi munculnya konflik atas perbedaan budaya, juga dapat dilakukan komunikasi yang efektif, dengan gaya komunikasi yang sesuai dengan identitas dan gaya yang dianggap berasal dari budaya orang tersebut oleh lawan bicara (Collier dalam Samovar, 2014).Â
Salah satunya dengan mencari tahu mengenai budaya tersebut melalui berbagai sumber, atau menanyakan langsung dengan orang yang memiliki budaya tersebut. Namun perlu diingat untuk menjadi gaya komunikasi, sehingga komunikasi berjalan dengan baik dan meminimalisir terjadinya konflik di antara keduanya.
Globalisasi merupakan hal yang dihadapi oleh manusia saat ini. Identitas budaya juga memiliki keterkaitan dengan globalisasi. Semua hal memiliki sisi plus dan minus, sama halnya dengan globalisasi bagi identitas budaya. Globalisasi dapat membuka arus informasi yang tanpa batas, di mana manusia dapat dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai media.Â
Dengan  adanya globalisasi ini, budaya dapat dikenal oleh orang banyak, hingga manca negara, hal tersebut sebenarnya juga dapat memperkuat identitas sebuah budaya. Namun, globalisasi juga memiliki sisi minus, di mana dengan adanya globalisasi, identitas budaya semakin. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya percampuran budaya, contohya adanya imigran, atau pernikahan antar ras.
Jika dikaitkan dengan tradisi Mubeng Beteng, globalisasi membuat tradisi semakin dikenal oleh masyarakat diluar Yogyakarta. Hal tersebut didukungan mudahnya informasi yang didapatkan melalui media sosial ataupun media lainnya pada saaat ini. Selain itu juga terdapat media-media yang disediakan oleh Keraton Yogyakarta dalam mempromosikan identitas budaya ini. Hal itu juga termasuk dalam solusi untuk mencegah memudarnya identitas budaya.
Selain itu jangan lupa, kita sebagai generasi penerus juga berperan penting dalam melestarikan budaya ini sehingga terus menjadi sebuah identitas dari budaya tersebut. Salah satu contohnya seperti mempelajari mengenai budaya tersebut, dan mengikutinya. Atau dapat dengan menyebarluaskan mengenai budaya tersebut di media sosial yang kita punya, dengan begitu kita secara tidak langsung memperkuat identitas budaya kita.
DAFTAR PUSTAKA