Mohon tunggu...
Cicilia Simamora
Cicilia Simamora Mohon Tunggu... Apoteker - Semenjana

Kata orang saya pendiam.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka untuk Indonesia

4 Juli 2014   03:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:34 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, masih ada banyak surat yang menanggapi surat-surat semacam suratnya Pak Achmad, Mbak Dian, dan entahlah siapa lagi yang ikut membuat surat terbuka. Tanggapannya beragam, ada yang setuju, ada yang menghujat, ada yang menganggap ini cuma cari sensasi mentang-mentang lagi masa kampanye, yang netral mah sedikit.Entahlah, saya gak ngerti.

Saya tidak mau membahas ini siapa pendukung siapa, saya mau melihat pure dari suratnya saja.

Terlepas dari isi surat-surat di atas, siapa yang menulis, dan siapa yang didukung, saya angkat jempol untuk semua yang menulis surat tersebut. Menulis bukan hal yang mudah. Walaupun sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit. Menulis, seperti layaknya kegiatan-kegiatan lainnya, membutuhkan NIAT! Sudah. Kalau sudah niat, semua bisa terjadi dan terlaksana, termasuk menulis artikel, surat, dan apapun itu

Mengapa saya angkat jempol untuk Mbak Tasniem, Pak Achmad, dan Mbak Dian? Karena itu tadi, mereka NIAT untuk menulis surat semacam ini. Oh, satu lagi, mereka BERANI menulis surat seperti ini. Saya yakin, sebelum mem-posting tulisan mereka, mereka sudah menimbang, memperkirakan, dan siap dengan segala konsekuensi yang akan diterima.

*halah, cuma di sosmed ini, gak bakal ngaruh kaleeee...

Eh, kata siapa? Cyber bullying itu berbahaya loh. Orang benar-benar seenak jidat mencela dan mencaci, seolah tidak peduli apa yang dirasakan oleh mereka yang dihujat. Mending kalau kenal, la kalo enggak? Hmmmm...

Oke, kembali ke surat-surat. Surat terbuka ini isinya gak main-main loh. Isinya tentang calon pemimipin negara kita selanjutnya. Coba, kurang serius apa?

Menulis surat seperti ini gak bisa sembarangan, salah-salah jatuhnya jadi fitnah. Padahal fitnah kan lebih kejam daripada fitness pembunuhan. Memang, ada beberapa bagian di tiap urat ini yang terkesan sangat emosional, sehingga menuai banyak tanggapan miring. Mungkin karena terlalu terbawa perasaan saat menulis, mungkin loh ya...

Kalau melihat isi suratnya, dari banyak surat terbuka yang berseliweran di dunia maya, saya lebih suka surat balasan dari Mbak Dian Paramita. Mengapa? Karena ia menyertakan data-data dan sumber tulisannya. Penting loh, sehingga kita semua yang membaca bisa menelusuri sendiri. Syukur-syukur bisa mengkonfirmasi kalau-kalau ada informasi yang agak keliru.

Terus, ini penting: Tata Bahasa.

Seperti yang sudah saya tulis di atas, menulis itu gak gampang. Mengapa tidak gampang? Karena kita mau supaya mereka yang membaca tulisan kita ini bisa memahami apa yang kita tulis. Mbak Dian berhasil menyederhanakan bahasa yang ia gunakan sehingga saya yang tidak melek politik ini bisa menangkap isi suratnya, menangkap apa yang ia coba sampaikan. Itu yang saya rasakan. Jadi saya tidak sekedar mengiyakan suratnya karena emosi semata, tapi juga karena dicantumkan bukti-bukti, sumber, foto, postingan lainnya. Wah, saya salut lah... Niat banget! Pasti dia fokus banget pas menulis suratnya. Bahkan saya menulis ini saja terdistraksi oleh siaran radio, cari tiket, dan lihat-lihat online shop. Paraaahhh... Ckckckckckck....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun