Pertama menjawab pertanyaan sumpah, saya yakin dengan sumpah beliau, karena sumpah beliau dimaksudkan untuk bisa mengemban amanah pembangunan masyarakat yang lebih baik, menciptakan ruang ruang publik bagi masyarakat yang lebih baik tidak hanya di jakarta tapi juga rakyat Indonesia. Dengan alasan itu mengapa beliau mau dan bersedia menerima mandat dari ketua umum PDI Perjuangan untuk menjadi calon presiden. Beliau tidak pernah mencalonkan diri atau mengiklankan diri sebelumnya. Saya yakin dalam perjalanan beliau memimpin jakarta 2 tahun terakhir ini efeknya sangat terasa meski perubahan itu tidak semudah membalikkan tangan, namun proses masih berjalan dan akan terus berjalan. Proses perbaikan yang dirasakan masyarakat Jakarta inilah yang ingin juga dirasakan kami, para warga yang tinggal di daerah,kami ingin mendapatkan efisiensi pelayanan publik sebagaimana mulai dijalankan di masa kepemimpinan beliau. Memang Jokowi Jusuf Kalla tidak akan sanggup mengemban amanah sendiri, tapi dengan dukungan iklas putra putra terbaik untuk melaksanakan tugas reformasi dan untuk menjadikan Indonesia Hebat saya yakin bersama kita bisa.
Nah, terus.. Muncul lagi surat tanggapan bernada serupa. Kali ini dari Dian Paramita yang mengaku sebagai adik tingkat Tasniem Fauzia waktu SMP.
Nah, berikut kutipan surat dari Mbak Dian ini:
Yang Terhormat Mbak Tasniem Fauzia,
yang dulu sangat saya kagumi sebagai kakak kelas di SMP 5 Yogyakarta.
Mungkin Mbak lupa siapa saya. Panggilan saya Mimit. Saat saya kelas 1 dan Mbak Tasniem kelas 3, kita mendapat kursi bersebelahan untuk mengikuti ulangan umum. Saya ingat betul, Mbak selalu meminjam pensil saya, lalu pulpen saya, lalu penghapus saya, kemudian Mbak berbisik, "sorry ya Dek, aku kere..." Saya tertawa senang mendengarnya. Karena saat itu Mbak Tasniem adalah anak dari Ketua MPR, Amien Rais.
Kita sering mengobrol saat ujian. Dari situ Mbak tau saya fans berat grup musik The Moffatts. Kita bercerita mengenai pengalaman kita nonton konser The Moffatts. Saya nonton yang di Jakarta, Mbak yang di Bandung. Beberapa hari kemudian, Mbak jauh-jauh jalan dari kelas Mbak untuk mendatangi kelas saya, lalu memberikan foto-foto The Moffatts yang Mbak jepret di Bandung. Saya senang sekali. Sampai sekarang foto itu saya simpan.
Setelah Mbak sudah SMA dan saya masih SMP, saya sempat bertemu dengan Mbak di sebuah toko buku. Saat itu Mbak memakai celana baggy hijau dan kaos band berwarna hitam. Mbak terlihat tomboy dan sederhana. Dengan senyum Mbak membalas sapaan saya. Saya yakin, di toko buku itu tak ada yang tau bahwa Mbak Tasniem adalah anak seorang Ketua MPR.
Berulang kali saya ceritakan tentang sosok Mbak Tasniem yang saya kenal dan kagumi. Saya ceritakan ke ibu saya, ke teman-teman saya, ke siapapun jika sedang membicarakan anak pejabat. Karena Mbak berbeda dengan anak pejabat lainnya, saya bangga pernah mengenal Mbak Tasniem.
Surat ini diposting di domain pribadinya di http://www.dianparamita.com/blog/surat-terbuka-untuk-tasniem-fauzia.
Saya yakin masih banyak surat terbuka-surat terbuka lainnya. Baik surat terbuka untuk menanggapi suratnya Mbak Tasniem, juga surat terbuka atau postingan yang menanggapi surat terbuka balasan untuk Mbak Tasniem *mudeng ora e?