Apakah kalian pernah mengalami dehidrasi? Dehidrasi terjadi ketika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Tubuh mengeluarkan cairan melalui urine, keringat, uap pernapasan dan lainnya.
Saya pernah mengalami dehidrasi yang membuat tubuh ini tidak bisa beraktifitas hampir tiga minggu. Gejala yang paling terasa yaitu sulit berkonsentrasi, mudah lelah dan mudah lupa. Sesimpel panik mencari handphone padahal ada dalam genggaman. Jika dibiarkan, dampaknya akan memicu permasalahan lain seperti infeksi saluran kemih yang juga pernah saya alami saat dehidrasi.
Terbayang ya Moms, untuk orang dewasa saja dehidrasi ini cukup mengganggu apalagi jika terjadi pada bayi dan balita yang belum bisa mengutarakan keinginannya. Dehidrasi bisa mengganggu fungsi organ tubuh anak. Sementara, organ penting anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
Misalnya, otak anak, saat dilahirkan beratnya hanya sekitar 300 gram. Berat otak anak akan terus meningkat pesat hingga usianya mencapai 2 tahun yaitu sekitar 1200 gram. Oleh sebab itu, sebagai orang tua, kita harus bisa mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan si kecil supaya tumbuh kembangnya optimal.
Fakta Kebutuhan Cairan Anak
Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi., Sp. GK., seorang dokter gizi yang menjadi narasumber pada kegiatan Danone Blogger Academy 3 menuturkan, 2/3 bagian atau 60% tubuh manusia terdiri dari air. Sementara, air merupakan zat gizi makro esensial yang tidak dapat diproduksi tubuh. Artinya, sumber air hanya dapat diperoleh dari luar dengan cara dikonsumsi.
Kebutuhan cairan dipengaruhi banyak faktor seperti usia, aktifitas, jenis kelamin, kondisi kesehatan tubuh, makanan yang dikonsumsi dan kondisi suhu serta kelembapan lingkungan.
Dilansir dari laman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), anak-anak dengan rentang usia 1-3 tahun membutuhkan asupan cairan sebanyak 1,3 liter atau sekitar 5-6 gelas per hari. Sementara untuk anak usia 4-12 tahun membutuhkan asupan air sekitar 1,7 liter atau 7-8 gelas per hari.
Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi., Sp. GK. menjelaskan, sumber cairan bisa didapatkan dari buah, sayuran, kuah sop dan air minum yang dikonsumsi. Pada bayi yang sudah mulai MPASI (usia 6-24 bulan), kita dapat memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI, buah-buahan, menu MPASI yang berkuah dan air minum. Jadi, apakah kebutuhan cairan si kecil sudah terpenuhi setiap hari?
Komposisi Air pada Tubuh Anak
Air yang diminum akan didistribusikan ke seluruh organ tubuh sesuai dengan komposisinya. Berikut ini komposisi air pada organ tubuh manusia termasuk anak-anak:
- Otak 75%
- Darah 83%
- Hati 68%
- Ginjal 83%
- Jaringan Adipose 10%
- Otot 76%
- Kulit 72%
- Jantung 79%
- Paru-paru 79%
- Limpa 76%
- Usus 75%
- Tulang 22%
Terbayang ya Moms jika si kecil hanya minum 2-5 cangkir kecil setiap hari, apakah organ tubuh diatas tercukupi cairannya. Misalnya, kulit sebagai organ pelindung terluar, 72% terdiri dari air untuk menjaga kelembapan dan suhu tubuh. Sementara, kita tau bahwa jaringan kulit bayi dan balita belum tumbuh sempurna sehingga rentan teriritasi. Jika kulit tidak terhidrasi dengan baik maka kulit anak akan kering dan menjadi akses mudah bagi kuman dan bakteri masuk kedalam kulit bahkan tubuh kita. Hal tersebut memicu penyakit kulit pada anak seperti ruam, gatal hingga eczema.
Dampak Dehidrasi pada Tumbuh Kembang Anak
Lebih lanjut Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi., Sp. GK. menjelaskan, hidrasi atau mencukupi kebutuhan cairan anak bisa mempengaruhi kecerdasan kognitif si kecil. Secara umum hidrasi yang cukup juga akan menghidrasi otak karena otak isinya 75% berupa cairan.
Ketika anak kekurangan cairan, kinerja otak pun jadi menurun. Terlebih anak-anak usia 1-3 tahun belum bisa mengutarakan rasa haus dengan benar. Sehingga hal paling baik yaitu dengan terus menjaga anak-anak tetap terhidrasi dengan baik.
Dampak Dehidrasi Jangka Pendek Pada Anak
- Dalam jangka pendek, dampaknya bisa mengganggu fungsi kognitif dan mood anak seperti mudah cemas dan tegang, konsentrasi menurun, daya ingat visual menurun, mudah lelah dan mengantuk, serta kehilangan semangat bermain.
Dampak Dehidrasi Jangka Panjang Pada Anak
- Kekurangan cairan tubuh memicu munculnya penyakit serius dikemudian hari seperti wasir, batu ginjal, infeksi saluran kemih, hingga risiko obesitas.
Kenali Gejala Dehidrasi Anak
Gejala dehidrasi pada bayi, balita dan orang dewasa sebenarnya sama. Dua pertanda awal dehidrasi yaitu munculnya rasa haus dan urine berwarna kuning gelap dan keruh.
Gejala yang muncul pun tergantung dari tingkat dehidrasi yang dialami, yaitu dehidrasi ringan dan berat. Gejala dehidrasi ringan seperti merasa haus, urine berubah warna menjadi kuning gelap dan keruh, hasrat buang air kecil menurun, mulut kering dan lengket, sakit kepala, sembelit dan pusing.
Sementara gejala dehidrasi berat diantaranya seperti mudah marah dan tampak kebingungan, denyut jantung cepat namun lemah, sesak napas, mata cekung, demam, kulit menjadi tidak elastis dan kering, tekanan darah rendah, tidak buang air kecil selama 8 jam, pusing dan mudah mengantuk hingga penurunan kesadaran.
Seringkali gejala dehidrasi pada anak juga disertai demam, anak terlihat lemas, tidak ada air mata saat menangis, kondisi mulutnya kering, menyusutnya ubun-ubun, kulit anak terasa dingin dan kering, mudah mengantuk bukan pada jam tidur serta tidak buang air kecil selama 3 jam bahkan lebih.
Gejala dehidrasi harus segera diatasi sebab termasuk kondisi medis darurat dan butuh penanganan cepat lantaran dapat merusak jaringan otot dan memicu penyakit berbahaya seperti ginjal.
Pentingnya Hidrasi Untuk Kesehatan Anak
Dalam video pada channel Youtube "Kok Bisa?" dan "Anak Sehat dan Berkualitas" menjelaskan bahwa air layaknya pelumas pada mesin kendaraan. Jika kendaraan tidak cukup pelumas makan mesinnya akan mudah panas bahkan bisa memicu terjadinya konsleting dan kendaraan jadi mogok hingga rusak.
Begitu pula kebutuhan air pada tubuh kita. Air yang dikonsumsi akan melumasi otot dan sendi sehingga bisa berfungsi dengan baik. Terlebih, 83% darah terdiri dari cairan yang terus bergerak membawa nutrisi dan oksigen yang akan didistribusikan ke seluruh organ penting dalam tubuh.
Minum air putih saat si kecil terbangun di pagi hari sangat baik untuk upaya rehidrasi setelah berisitirahat. Anak tidur sekitar 8-10 jam setiap malam tanpa mendapatkan asupan apapun sehingga minum air putih saat ia terbangun mampu mengabalikan fungsi organ yang sempat tersendat.
Anak-anak cenderung mudah mengalami gangguan saluran pencernaan seperti diare dan konstipasi. Memenuhi kebutuhan cairan anak bisa meningkatkan fungsi limfatik sehingga baik untuk sisitem kekebalan tubuh anak dan menurunkan risiko infeksi dalam tubuh dan saluran pencernaan anak.
Air juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh anak, terutama saat mereka beraktifitas diluar ruangan dengan cuaca panas. Hidrasi juga membantu proses pelarutan zat kimia dalam tubuh.
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh, namun fungsi ini dapat bekerja dengan optimal saat kebutuhan cairan tubuh terpenuhi. Sebaliknya kekurangan cairan dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan penyakit batu ginjal, sebagai penyakit kritis yang banyak menyerang penduduk Indonesia.
Terlebih, menurut Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi., Sp. GK., hidrasi juga turut mempengaruhi kecerdasan anak. Meskipun banyak faktor penentu lainnya seperti kebutuhan makro dan mikro nutrient, namun air juga turut berkontribusi sebab 73% komposisi otak terdiri dari air.
Tantangan Membiasakan Anak Minum Air Putih
Di balik pentingnya asupan cairan bagi anak-anak, ternyata belum semua orang tua membiasakan si kecil minum air putih. Padahal, peran orang tua sangatlah penting untuk memastikan si kecil tetap terhidrasi dengan baik. Terlebih untuk anak usia 1-3 tahun yang masih bergantung dengan bantuan orang tua dan orang terdekatnya.
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil survey yang saya buat. Survey yang berisikan 6 pertanyaan ini diisi oleh 135 ibu-ibu dari Komunitas MPASI Jakarta dan ibu-ibu peserta Posyandu di area rumah saya. Hasilnya menunjukan, sebanyak 75% orang tua kurang peduli dengan asupan cairan pada anak dan lebih memperhatikan asupan makanan. Sementara sisanya 25% lebih seimbang saat memberikan asupan makanan dan kebutuhan cairan.
Alasannya cukup beragam, diantaranya yaitu:
- Belum cukup edukasi tentang pentingnya cairan bagi tumbuh kembang anak.
- Belum mengetahui anjuran jumlah air putih yang harus dikonsumsi anak.
- Anak menolak diberi air putih dan lebih memilih teh manis, susu UHT dan minuman manis lainnya.
- Orang tua belum mengetahui kiat supaya anak mau minum air putih.
- Orang tua tidak suka minum air putih.
- Lupa menawarkan air minum dan seringnya memberi anak minum hanya ketika anak meminta.
Jadi memang apa yang saya rasakan selama ini juga dirasakan oleh orang tua lain diluar sana. Membiasakan anak minum air putih itu tidak mudah tapi juga tidak menjadi alasan untuk tidak memulainya ya. Mengingat bahwa kebutuhan cairan ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan anak di masa yang akan datang.
Alasan Anak-anak Mudah Mengalami Dehidrasi
Sebelumnya saya telah melakukan sesi wawancara dengan 3 orang tua yang memiliki anak usia 2 tahun, yaitu Ibu Siti, Ibu Putri dan Ibu Evi. Mereka mengaku, anak-anaknya memang sering menolak minum air putih dan lebih memilih minum susu UHT dingin dan minuman manis lainnya. Tapi berbeda jika anak-anaknya diajak aktif bermain dan bergerak, mereka mudah haus dan pasti meminta minum air putih dengan sendirinya. Sementara, Ibu Siti mengaku, dirinya sering lupa memberi atau menawarkan minum air putih untuk anaknya. Dalam sehari rata-rata anak-anaknya mengonsumsi air putih sebanyak 500-800 ml, sisanya mereka tetap memberikan air minum manis seperti susu UHT, teh manis dan jus.
Menurut dr. Atilla Dewanti Sp. A(K), pakar Neurologi anak yang saya temui selepas acara Parenting di Jakarta Selatan menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa anak lebih mudah mengalami dehidrasi:
- Anak-anak memiliki tubuh yang kecil dibandingkan orang dewasa sehingga cadangan air dalam tubuhnya cepat habis.
- Anak malas minum, tak hanya soal GTM alias gerakan tutup mulut saat diberi makan tapi ada juga anak-anak yang memolak saat diberi minum.
- Anak-anak pada usia 2-5 tahun cenderung aktif dan senang bergerak serta melakukan eksplorasi sehingga mereka mudah berkeringat, kelelahan dan merasa haus. Jika tidak diberi asupan cairan pengganti, anak-anak akan mudah dehidrasi.
- Anak-anak belum bisa mengambil minum sendiri dan masih mengandalkan bantuan orang tua. Sementara, terkadang orang tua lupa menawarkan atau memberi minum air putih untuk si kecil.
- Kondisi kesehatan anak, seperti demam, muntah dan diare menyebabkan anak mudah dedihrasi.
Kiat Supaya Anak Terbiasa Minum Air Putih
Sejak mengetahui pentingnya hidrasi bagi bayi dan anak-anak, saya pun mulai menerapkan kiat supaya si kecil terbiasa minum air putih tanpa harus dipaksa.
- Dimulai oleh orang tua terlebih dahulu sehingga anak-anak akan meniru.
- Mengisi botol atau tempat air minum yang berukuran 1 liter setiap pagi. Tujuannya supaya bisa mengukur berapa banyak jumlah air yang sudah dikonsumsi si kecil dalam satu hari.
- Pastikan air tersedia dan mudah diambil oleh anak.
- Kita bisa mengisikan air tersebut kedalam gelas, cangkir atau botol milik anak dengan warna dan karakter yang ia sukai.
- Tawarkan air setiap kali si kecil makan dan ngemil.
- Membawa botol berisi air minum saat berpergian dengan anak. Hal ini saya lakukan bahkan sekedar pergi main sebentar keluar rumah.
Jadi bagaimana Moms, apakah kebutuhan cairan si kecil sudah benar-benar terpenuhi? Atau Moms mengalami kendala yang sama seperti hasil survey diatas? Semoga informasi diatas bisa membantu Moms dalam memenuhi kebutuhan cairan anak.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H