Di sebrang pohon rindang lainnya, tampak anak-anak tengah asik berkumpul dan membuat kelompok. Saya kira mereka sedang berselfie ria layaknya anak remaja di kota. Ternyata saya keliru, mereka sedang asyik menggunting dan menerawang bagian plastik lainnya untuk dibuat pola tudung saji. Bermodalkan gelas plastik bekas, kardus, lem dan gunting, mereka pun berlomba membuat tudung saji yang unik dan bisa dipakai.
Naluri keibuan saya pun terpanggil, lalu ikut duduk dan ngobrol dengan mereka sambil sesekali membantu menggunting gelas plastik. Abel, salah satu siswi SMP Wisata Sanur menjelaskan, kelas prakarya ini dilakukan rutin setiap seminggu sekali. Ide prakaryanya sendiri bisa mengikuti buku panduan, arahan dari guru atau dari internet. Selain tudung saji, saya pun menemukan hasil karya lainnya, seperti tatakan gelas dari koran bekas, frame foto dari kardus, riasan bunga dari sedotan bekas dan masih banyak lagi.
Sampah Membawa Berkah
Ini bukan judul sinetron, ini kisah nyata yang menginspirasi. SMP Wisata Sanur terbilang sukses mendidik anak-anak mereka untuk taat dan peduli terhadap lingkungan. Mereka kerap kali diajak turun ke masyarakat langsung, misalnya program bakti sosial memungut sampah di sekitar sekolah dan pantai.
Program pengelolaan sampah menjadi salah satu mata pelajaran dan ekstra kulikuler yang wajib diikuti anak didiknya. Pak Arsana, Kepala Sekolah SMP Wisata Sanur mengatakan, selain prestasi akademis yang diraih, setelah lulus anak-anak muda ini harus memiliki nilai manfaat bagi lingkungan sekitar. Terlebih Bali merupakan destinasi wisata tujuan banyak orang, lokal hingga mancanegara, sehingga kelestariannya menjadi tanggung jawab bersama.
Hal ini dibenarkan oleh pengurus Bank Sampah "Mekardi Luwih" SMP Wisata Sanur, mereka tak segan membawa sampah plastik dari rumah ke sekolah. Bahkan botol plastik yang mereka temukan sepanjang perjalanan menuju sekolah. Saya pun tergelitik untuk bertanya, "apa gak malu atau gengsi memungut sampah di jalan?", dengan serempak mereka menjawab "tidak"Â sebab mereka tau, sampah bisa membawa berkah.
Pengelolan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos
Sampah yang terkumpul akan dipisahkan dalam dua kategori, organik dan anorganik. Sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos yang nantinya akan dimanfaatkan untuk tanaman di lingkungan sekolah. Pihak sekolah juga menyediakan lahan untuk anak didiknya belajar berkebun seperti menanam cabai dan aneka bunga.
Ada banyak cara pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Bisa dicampurkan dengan kotoran kambing atau menggunakan EM4. Nah, berikut ini cara mengelola sampah organik menjadi kompos yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Wisata Sanur:
- Sampah organic seperti rumput dan daun yang terkumpul akan dipotong atau dicacah kecil-kecil. Masukan kedalam tong plastic lalu campur dengan potongan daun kering dengan perbandingan 1:1. Aduk hingga tercampur dan merata.
- Encerkan larutan EM4 lalu tambahkan kedalam tong platik hingga membasahi seluruh permukaan dan bagian paling bawah. Tutup tong plastic rapat-rapat.
- Aduk setiap 3 hari sekali untuk memasukan oksigen ke dalam kompos dna menurunkan panas akibat proses pengomposan.
- Proses pengomposan akan selesai jika suhu ting sudah dingin. Pupuk kompos berhasil dibuat jika aromanya tidak berbau, cairan pupuk berwarna coklat atau kehitaman, bahan pupuk dalam tong plastik hitam merata.
- Cairan pupuk kompos bisa langsung digunakan menyiram akar tanaman. Sementara untuk menyemprot daun atau tanaman di pot, cairan pupuk kompos harus diencerkan terlebih dahulu. Caranya dengan menambahkan air pada pupuk kompos dengan perbandingan 1:10.
Bagaimana, cukup mudah bukan untuk dilakukan di rumah? Misalnya potongan buah atau sayuran rumah tangga, daun berjatuhan, rumput hingga kulit telur juga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.