Salah satu bentuk kepedulian kita terhadap bumi dan lingkungan tempat tinggal yaitu dengan tidak mengotorinya. Sampah selalu menjadi isu yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. Sebab ternyata keberadaan sampah di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduknya. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukan, Negara Indonesia menduduki peringkat kedua penyumbang sampah plastik di laut.
Munculnya isu tersebut, membuat banyak pihak baik itu pemerintah maupun swasta membuat program untuk menangani sampah, mulai dari mengelola hingga mengurangi sampah plastik.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Saya mengingat 10 tahun yang lalu, dimana saya masih duduk di bangku SMP, tidak ada gerakan anti sampah yang dilakukan sekolah. Misalnya gerakan Jumat Bersih (Jumsih) atau inspeksi kebersihan setiap kelas. Semua sampah akan dibersihkan oleh petugas kebersihan. Sehingga dampaknya baru terasa sekarang, saya hanya bisa membuang sampah dan menyerahkan pada tukang sampah untuk mengangkut tanpa peduli akan diproses dimana, diolah atau dibuang. Dan hal tersebut mungkin tidak hanya terjadi pada saya, tapi juga kamu, kalian, mereka dan sebagain besar penduduk Indonesia. Alasannya, ya terbukti saat ini sampah di Indonesia sudah mencemari tanah, sungai hingga laut. Artinya, bukan karena ulah satu atau sepuluh orang saja, tapi ulah dari jutaan masyarakat Indonesia. Entah karena kurangnya edukasi atau memang tidak peduli.
Berbeda dengan siswa-siswi di SMP Wisata Sanur Bali. Sabtu lalu (31/8), saya berserta 9 peserta Danone Blogger Academy Batch 3 diajak berkunjung ke SMP Wisata Sanur. Nama WISATA merupakan kepanjangan dari Widya Sastra Taruna yang artinya raihlah ilmu pengetahuan selama masih muda. Jadi sekolah ini bukan sekolah Pariwisata melainkan Sekolah Menengah Pertama sama seperti sekolah pada umumnya. Bedanya mereka memasukan program pengelolaan sampah pada kurikulum dan ekstra kulikuler siswanya.
Berprestasi dengan Sampah Kain Bekas
Kedatangan kami disambut siswa-siswi SMP Wisata Sanur dengan nyanyian Official Theme Song Asian Games 2018, Meraih Mimpi, namun liriknya diganti dengan pesan mengelola sampah. Tuh kan, baru satu langkah dari pintu gerbang sekolah, sudah terasa ya gelora cinta lingkungannya.
Disana saya bertemu dengan Nika, siswi kelas 9 yang menunjukan hasil karya busana SMP Wisata Sanur. Uniknya, mereka menyulap sampah kain bekas menjadi hasil karya bernilai bahkan berprestasi. Pertama, busana wanita dengan tema Love Bird berhasil menyandang peringkat ketiga. Sesuai dengan namanya, busana ini memiliki sayap yang bisa dikepakan dengan warna colorful. Kedua, busana pria dengan tema Aladin lengkap dengan monyet di pundaknya. Meski hanya mendapatkan juara harapan namun mereka tetap semangat dan bangga dengan semua hasil karya busana yang dibuat dari kain bekas.
Membangun Seni dari Sampah Plastik
Selanjutnya, Bapak Kepala Sekolah mengajak kami berkeliling SMP Wisata Sanur. Suasana hijau dan bersih membuat kami betah berlama-lama disana. Tidak ada sampah tergeletak di pojok ruangan atau bahkan di area lainnya. Saya hanya melihat sampah yang sudah diolah menjadi benda baru yang berbeda dan bermanfaat.
Di bawah pohon rindang, kami menikmati pertunjukan drama musikal sederhana yang diperankan oleh Ida Ayu Trishna bersama siswa-siswi kelas 9 lainnya. Mereka bernyanyi, menari dan berolah peran tentang lingkungan dengan penuh percaya diri. Alat musik yang dimainkan pun terbuat dari sampah botol plastik. Lagi-lagi, mereka seolah mengatakan, sampah ternyata bisa bikin happy, menghasilkan irama yang bisa menghibur hati. Tidak melulu, berujung di tempat pembuangan akhir.