Mohon tunggu...
Chita Wijono
Chita Wijono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbelasungkawa di Stadion Kanjuruhan

16 Oktober 2022   21:45 Diperbarui: 16 Oktober 2022   21:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu tanggal 16 Oktober kemarin, saya dan suami menyempatkan diri untuk melihat stadion Kanjuruhan dari dekat, 16 hari pasca tragedi itu kami baru bisa berkunjung kesana. 

Sebenarnya keinginan untuk berkunjung sudah lama, hanya pas kebetulan hari Minggu kemarin kami menghadiri undangan dari saudara yang mengkhitankan putranya di Bululawang kabupaten malang.  Setelah menghadiri undangan khitan dan kami masih ada waktu longgar, suami saya mengajak berangkat ke stadion Kanjuruhan, sayapun menyetujuinya. 

Sebenarnya dari Bululawang ke Kepanjen jaraknya masih jauh. Kami berangkat menggunakan sepeda motor,  di daerah pabrik gula Krebet sempat jalan perlahan karena ada perbaikan jalan, sehingga jalan yang digunakan pengendara kendaraan bermotor sempit dan itupun digunakan oleh semua kendaraan bermotor dan mobil. 

Memang selama ini yang saya tahu di daerah pabrik gula Krebet itu jalannya sangat tidak bagus, banyak sekali lubang dan karena saat ini sudah mulai masuk penghujan, jalan-jalan yang berlubang menjadi tergenang  dan tidak tampak lubangnya. 

Akhirnya sekarang kalau dari arah Bululawang sebelah kiri, jalan tersebut di cor supaya kuat. Sedangkan sisi sebelah kanan digunakan  2 arah sehingga kalau jalan harus pelan-pelan. 

Lebih kurang 45 menit sampailah kami di stadion Kanjuruhan. Di sekitar stadion, orang berjualan sudah mulai banyak dan saat ini banyak juga orang yang berjualan bunga dan syal. 

Pada saat kami memasuki area luar stadion, kami sudah ditawari oleh penjual bunga. Sepertinya memang penjual bunga dan syal disitu untuk memudahkan orang-orang yang tidak membawa bunga yang  akan mendoakan korban tragedi tersebut. 

Kami mendekat pada patung kepala singa yang ada disana. Dibawah patung kepala singa itu banyak sekali tumpukan bunga yang ditebarkan para peziarah. 

Di sekeliling kepala patung singa banyak sekali karangan bunga tanda berduka cita dari berbagai kalangan. Setelah turun dari motor saya mendekati patung kepala singa itu. 

Tiba-tiba air mata saya meleleh, melihat berita di televisi dan sosmed saja sudah membuat saya menangis, dan sekarang saya berada di tempat kejadian perkara. Air mata saya tidak terbendung, seraya berdoa dan membacakan Al Fatihah untuk para korban tragedi Kanjuruhan tersebut. 

Setelah dari patung kepala singa, kami mencari gate 13 dimana menurut informasi di gate 13 inilah yang paling banyak memakan korban. Kami berjalan ke arah Utara dan kami temukan gate 13 itu. 

Persisi seperti yang diberitakan di televisi, di depan pintu gate 13 banyak sekali tumpukan bunga, selain itu juga banyak syal yang digantung disana, bekas sepatu sebelah juga ada disana. 

Kami juga melihat tembok cor yang berlubang karena dihancurkan suporter tatkala mereka berjuang untuk bisa keluar dari  stadion.  Saya bisa membayangkan kejadian itu. Air mata saya pun meleleh dan kembali saya berdoa untuk para korban. 

Setelah selesai berdoa dan ikut berbelasungkawa, kami pulang. Memang, akan berbeda rasanya kalau kita melihat siaran televisi dengan datang dan melihat sendiri di tempat kejadian. Ikut merasakan sesak, sedih, kecewa, marah dan bermacam-macam perasaan yang kami rasakan waktu itu. 

Memang benar, kasus ini harus diusut hingga tuntas supaya semuanya menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab atas tragedi ini.  Saya bisa membayangkan, betapa semuanya seperti mimpi. 

Dalam waktu beberapa jam saja seorang ibu kehilangan anaknya, seorang istri kehilangan suaminya, seorang ayah kehilangan anak perempuannya. 

Belum lagi para korban yang masih hidup dan harus cacat seumur hidup karena tangan atau kaki mereka bengkok karena terinjak-injak. Atau para korban yang patah tulang. Astaghfirullah 

Dari kejadian ini, bisa diambil pelajaran bahwa sebelum kegiatan hendaknya memeriksa situasi dan kondisi tempat kegiatan. Hendaknya kita semua bisa menahan diri dari emosi, hendaknya juga tidak mudah tersulut dengan provokator yang selalu ada di setiap kegiatan. Bersikap ikhlas dan menerima saat tim kita kalah juga bisa dijadikan pelajaran. Sportifitas harus selalu di nomor satukan

Semoga kejadian ini adalah yang terakhir di indonesia dan semoga dengan kejadian ini para suporter di indonesia lebih solid, mengutamakan perdamaian karena kita bersaudara dan  satu kesatuan Indonesia. 

Pray for Kanjuruhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun