Mohon tunggu...
S.  R.  Siola
S. R. Siola Mohon Tunggu... Relawan - Self-Motivator

Change is starting from yourself ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Enggan Membaca, Tanda Tingginya Ego Seseorang

25 Januari 2020   02:58 Diperbarui: 25 Januari 2020   03:24 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang berhak peduli dan tidak peduli. Ini adalah cinta diri. Setiap orang berhak untuk membaca dan tidak membaca. Ini keegoisan diri yang berasal dari kejahilan. 

Setiap orang berhak memilih jenis bacaannya. Ini adalah ketidakdewasaan diri. Setiap orang berhak memilih untuk tidak membaca tulisan yang bukan penulis favoritnya. Ini adalah keangkuhan diri.

Jujur saja, mental-mental enggan untuk membaca tulisan orang lain banyak sekali menjangkiti para penulis. Mungkin juga termasuk kita. Paling pertama yang kita lihat, adalah siapa penulisnya? Penulis profesinalkah, atau amatiran? Kompasioner debutankah, atau penjelajah? Juniorkah atau senior?

Sampai di sini, bacaan kita sedikit berat dan ribet. Memanglah, pembahasan ego adalah masuk dalam pembahasan rumit dari filsafat.

Hubungan Materi dan Immateri

Hubungan pembaca dan penulis memiliki dua wujud rupa, materi dan non materi. Dikatakan, materi manakala tulisan yang mengikat pembaca dan materi hanyalah untuk memenuhi hukum-hukum materi, seperti mencari kepuasan masing-masing pihak, meraih target dan resolusi bacaan tahunan, atau pencapaian rating (misalnya).

Dikatakan, immateri manakala tulisan yang mengikat pembaca dan materi tak lain dan tak bukan, adalah kesadaran. Membaca bukan lagi sekedar membaca.

Tapi membaca adalah upaya sadar untuk mengeluarkan diri (jiwa, hati, dan pikiran kita) dari kegelapan menuju cahaya. Dari kebodohan menuju ilmu dan pencerahan.

Kegiatan membaca dan menulis seperti ini adalah buah dari hancurnya keegoisan, cinta, dan keangkuhan diri. Kegiatan membaca dan menulis seperti inilah akar dari kegiatan literasi sejati.

Lalu apa simpulan yang bisa ditarik? Bahwa kita memang tidak mungkin memaksa orang lain untuk menyukai tulisan kita dan membacanya. Tidak bisa dipersalahkan.

Sekali lagi, pekerjaan membaca adalah pekerjaan kesadaran. Tapi bukan berarti tidak mungkin untuk melakukan gerakan perubahan. Salah satu cara mudahnya (sekaligus ekstrim) adalah, mengalahkan ego untuk membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun