Mohon tunggu...
Chusnul C
Chusnul C Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti dan penulis lepas

Seorang peneliti dan penulis lepas, menyukai isu lifestyle, budaya, agama, sastra, media, dan pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Nokturnal Dengan Bijak

2 Februari 2025   19:02 Diperbarui: 2 Februari 2025   19:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang suka aktif di malam hari disebut dengan night person atau kaum nokturnal. Kata Nokturnal berasal dari kata Nokturnus yang berarti milik malam. Orang-orang dengan gaya hidup nokturnal banyak dijumpai atau bahkan identik dengan masyarakat perkotaan yang penuh hingar bingar. Kota, menawarkan kehidupan 24/7, tak terbatas.  Maraknya dunia hiburan seperti cafe, diskotik dan berbagai tempat hiburan lainnya, transportasi yang tak terbatas, dan sempitnya ruang gerak mendukung gaya hidup nokturnal.

Namun, terlepas faktor lingkungan, ada banyak alasan lainnya kenapa ada orang-orang yang lebih memilih menjadi nokturnal daripada diurnal atau orang-orang yang lebih aktif di siang hari. Sebagian para nokturnal memilih tetap aktif di malam hari meskipun tahu mereka akan lebih beresiko terkena penyakit dibandingkan dengan para diurnal atau morning person yang selalu mendapatkan cukup sinar matahari pagi atau vitamin D. Bagi para nokturnal, malam hari akan menjadi waktu terbaik untuk melahirkan berbagai kreativitas, dan memiliki energi yang lebih baik dibandingkan siang hari.

Orang-orang yang suka berfikir secara mendalam, atau memiliki kecenderungan menjadi pemikir dan bekerja di bidang kreatifitas banyak yang mendeklarasikan diri sebagai nokturnal. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama misalnya, dia mengaku selalu terlambat tidur dan merasa lebih produktif di malam hari. Para nokturnal lebih menyukai malam hari karena dianggap lebih hening dan minim gangguan sehingga bisa lebih produktif dan jelas dalam berfikir. Hal ini seturut dengan penelitian yang dihasilkan oleh Catholic University of the Sacred Heart di Milan yang menyatakan bahwa para nokturnal memiliki pikiran yang lebih kreatif dibandingkan individu pada umumnya.

Selain daya kreatifitas yang lebih menonjol, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science mengatakan bahwa para siswa yang memiliki kecerdasan paling gemilang memiliki pola tidur dan bangun yang lebih lambat. Sebaliknya, siswa dengan IQ rata-rata rendah justru tidur dan bangun lebih awal. Penelitian lainnya dilakukan pada tahun 2013, dan dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences menyebut mereka yang sering terlambat tidur cenderung mendapatkan nilai lebih tinggi pada tes penalaran induktif yang berkaitan dengan kecerdasan umum.  Penelitian lainnya mengatakan mereka yang memiliki pola hidup nokturnal cenderung lebih kuat secara mental, memiliki daya nalar dan cara komunikasi yang lebih baik.

Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, saya menganggap bahwa menjadi nokturnal adalah sebuah konsekuensi dari kedalaman berfikir dan kesenangan aktif didalam keheningan yang minim gangguan. Karena itu, gaya hidup nokturnal saya rasa tidak perlu diubah, karena mengubahnya akan berdampak pada banyak hal termasuk stagnasi dalam berfikir, dan berbagai konsekuensi lainnya. Namun, gaya hidup nokturnal bisa diimbangi dengan pola hidup sehat yang lainnya sehingga para nokturnal bisa tetap produktif berkreatifitas, sekaligus tetap bisa menjaga kesehatan.

Nokturnal dan Resiko Penyakit Jangka Panjang

(Sumber: Unsplash/Glenn Carstens-Peters) 
(Sumber: Unsplash/Glenn Carstens-Peters) 

Pola tidur nokturnal pada dasarnya menyalahi jam biologis manusia pada umumnya yang beraktifitas di siang hari dan beristirahat di malam hari. Manusia pada umumnya atau dikenal dengan istilah diurnal atau morning person, tidak memiliki kesulitan dalam beristirahat, mendapatkan asupan vitamin D dari sinar matahari pagi, sehingga tubuh menjadi seimbang dan penuh energi. Sebaliknya, jika tubuh tidak cukup mendapatkan asupan sinar matahari, maka tubuh akan merasa mudah lelah dan aliran darah menjadi tidak optimal. Hal ini jika dilakukan dalam jangka panjang maka bisa menjadi bumerang bagi tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit.

Sebagaimana dilansir dari Alodokter, tidur larut secara terus menerus akan menimbulkan berbagai resiko penyakit seperti obesitas, mudah kelelahan, gangguan tekanan darah, gangguan jantung, liver, dan gangguan daya ingat. Resiko tersebut akan semakin meningkat jika keluarga Anda memiliki riwayat penyakit kronis. Selain resiko penyakit kronis, pola hidup nokturnal juga rentan dengan penyakit mental, dan kejiwaan termasuk penyakit skizofrenia. Untuk itu, para nokturnal perlu lebih bijak dalam mengatur pola tidur sehingga bisa hidup seimbang.

Tetap Nokturnal: Tetap Produktif dan Sekaligus Sehat

           

(sumber: www.kompas.com)
(sumber: www.kompas.com)
Dari uraian di atas, maka saya menyimpulkan bahwa para nokturnal memiliki tiga pilihan, yaitu tetap menjadi nokturnal, menjadi diurnal, atau menjadi diantara keduanya. Pilihan pertama mungkin akan bukan menjadi sebuah pilihan bagi mereka yang tidak memahami resiko besar yang akan ditimbulkan, atau sudah terlanjur terjebak dan sulit mengubahnya. Namun bagi mereka yang sudah paham dengan resiko dan tetap memilih hidup nokturnal, maka sebaiknya Anda menyiapkan diri. Silahkan nikmati hari ini, tuai penyakit esok hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun