Orang-orang yang suka aktif di malam hari disebut dengan night person atau kaum nokturnal. Kata Nokturnal berasal dari kata Nokturnus yang berarti milik malam. Orang-orang dengan gaya hidup nokturnal banyak dijumpai atau bahkan identik dengan masyarakat perkotaan yang penuh hingar bingar. Kota, menawarkan kehidupan 24/7, tak terbatas. Â Maraknya dunia hiburan seperti cafe, diskotik dan berbagai tempat hiburan lainnya, transportasi yang tak terbatas, dan sempitnya ruang gerak mendukung gaya hidup nokturnal.
Namun, terlepas faktor lingkungan, ada banyak alasan lainnya kenapa ada orang-orang yang lebih memilih menjadi nokturnal daripada diurnal atau orang-orang yang lebih aktif di siang hari. Sebagian para nokturnal memilih tetap aktif di malam hari meskipun tahu mereka akan lebih beresiko terkena penyakit dibandingkan dengan para diurnal atau morning person yang selalu mendapatkan cukup sinar matahari pagi atau vitamin D. Bagi para nokturnal, malam hari akan menjadi waktu terbaik untuk melahirkan berbagai kreativitas, dan memiliki energi yang lebih baik dibandingkan siang hari.
Orang-orang yang suka berfikir secara mendalam, atau memiliki kecenderungan menjadi pemikir dan bekerja di bidang kreatifitas banyak yang mendeklarasikan diri sebagai nokturnal. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama misalnya, dia mengaku selalu terlambat tidur dan merasa lebih produktif di malam hari. Para nokturnal lebih menyukai malam hari karena dianggap lebih hening dan minim gangguan sehingga bisa lebih produktif dan jelas dalam berfikir. Hal ini seturut dengan penelitian yang dihasilkan oleh Catholic University of the Sacred Heart di Milan yang menyatakan bahwa para nokturnal memiliki pikiran yang lebih kreatif dibandingkan individu pada umumnya.
Selain daya kreatifitas yang lebih menonjol, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science mengatakan bahwa para siswa yang memiliki kecerdasan paling gemilang memiliki pola tidur dan bangun yang lebih lambat. Sebaliknya, siswa dengan IQ rata-rata rendah justru tidur dan bangun lebih awal. Penelitian lainnya dilakukan pada tahun 2013, dan dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences menyebut mereka yang sering terlambat tidur cenderung mendapatkan nilai lebih tinggi pada tes penalaran induktif yang berkaitan dengan kecerdasan umum. Â Penelitian lainnya mengatakan mereka yang memiliki pola hidup nokturnal cenderung lebih kuat secara mental, memiliki daya nalar dan cara komunikasi yang lebih baik.
Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, saya menganggap bahwa menjadi nokturnal adalah sebuah konsekuensi dari kedalaman berfikir dan kesenangan aktif didalam keheningan yang minim gangguan. Karena itu, gaya hidup nokturnal saya rasa tidak perlu diubah, karena mengubahnya akan berdampak pada banyak hal termasuk stagnasi dalam berfikir, dan berbagai konsekuensi lainnya. Namun, gaya hidup nokturnal bisa diimbangi dengan pola hidup sehat yang lainnya sehingga para nokturnal bisa tetap produktif berkreatifitas, sekaligus tetap bisa menjaga kesehatan.
Nokturnal dan Resiko Penyakit Jangka Panjang
Pola tidur nokturnal pada dasarnya menyalahi jam biologis manusia pada umumnya yang beraktifitas di siang hari dan beristirahat di malam hari. Manusia pada umumnya atau dikenal dengan istilah diurnal atau morning person, tidak memiliki kesulitan dalam beristirahat, mendapatkan asupan vitamin D dari sinar matahari pagi, sehingga tubuh menjadi seimbang dan penuh energi. Sebaliknya, jika tubuh tidak cukup mendapatkan asupan sinar matahari, maka tubuh akan merasa mudah lelah dan aliran darah menjadi tidak optimal. Hal ini jika dilakukan dalam jangka panjang maka bisa menjadi bumerang bagi tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit.
Sebagaimana dilansir dari Alodokter, tidur larut secara terus menerus akan menimbulkan berbagai resiko penyakit seperti obesitas, mudah kelelahan, gangguan tekanan darah, gangguan jantung, liver, dan gangguan daya ingat. Resiko tersebut akan semakin meningkat jika keluarga Anda memiliki riwayat penyakit kronis. Selain resiko penyakit kronis, pola hidup nokturnal juga rentan dengan penyakit mental, dan kejiwaan termasuk penyakit skizofrenia. Untuk itu, para nokturnal perlu lebih bijak dalam mengatur pola tidur sehingga bisa hidup seimbang.
Tetap Nokturnal: Tetap Produktif dan Sekaligus Sehat
     Â
Pilihan kedua yakni sepenuhnya mengubah gaya hidup menjadi morning person: tidur tepat waktu secara teratur, bangun pagi menyapa matahari, dan akan lebih baik jika dibarengi dengan jalan kaki sekitar 15-30 menit setiap harinya. Jika memilih yang kedua, konsekuensinya, Anda perlu waktu lama untuk mengubah jam biologis tidur, berikut dengan sistem berfikir. Pilihan kedua akan terasa sulit jika kalian bekerja di bidang yang membutuhkan kreatifitas dan pemikiran yang mendalam dan segar. Apalagi, jika pola tidur nokturnal sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Jika Anda benar-benar ingin mengubah pola tidur dan kesulitan, sebaiknya konsultasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater karena ada kemungkinan Anda memiliki gangguan mental, semacam kecemasan akut. Sebenarnya, bisa juga dipelajari sendiri dengan self-diagnose, namun akan jauh lebih baik jika langsung pergi ke ahlinya.
Hal lainnya yang bisa dilakukan jika kalian ingin benar-benar mengubahnya yakni menemui cahaya. Dalam sebuah podcast, Raditia Dika, seorang penulis buku sekaligus komika Indonesia mengatakan bahwa mata akan lebih mudah terbuka dan terjaga jika ia terkena cahaya. Untuk itu, barangkali akan berhasil jika kamar tidur dihadapkan langsung dengan posisi cahaya matahari muncul sehingga Anda akan secara otomatis dibangunkan oleh cahaya pagi.
Kesalahan umum yang biasanya dilakukan oleh para nokturnal yakni kurangnya aktifitas fisik sehingga mengganggu pola tidur di malam hari. Maka, jika tetap ingin hidup sehat, sebaiknya Anda olahraga rutin beberapa kali dalam seminggu, atau olahraga tipis-tipis setiap pagi. Hal paling ringan yang bisa dilakukan yakni menggunakan smart watch yang bisa menghitung jumlah kalori yang harus dikeluarkan setiap harinya, termasuk jumlah langkah kaki. Dari hal kecil ini, akan berdampak banyak jika dilakukan setiap hari. Setidaknya, akan membuat Anda lebih sadar dengan seluruh aktivitas keseharian Anda.
Pilihan ketiga merupakan sintesa dari kedua pilihan sebelumnya. Anda tetap bisa menikmati keheningan di malam hari, dan sekaligus cahaya mentari di pagi hari. Hal pertama yang bisa dilakukan yakni memperbanyak aktifitas di siang hari, memenuhi kebutuhan cahaya matahari, menstimulasi dengan pemandangan hijau (kalau bisa), dan berbagai hal positif lainnya. Selain itu, perlu mengkonsumsi makanan yang kaya protein seperti buah-buahan dan lain sebagainya. Kemudian pola tidur bisa diantisipasi misalnya tidur setelah jam 8, dan bangun jam 2 malam. Dengan pola tidur seperti ini, Anda masih bisa menikmati keheningan di malam hari dan sekaligus matahari pagi.
Referensi:
Menjadi Night Owl Person Tak Selamanya Buruk, Begini Sisi Positifnya! - Lifestyle Fimela.com
7 Fakta dan Kepribadian Si Night Owl, Lebih Kreatif hingga Berpotensi Jadi Psikopat - Global Liputan6.com
Dampak Jangka Panjang Sering Tidur Larut Malam - Tanya Alodokter
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI