Menurut Adams dan Gullota (1983), agama memberikan kerangka moral sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Perkembangan moral (moral development) adalah mencakup perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan atau kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi sengan orang lain (Hurlock).
Menurut Piaget dalam teori perkembangan moral membagi menjadi dua tahap, yaitu:
- Heteronomous Morality(5 sampai dengan 10 tahun)
Pada tahap perkembangan moral ini, anak memandang aturan-aturan sebagai otoritas yang dimiliki oleh Tuhan, orang tua dan guru yang tidak dapat dirubah, dan harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya.
- Autonomous Morality atau Morality of Cooperation(usia 10 tahun ke atas)
Moral tumbuh melalui kesadaran, bahwa orang dapat memilih pandangan yang berbeda terhadap tindakan moral. Pengalaman ini akan tumbuh menjadi dasar penilaian anak terhadap suatu tingkah laku. Dalam perkembangan selanjutnya, anak berusaha mengatasi konflik dengan cara-cara yang paling menguntungkan, dan mulai menggunakan standar keadilan terhadap orang lain
Tahap Perkembangan Agama Menurut Teori Fowler
Tahap
Usia
Karakteristik
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Awal masa anak-anak
Akhir masa anak-anak
Awal masa remaja
Akhir masa remaja
dan awal masa dewasa
Pertengahan masa dewasa
Akhir masa
- Gambaran intuitif dari kebaikan dan kejahatan
- Fantasi dan kenyataan adalah sama
- Pemikiran lebih logis dan konkrit
- Kisah-kisah agama diinterpretasikan
- Secara harfiah, Tuhan digambarkan seperti figure orang tua
- Pemikiran lebih abstrak
- Menyesuiakan diri dengan keyakinan agama orang lain
- Untuk pertama kali individu mampu memikul tanggung jawab penuh terhadap keyakinan agama mereka
- Menjelajahi kedalaman pengalaman nilai-nilai dan keyakinan agama seseorang
- Lebih terbuka terhadap pandangan-pandangan paradoks dan bertentangan
- Berasal dari kesadaran akan keterbatasan dan pembatasan seseorang
- Sistem kepercayaan transendental untuk dewasa mencapai perasaan ketuhanan
- Peristiwa-peristiwa konflik tidak selamanya dipandang sebagai paradok
Suntrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup (Life Span Development).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://yusufyukie.blogspot.co.id/2013/05/perkembangan-moral-dan-agama-anak.html
Dari keterangan diatas lalu bagaimana menerapkan agama dan moral yang baik kepada anak?
Nah, mari disini kita diskusikan bersama.
Kunci utama menanamkan agama serta moral ialah terdapat pada orangtua, terlebih lagi pada ibu. Karena sejatinya seorang ibu ialah madrasah awal untuk anak. Diposisi itulah seorang ibu mulai membentuk karakter anak bagaimana mereka harus berperilaku, bagaimana mereka harus sopan santun terhadap orangtua, orang yang lebih dewasa atau teman sebaya. Bagaimana mereka bisa menjadi sosok pribadi yang berguna, bagaimana mereka harus memilih sebelum bertindak, dan sebagainya.
Sebagai orangtua, harus bisa membimbing anaknya kearah yang benar dan sesuai syariat agama Islam. Sekalipun orangtua itu tidak memahami agama terlalu mendalam, setidaknya mereka bisa mengajarkan moral kepada anak, mengajarkan kebiasan-kebiasaan positif yang bisa dilakukan pada anak sehari-hari, atau enggan memasukkan anaknya kepada lembaga-lembaga yang bernuansa agama Islam. Karena dengan adanya kebiasaan moral yang baik, anak akan dengan mudah menerima agama dengan sendiri nya ketika mereka dididik/diajarkan tentang agama disekolah nya maupun di TPQ atau lembaga-lembaga yang bernuansa agama tersebut dan mereka pun akan mendapatkan nilai tambahan dari apa yang telah mereka pelajari.
Bukankah hal yang menyenangkan bagi orangtua ketika anak-anaknya menjadi anak yang patuh taat, berbudi pekerti, sholih/sholihah, rajin beribadah, berpenampilan bagus serta sederhana, tidak suka foya-foya, gemar menabung lagi, (hehehe). dan lain sebagainya.
Setelah pendidikan dari orangtua berhasil, maka orangtua juga berkewajiban memilihkan lembaga yang mana didalamnya pendidik bisa mengajarkan hal yang sama dengannya atau bahkan memberikan tambahan dari hal-hal yang positif lainnya. Akan tetapi, ketika didikan dari orangtua sudah baik sedangkan disekolah anak mendapatkan didikan yang mungkin lebih rendah kapasitas nya dari didikan orangtuanya, maka itu akan membuahkan hasil yang rendah atau dalam bahasa jepangnya biasa disebut njomplang. Hihihi.
Maksutnya jomplang ya itu tadi, antara didikan orangtua dan guru tidak sama. Begitu juag hasil ketika didikan guru lebih baik dari orangtua. Jadi, penerapan yang baik itu ya didikan atau bimbingan antara orangtua dan guru harus seimbang. Bagaimana caranya agar bisa seimbang? Apakah orangtua tau kalau guru tersebut memiliki kualitas yang sama dengannya? Nah caranya itu ya seperti keterangan penulis diatas tadi bahwasanya “ orangtua harus memilihkan lembaga pendidikan yang sudah terkenal bagus dalam pengajaran serta bimbingannya, orangtua harus peka terhadap hal-hal yang ada disekitar yang dimana bisa melunturkan akhlak seorang anak” akan tetapi dengan catatan, orangtua tidak boleh terlalu mengekang anak secara berlebihan.
Biasa nya hal ini banyak terjadi pada tiap-tiap orangtua karena ditakutkan anak mereka terpengaruh oleh lingkungan atau pergaulan yang tidak baik sehingga para orangtua melarang anak-anak nya main diluar rumah, dan lain sebagainya. Apakah ini penerapan yang benar? Tentu saja tidak. Malah anak ketika mereka terlalu dikekang hasilnya tidak akan bagus, karena apa? Ya karena ketika mereka bosan dengan aturan yang bermacam-macam itu, apapun itu perbuatan akan mereka coba dengan segala cara akan mereka lakukan demi membuang rasa bosannya tersebut.
Jadi, pesan dari penulis untuk para orangtua, calon orangtua, guru, calon-calon guru dan khusus nya penulis pribadi. Jadilah seorang orangtua atau guru yang dicintai anak-anak nya serta anak didiknya. Tanamkanlah pada anak apa yang telah didapatkan selama berpendidikan dulu ataupun saat ini. Ajarkan pada anak hal-hal yang baik, yang positif dan bombing mereka sesuai syartiat agama Islam.
(( Sesuatu yang baik, diniati yang baik, serta menggunakan cara yang baik maka hasilnya akan baik pula ))
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H