Kunci utama menanamkan agama serta moral ialah terdapat pada orangtua, terlebih lagi pada ibu. Karena sejatinya seorang ibu ialah madrasah awal untuk anak. Diposisi itulah seorang ibu mulai membentuk karakter anak bagaimana mereka harus berperilaku, bagaimana mereka harus sopan santun terhadap orangtua, orang yang lebih dewasa atau teman sebaya. Bagaimana mereka bisa menjadi sosok pribadi yang berguna, bagaimana mereka harus memilih sebelum bertindak, dan sebagainya.
Sebagai orangtua, harus bisa membimbing anaknya kearah yang benar dan sesuai syariat agama Islam. Sekalipun orangtua itu tidak memahami agama terlalu mendalam, setidaknya mereka bisa mengajarkan moral kepada anak, mengajarkan kebiasan-kebiasaan positif yang bisa dilakukan pada anak sehari-hari, atau enggan memasukkan anaknya kepada lembaga-lembaga yang bernuansa agama Islam. Karena dengan adanya kebiasaan moral yang baik, anak akan dengan mudah menerima agama dengan sendiri nya ketika mereka dididik/diajarkan tentang agama disekolah nya maupun di TPQ atau lembaga-lembaga yang bernuansa agama tersebut dan mereka pun akan mendapatkan nilai tambahan dari apa yang telah mereka pelajari.
Bukankah hal yang menyenangkan bagi orangtua ketika anak-anaknya menjadi anak yang patuh taat, berbudi pekerti, sholih/sholihah, rajin beribadah, berpenampilan bagus serta sederhana, tidak suka foya-foya, gemar menabung lagi, (hehehe). dan lain sebagainya.
Setelah pendidikan dari orangtua berhasil, maka orangtua juga berkewajiban memilihkan lembaga yang mana didalamnya pendidik bisa mengajarkan hal yang sama dengannya atau bahkan memberikan tambahan dari hal-hal yang positif lainnya. Akan tetapi, ketika didikan dari orangtua sudah baik sedangkan disekolah anak mendapatkan didikan yang mungkin lebih rendah kapasitas nya dari didikan orangtuanya, maka itu akan membuahkan hasil yang rendah atau dalam bahasa jepangnya biasa disebut njomplang. Hihihi.
Maksutnya jomplang ya itu tadi, antara didikan orangtua dan guru tidak sama. Begitu juag hasil ketika didikan guru lebih baik dari orangtua. Jadi, penerapan yang baik itu ya didikan atau bimbingan antara orangtua dan guru harus seimbang. Bagaimana caranya agar bisa seimbang? Apakah orangtua tau kalau guru tersebut memiliki kualitas yang sama dengannya? Nah caranya itu ya seperti keterangan penulis diatas tadi bahwasanya “ orangtua harus memilihkan lembaga pendidikan yang sudah terkenal bagus dalam pengajaran serta bimbingannya, orangtua harus peka terhadap hal-hal yang ada disekitar yang dimana bisa melunturkan akhlak seorang anak” akan tetapi dengan catatan, orangtua tidak boleh terlalu mengekang anak secara berlebihan.
Biasa nya hal ini banyak terjadi pada tiap-tiap orangtua karena ditakutkan anak mereka terpengaruh oleh lingkungan atau pergaulan yang tidak baik sehingga para orangtua melarang anak-anak nya main diluar rumah, dan lain sebagainya. Apakah ini penerapan yang benar? Tentu saja tidak. Malah anak ketika mereka terlalu dikekang hasilnya tidak akan bagus, karena apa? Ya karena ketika mereka bosan dengan aturan yang bermacam-macam itu, apapun itu perbuatan akan mereka coba dengan segala cara akan mereka lakukan demi membuang rasa bosannya tersebut.
Jadi, pesan dari penulis untuk para orangtua, calon orangtua, guru, calon-calon guru dan khusus nya penulis pribadi. Jadilah seorang orangtua atau guru yang dicintai anak-anak nya serta anak didiknya. Tanamkanlah pada anak apa yang telah didapatkan selama berpendidikan dulu ataupun saat ini. Ajarkan pada anak hal-hal yang baik, yang positif dan bombing mereka sesuai syartiat agama Islam.
(( Sesuatu yang baik, diniati yang baik, serta menggunakan cara yang baik maka hasilnya akan baik pula ))
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H