Mohon tunggu...
churmatin nasoichah
churmatin nasoichah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

^-^

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Work From Anywhere (WFA), Nyaman Berkantor di Rumah atau di Kantor?

19 September 2022   11:22 Diperbarui: 19 September 2022   11:26 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun terakhir ini, mulai muncul wacana berkantor ala-ala WFA. Termasuk saya yang saat ini juga tengah menjalaninya. Saya yang dulunya bekerja di bawah naungan Kemendikbud, kemudian pada tahun 2022 beralih ke BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Dalam sistem BRIN ini muncullah istilah WFA. 

WFA merupakan singkatan dari Work From Anywhere yang bermakna bisa bekerja dimana saja.

Sistem WFA yang bisa dikatakan baru bagi saya ini, tentunya membutuhkan penyesuaian dalam menjalaninya. Dulu setiap hari saya harus berkantor mulai pukul 07.00 hingga 16.00, kini bisa sangat fleksibel. Bahkan saya bisa memilih kantor dimana saja sesuai dengan kenyamanan saya. Enak bukan?

Terkesan memang menyenangkan. Namun apakah demikian? Mungkin sebagian orang sistem WFA ini menyenangkan, namun sebagian lainnya sangat menyusahkan. Kok bisa? Fleksibilitas waktu dan tempat kerja menjadi kunci utama mengapa sistem WFA ini bisa dikatakan menyenangkan. Disisi lain justru kelonggaran waktu dan kebebasan memilih tempat inilah bisa menjadi kendala dalam capaian target kinerja.

Antara kantor atau rumah, menjadi pilihan yang bisa dikatakan paling sering digunakan dalam sistem WFA, pun sebenarnya tidak hanya di kedua tempat itu. Ada beberapa perbedaan jika kita berkantor di rumah atau di kantor.

Ini Tempatku!

Meskipun terdapat istilah WFA namun masih banyak pegawai yang tetap datang ke kantor setiap hari mulai dari pagi hingga sore hari. Hal ini terjadi karena sudah menjadi habit sebelumnya yang mana keharusan berkantor dilakukan pada pukul 07.00-16.00. Namun demikian hal ini pun memiliki kendala bagi ketersediaan tempat duduk karena adanya sistem CWS (Coworking Space) yang seharusnya bisa digunakan oleh orang lain di lain hari, namun seolah-olah tempat duduk tersebut sudah dipatenkan menjadi tempatnya sendiri.

Padahal diketahui bahwa dengan adanya CWS ini, pegawai tidak memiliki tempat duduk khusus untuk bekerja. Tempat duduk bisa digunakan oleh siapa saja yang memerlukannya sehingga pegawai hanya membawa perlengkapan pribadi lalu membawa pulang semuanya tersebut. 

Tentu lebih nyaman bila kita bekerja di rumah. Kita bisa menyerakkan semua berkas-berkas kita tanpa harus ada kekhawatiran bila kita meninggalkannya. Kita bisa kapan saja menggunakan dan meninggalkan semua barang-barang kita tanpa terikat waktu kerja.

Harus Berpakaian Rapi

Dengan kita pergi ke kantor, tentunya kita harus memiliki etika terutama dalam hal berpakaian. Jika kita memutuskan untuk berkantor hari ini, maka seyogyanya kita mengenakan pakaian kerja. Minimal tidak berdaster atau mengenakan pakaian tidur. Tentu dengan perlengkapan pakaian lainnya seperti sepatu dan lainnya. 

Berbeda bila kita memilih untuk bekerja di rumah, kita bisa berpakaian lebih santai sesuai dengan style kita. Kita bisa memilih pakaian yang lebih nyaman dengan kita tanpa takut ada teguran dari orang lain. 

Namun demikian, hal ini perlu digaris bawahi. Tidak semua orang bisa melakukan itu untuk bekerja. Ada sebagian orang justru merasa malas bekerja bila hanya berpakaian santai apalagi jika ia belum mandi. Bayangkan apabila kebiasaan itu menjadi habit menahun, sangat ditakutkan ia semakin malas bekerja dan tentunya target kinerjanya tidak akan tercapai. 

Seperti Tidak Memiliki Kantor

Adanya sistem WFA dan CWS ini membuat kita semakin merasa tidak memiliki kantor. Kantor tidak hanya dimiliki oleh sekelompok orang saja, namun menjadi milik bersama bahkan kita tidak mengenal sama sekali rekan sebelah kursi kita. Kantor hanya bersifat objek semata. Kantor hanya dianggap benda mati tanpa rasa peduli.

Semakin hari ketidak pedulian kita akan kondisi kantor membuat kita enggan memelihara dan menjaga kantor. Apalagi sudah ada beberapa petugas yang menangani itu. Jika ada suatu masalah kita tinggal  menunjuk seseorang saja untuk disalahkan. Tentu petugas yang berwenang menangani itu yang kita salahkan.

Dengan semakin merasa tidak memiliki kantor, lambat laun kantor akan berpindah ke rumah kita. Berbagai pekerjaan akhirnya banyak kita selesaikan di dalam rumah. Rumah tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat melepas lelah dan beristirahat, tapi justru menjadi tempat bekerja.

Jika kita tidak terbiasa dengan sistem WFA, tentu kita akan kebingungan membagi waktu antara mengerjakan pekerjaan kantor ataukah pekerjaan rumah. Terutama bagi para ibu. Dia akan kebingungan membagi waktu antara memasak, mencuci, menjemput anak, ataukah harus menulis jurnal atau bahkan menjadi narasumber pada kegiatan webinar. 

Fleksibilitas tersebut sebagian menganggap menyenangkan namun sebagian lain justru mengalami kebingungan. Pekerjaan yang sudah direncakan hari itu, bisa tiba-tiba berubah seiring kondisi rumah maupun kondisi psikologis pegawai itu sendiri. 

Selain beberapa hal di atas, tentunya masih banyak hal-hal lain seputar sistem WFA ini. Mungkin sebagian lain sudah nyaman dengan kondisi ini, namun bagi saya pribadi masih butuh adaptasi terutama dalam pembagian waktu antara bekerja, memasak, menjemput anak, atau bahkan hanya sekedar rebahan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun