Dengan kita pergi ke kantor, tentunya kita harus memiliki etika terutama dalam hal berpakaian. Jika kita memutuskan untuk berkantor hari ini, maka seyogyanya kita mengenakan pakaian kerja. Minimal tidak berdaster atau mengenakan pakaian tidur. Tentu dengan perlengkapan pakaian lainnya seperti sepatu dan lainnya.Â
Berbeda bila kita memilih untuk bekerja di rumah, kita bisa berpakaian lebih santai sesuai dengan style kita. Kita bisa memilih pakaian yang lebih nyaman dengan kita tanpa takut ada teguran dari orang lain.Â
Namun demikian, hal ini perlu digaris bawahi. Tidak semua orang bisa melakukan itu untuk bekerja. Ada sebagian orang justru merasa malas bekerja bila hanya berpakaian santai apalagi jika ia belum mandi. Bayangkan apabila kebiasaan itu menjadi habit menahun, sangat ditakutkan ia semakin malas bekerja dan tentunya target kinerjanya tidak akan tercapai.Â
Seperti Tidak Memiliki Kantor
Adanya sistem WFA dan CWS ini membuat kita semakin merasa tidak memiliki kantor. Kantor tidak hanya dimiliki oleh sekelompok orang saja, namun menjadi milik bersama bahkan kita tidak mengenal sama sekali rekan sebelah kursi kita. Kantor hanya bersifat objek semata. Kantor hanya dianggap benda mati tanpa rasa peduli.
Semakin hari ketidak pedulian kita akan kondisi kantor membuat kita enggan memelihara dan menjaga kantor. Apalagi sudah ada beberapa petugas yang menangani itu. Jika ada suatu masalah kita tinggal  menunjuk seseorang saja untuk disalahkan. Tentu petugas yang berwenang menangani itu yang kita salahkan.
Dengan semakin merasa tidak memiliki kantor, lambat laun kantor akan berpindah ke rumah kita. Berbagai pekerjaan akhirnya banyak kita selesaikan di dalam rumah. Rumah tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat melepas lelah dan beristirahat, tapi justru menjadi tempat bekerja.
Jika kita tidak terbiasa dengan sistem WFA, tentu kita akan kebingungan membagi waktu antara mengerjakan pekerjaan kantor ataukah pekerjaan rumah. Terutama bagi para ibu. Dia akan kebingungan membagi waktu antara memasak, mencuci, menjemput anak, ataukah harus menulis jurnal atau bahkan menjadi narasumber pada kegiatan webinar.Â
Fleksibilitas tersebut sebagian menganggap menyenangkan namun sebagian lain justru mengalami kebingungan. Pekerjaan yang sudah direncakan hari itu, bisa tiba-tiba berubah seiring kondisi rumah maupun kondisi psikologis pegawai itu sendiri.Â
Selain beberapa hal di atas, tentunya masih banyak hal-hal lain seputar sistem WFA ini. Mungkin sebagian lain sudah nyaman dengan kondisi ini, namun bagi saya pribadi masih butuh adaptasi terutama dalam pembagian waktu antara bekerja, memasak, menjemput anak, atau bahkan hanya sekedar rebahan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H