Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakit

27 November 2022   07:47 Diperbarui: 27 November 2022   07:48 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sakit mengubah banyak prioritas dalam kehidupan kita. Ketika kita sakit, fokus kita menjadi bagaimana agar segera sembuh. Hal-hal lain di luar usaha-usaha penyembuhan menjadi terlihat tak sepenting dulu.

Misalkan pada suatu hari kita tiba-tiba terserang demam. Tubuh panas dingin, kepala pusing tujuh keliling, lidah pahit dan menebal, perut terasa kembung. Padahal kita sudah ditunggu oleh urusan lain, yang pada saat kita sehat urusan tersebut menjadi urusan mahapenting antara hidup dan mati karena menyangkut hajat hidup keluarga.... Saat itu, kita yang waras pasti memikirkan satu hal saja: batalkan semua urusan, istirahat, minum obat dan lakukan proses pemulihan sampai sehat kembali.

Itu adalah tindakan sangat logis dan disarankan, karena jika dibandingkan dengan uang atau harta, kesehatan tak memiliki nilai: kesehatan itu tak ternilai.

Dari perspektif Buddhisme, setiap makhluk awam yang masih terus berkeliling di Samsara ini memiliki satu anak panah yang menancap di dadanya. Anak panah lambang dari tiga akar kejahatan, atau kalau tiga terasa terlalu banyak untuk dihitung, cukup ketahui anak panah ini sebagai cemaran batin atau kilesa.

Mengetahui kita menderita sakit karena tertancap anak panah, seharusnya prioritas utama kita dalam hidup adalah menuju kepada semua daya upaya untuk mencabut anak panah tersebut, mengobati lukanya dan memulihkan diri dari luka tersebut.

Dalam kenyataan, sebagian dari kita mirip pasien-pasien bandel yang ketika sakit malah tak mau beristirahat dan menjalani perawatan, terus menipu diri menganggap enteng penyakitnya, atau menahan sakit itu dengan obat-obat instan pembunuh rasa sakit sembari terus asyik dengan urusan lain yang dianggap lebih penting dan seru. Hingga pada suatu hari penyakit itu menjadi sedemikian parah dan titik balik sudah terlewati, tak ada ampun lagi. Game over-lah, pindah ke alam berikut yang entah di stage lebih tinggi (syukur), tetap di alam sama hanya pindah alamat (lumayan, apalagi kalau kehidupannya jauh lebih dalam segalanya dengan yang mantan dulu), atau turun derajat (gawat).

Chuang 141019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun