Sakit mengubah banyak prioritas dalam kehidupan kita. Ketika kita sakit, fokus kita menjadi bagaimana agar segera sembuh. Hal-hal lain di luar usaha-usaha penyembuhan menjadi terlihat tak sepenting dulu.
Misalkan pada suatu hari kita tiba-tiba terserang demam. Tubuh panas dingin, kepala pusing tujuh keliling, lidah pahit dan menebal, perut terasa kembung. Padahal kita sudah ditunggu oleh urusan lain, yang pada saat kita sehat urusan tersebut menjadi urusan mahapenting antara hidup dan mati karena menyangkut hajat hidup keluarga.... Saat itu, kita yang waras pasti memikirkan satu hal saja: batalkan semua urusan, istirahat, minum obat dan lakukan proses pemulihan sampai sehat kembali.
Itu adalah tindakan sangat logis dan disarankan, karena jika dibandingkan dengan uang atau harta, kesehatan tak memiliki nilai: kesehatan itu tak ternilai.
Dari perspektif Buddhisme, setiap makhluk awam yang masih terus berkeliling di Samsara ini memiliki satu anak panah yang menancap di dadanya. Anak panah lambang dari tiga akar kejahatan, atau kalau tiga terasa terlalu banyak untuk dihitung, cukup ketahui anak panah ini sebagai cemaran batin atau kilesa.
Mengetahui kita menderita sakit karena tertancap anak panah, seharusnya prioritas utama kita dalam hidup adalah menuju kepada semua daya upaya untuk mencabut anak panah tersebut, mengobati lukanya dan memulihkan diri dari luka tersebut.
Dalam kenyataan, sebagian dari kita mirip pasien-pasien bandel yang ketika sakit malah tak mau beristirahat dan menjalani perawatan, terus menipu diri menganggap enteng penyakitnya, atau menahan sakit itu dengan obat-obat instan pembunuh rasa sakit sembari terus asyik dengan urusan lain yang dianggap lebih penting dan seru. Hingga pada suatu hari penyakit itu menjadi sedemikian parah dan titik balik sudah terlewati, tak ada ampun lagi. Game over-lah, pindah ke alam berikut yang entah di stage lebih tinggi (syukur), tetap di alam sama hanya pindah alamat (lumayan, apalagi kalau kehidupannya jauh lebih dalam segalanya dengan yang mantan dulu), atau turun derajat (gawat).
Chuang 141019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H