#6 Anak-Anak Panti
Minggu lalu, dalam rapat organisasi muda-mudi wihara sudah diputuskan dengan suara bulat bahwa dalam rangka menyambut Hari Raya Tri Suci Waisak para pemuda dan pemudi wihara akan mengadakan beberapa kegiatan bakti sosial. Antara lain yang sudah disepakati adalah donor darah, penanaman pohon bakau di hutan bakau milik kota yang kondisinya cukup memprihatinkan, dan kunjungan ke panti asuhan untuk menyerahkan bantuan dan bersosialisasi.
Jambo Nalagiri, si ketua organisasi, sudah membagi-bagi tugas ke semua anggota lainnya. Dia memberi nama kegiatan ini "Berbagi Kasih: Untuk Sesama, Untuk Bumi, dan Untuk Semesta 2012" Katanya,, "Bahasa Indonesia juga bisa gaul, kok! Kita tak harus memakai nama atau judul dalam bahasa asing untuk kegiatan-kegiatan kita hanya supaya tidak dikatakan kampungan." Keren! Tak sangka si ketua yang berbadan subur itu seorang nasionalis.
Sebenarnya Jomblo tidak lagi sebagai anggota aktif dalam organisasi, tidak wajib ikut rapat dan, karena itu, Â tak punya hak suara. Tapi kadang-kadang dia ikut bantu-bantu jika ada kegiatan apa pun. Seperti kali ini. Kebetulan Jomblo dan May-may mendapatkan tugas di program yang sama, yakni program kunjungan ramah tamah dan bantuan sosial ke panti asuhan.Â
Mereka diminta bantuan menggalang dana yang nantinya akan dibelikan barang-barang kebutuhan yang diperlukan oleh pihak panti.Â
Sebelum itu, diadakan dulu survei untuk menentukan apa saja barang-barang yang diperlukan oleh pihak panti. Ini untuk mencegah kejadian di mana sumbangan barang malah tak terpakai atau mubazir karena pihak yang menerima sesungguhnya tidak memerlukan barang itu.
Program pertama yang dijalankan adalah kunjungan ramah tamah dan bantuan sosial ke panti asuhan. Setiap program dijalankan berurutan dengan selang seminggu. Jadi pada minggu pertama sebulan sebelum Waisak tiba, Â 11 orang pemuda dan pemudi wihara berangkat bersama-sama dari wihara dengan minibus sewaan meskipun dari rumah ke wihara mereka berangkat sendiri-sendiri dengan kendaraan masing-masing.Â
Tujuannya demi ikut melestarikan lingkungan dengan mengurangi polusi dan juga untuk meningkatkan rasa kebersamaan. Jadi, pagi-pagi Jomblo mengajak May-may berangkat bersama dari rumah ke wihara dengan May-may membonceng Jomblo yang mengendarai skuter antik warisan Papa.
Panti yang dituju adalah milik sebuah yayasan sosial keagamaan Hindu. Letaknya di daerah pinggiran kota, cukup jauh dari wihara yang terletak di pusat. Perjalanan akan memakan waktu 30 menit sampai 1 jam tergantung apakah ada si Komo lewat atau tidak. Tapi biasanya hari minggu si Komo juga libur, untunglah.
Tak banyak kejadian sepanjang perjalanan, kecuali percakapan dan canda berbalas canda antara beberapa ABG. May-may duduk bersama temannya dan sibuk ngobrol, entah apa, di bangku depan dekat supir. Beberapa yang lainnya seperti tak acuh, asyik sibuk sendiri dengan ponsel canggih atau gadget masing-masing.Â
Hihihi...lucunya. Mereka memperhatikan teman nun jauh di seberang lautan tapi tak melihat teman yang berada di samping mereka. Tentu bukan salah teknologi, tapi manusia-manusia yang menggunakannya belum siap atau bijak, belum bisa membedakan kapan dan dalam situasi apa alat canggih itu sebaiknya digunakan dan sebaliknya.