Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Segala Sesuatu tentang "The King of Lip Service" yang Harus Kamu Ketahui

30 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:05 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unggahan Instagram BEM UI | Instagram @bemui_official

Sepanjang hari kemarin, media sosial seolah-olah tidak berhenti membahas Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), The King of Lip Service, Ade Armando hingga akun media sosial yang diretas.

Ada apa sebenarnya?

Pada Sabtu, 26 Juni 2021 lalu, BEM UI mengkritik Bapak Presiden Indonesia, Joko Widodo, dengan julukan "The King of Lip Service", atau raja pembual, melalui unggahan di akun Instagram mereka yang sudah mendapat likes hingga hampir 250 ribu pengguna akun Instagram. Tak tanggung-tanggung, unggahan itu pun menampilkan foto Jokowi berserta janji dan faktanya di lapangan.

Dianggap mengobral janji manis

The King of Lip Service | Instagram @bemui_official
The King of Lip Service | Instagram @bemui_official

Dalam caption-nya, akun BEM UI juga menjelaskan bahwa Jokowi sering mengatakan hal-hal manis yang pada akhirnya tidak ia tepati di lapangan, seperti 4 topik ini:

  1. Pernyataan Jokowi yang mengatakan bila ia "rindu demo". Faktanya, saat ada aksi demo, banyak masyarakat yang ditangkap karena dianggap menentang UU Cipta Kerja.

  2. Pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa UU ITE dapat direvisi jika masyarakat menganggap hal tersebut sebagai masalah besar. Faktanya, malah ada usulan baru UU ITE yang dinilai sebagai pasal karet, dan justru lebih 'merepresi' masyarakat.

  3. Pernyataan Jokowi yang mengatakan jika masyarakat dapat mengajukan uji materi/judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) bila masyarakat tidak puas dengan UU Cipta Kerja. Faktanya, Jokowi meminta MK menolak seluruh gugatan tentang UU Cipta Kerja.

  4. Pernyataan Jokowi yang ingin memperkuat KPK. Faktanya, banyak upaya yang dilakukan pemerintah yang dinilai melemahkan KPK. Contohnya, revisi UU KPK sebagai alih status pegawai KPK menjadi ASN, hingga kontroversi pemilihan Bapak Firli Bahuri sebagai ketua KPK.

Pro dan kontra netizen +62

Unggahan tersebut lantas viral hingga netizen heboh dan setuju dengan BEM UI, walau memang ada juga yang tidak setuju. Mereka yang setuju pun mengapresiasi keberanian BEM UI yang berani mengkritik pemerintah di era yang penuh 'buzzer' ini. Mereka juga salut dengan tindakan BEM UI yang menyuarakan hal yang selama ini menjadi keresahan masyarakat.

Di samping itu, mereka yang tidak setuju pun menganggap aksi BEM UI ini sebagai kadal gurun (kadrun), yang merupakan istilah kelompok islam politik oposisi pemerintah.

Surat panggilan terhadap BEM UI

Setelah unggahan tersebut muncul di permukaan sosial media, Pimpinan UI atau Rektorat UI pun mengeluarkan surat pemanggilan terhadap BEM UI keesokan harinya, pada Minggu, 27 Juni 2021. Dalam suratnya disebutkan bahwa para perwakilan BEM UI akan dimintai keterangan terkait unggahan tersebut.

Lagi, surat ini pun kemudian viral dan menimbulkan tanda tanya besar, "Haruskah memanggil mahasiswa di akhir pekan, Hari Minggu? Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini?"

Presiden adalah simbol negara

Menurut Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Rektorat UI, Amelita Lusia, kritikan BEM UI melalui meme itu dirasa kurang tepat caranya, karena Presiden adalah simbol negara, dan tidak sepatutnya mahasiswa berbuat demikian terhadap kepala dan simbol negara tersebut. 

Perihal dipanggilnya mahasiswa di akhir pekan dan di tengah pandemi Covid-19 adalah karena kejadian ini bersifat darurat dan merupakan bagian dari proses pembinaan kemahasiswaan di UI.

Ade Armando VS Ketua BEM UI

Tak sampai di situ, perkara ini juga melibatkan Ade Armando, Dosen Komunikasi Universitas Indonesia. Menurut beliau, BEM UI seharusnya bisa menyampaikan kritik yang substantif terhadap pemerintah, karena tak ada jaminan bahwa yang menggunggah janji dan fakta di lapangan Jokowi itu adalah mereka yang pintar, walau mereka bagian dari BEM UI. 

Akun Twitter Ade Armando pun menjadi sasaran netizen yang merasa heran tentang bagaimana seharusnya anak ekonomi UI berkelakuan. Bagaimana tidak, secara terang-terangan ia menyinggung Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra, dengan tweet yang dianggap meremehkan secara personal.

WhatsApp, Telegram, dan Instagram diretas

Seolah tak berakhir, dalam akun Twitter Leon, ia mengatakan bahwa akun WhatsApp Kepala Biro Hubungan Masyarakat BEM UI, Tiara Shafina tak bisa diakses pada pukul 00.56 WIB. Selain itu, akun WhatsApp Wakil Ketua BEM UI, Yogie Sani, juga tak bisa diakses pada pukul 07.11 WIB.

Akun Messenger Telegram milik Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI, Naifah Uzlah, juga nyaris diretas akunnya pada sekitar pukul 2.15 WIB. Bukan hanya WhatsApp dan Telegram saja, akun Instagram Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, Syahrul Badri, juga sempat di-restrict setelah ia mengunggah surat panggilan rektorat UI.

Pemerintah bersabda

Lalu, apa kata pemerintah perihal kekisruhan ini? Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, enggan memberi komentar terkait kritikan BEM UI. Menurutnya, segala aktivitas kemahasiswaan di UI adalah tanggung jawab Pimpinan UI, bukan pemerintah. Selain itu, Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin, juga mengatakan bahwa pemanggilan pengurus BEM UI adalah urusan internal UI, dan lagi, bukan urusan pemerintah.

Tanggapan Bapak Jokowi


Menurut Jokowi, kritikan masyarakat dan berbagai macam julukan yang diberikan baginya sudah sejak lama ia terima.

"Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo. Kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini bebek lumpuh, dan baru-baru ini ada yang ngomong saya bapak bipang," kata Jokowi, dilansir dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.

"Dan terakhir ada yang menyampaikan mengenai the king of lip service. Ya, saya kira ini ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi. Jadi, kritik itu boleh-boleh saja, dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa berekspresi," tambahnya.

"Tapi, juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopan-santunan, saya kira biasa saja. Mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat. Tapi yang saat ini penting, kita semuanya bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19," tutupnya.

Akhir kata

Terlepas dari apapun yang sedang terjadi di antara pihak BEM UI, pemerintah, Ade Armando, dan siapa pun yang terlibat di dalamnya, hendaklah kita sebagai masyarakat budiman yang 'mengonsumsi' media sosial, senantiasa bijak dalam memahami, menyimpulkan, bahkan menilik suatu hal yang positif.

Jakarta, 2021.
Christie Stephanie Kalangie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun