Tapi, sekali lagi, inilah hidup, terlalu beragam, dan sepertinya hidup memang akan lebih seru dan ada tantangan dengan adanya orang-orang seperti demikian.Â
Setelah saya menangis sejadi-jadinya dan memiliki banyak waktu untuk bertenang diri di rumah, secara keseluruhan saya kembali mengingat bahwa ada satu hal penting yang membuat mereka seperti ini.Â
Rumor yang beredar, bahwa mereka ternyata adalah dua manusia yang datang dari latar keluarga yang kurang lengkap dan kurang harmonis.Â
Setelah diusut lebih jauh, ia dan pasangannya sibuk dengan masing-masing pekerjaan mereka. Tidak ada waktu komunikasi antara kedua belah pihak. Akhirnya, sang suami pun berusaha mencari 'kebahagiaan lain' di tempat kerja, tempat dimana ia seharusnya bekerja dan memimpin dengan baik.Â
Untuk atasan yang sering marah tanpa alasan yang jelas dan mencari tahu kehidupan pribadi orang lain, ternyata ia pernah disakiti oleh pasangannya, sehingga di umurnya yang telah lansia ini, ia memilih untuk sendiri.Â
Dengan kata lain, ia sangat trauma dan kesepian. Di tengah trauma dan kesepiannya, ia juga tampak bingung untuk melampiaskan perasaan dan emosinya kepada siapa, sehingga kami yang berada di tempat kerjalah yang menjadi sasaran empuk.Â
Saya tidak tahu betul apa yang terjadi dengan masa lalu atasan saya dan pria yang pernah ia cintai. Tapi, jika ia pernah disakiti, bukankah hampir semua orang dewasa pernah merasakan yang namanya disakiti?Â
Disini, yang penting sebenarnya adalah bagaimana kita melawan rasa sakit itu dan berkeinginan untuk maju dan bangkit, tidak terpuruk dan berlarut dalam masalah. Karena kenyataannya, truma yang ia alami berdampak negatif serta merugikan orang banyak, kan?Â
Selain itu, penting untuk memiliki pengendalian diri. Tak mengapa jika kamu memilih sendiri untuk kehidupan selanjutnya, tapi alangkah baiknya jika kamu tidak membiarkan emosi yang tidak stabil dibawa dan dilempar ke kantor untuk para bawahan yang sebenarnya tidak tahu apa yang sedang dialami oleh dirimu dan oleh hatimu.Â
Setelah saya berusaha memahami posisi mereka di rumah, saya tidak lagi mengasihani diri saya sendiri karena masalah di kantor. Saya pun merasa iba akibat apa yang menimpa kedua atasan saya dan membagi rasa kasihan itu kepada mereka juga.Â