Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PSBB Total? Kenapa Tidak?

13 September 2020   21:55 Diperbarui: 15 September 2020   20:06 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source Photo :  mediaindonesia.com 

Tanggal 14 September 2020, Provinsi DKI Jakarta akan menerapkan kembali PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) total. Hal tersebut dilakukan karena peningkatan yang cukup signifikan jumlah penderita Covid19 di Ibukota. 

PSBB total yang akan dilakukan pada esok hari ini sebelumnya sudah pernah diterapkan pada bulan April 2020. Namun karena masih banyak kasus Covid19, maka dari itu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada hari Rabu (9 September 2020) telah mengambil tindakan dengan memberlakukan kembali PSBB demi menekan penyebaran virus corona yang sudah mulai tinggi. 

Berdasarkan data hingga Minggu pukul 12.00 WIB ini (13 September 2020), diketahui ada penambahan 3.636 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 218.382 orang, terhitung sejak kasus pertama pada 2 Maret 2020. 

Setelah adanya penerapan New Normal, banyak diantara kita yang tadinya sudah mulai lega ketika roda perekonomian mulai berjalan. Banyak yang mulai melakukan aktivitas di luar rumah sedikit demi sedikit, namun kemudian harus menahan napas kembali karena dikejutkan dengan keputusan Provinsi DKI Jakarta untuk menerapkan kembali PSBB. 

Bagaimana tidak, masyarakat di Ibukota yang awalnya begitu bebas, kini harus diikat lagi oleh aturan-aturan selama PSBB, seperti dilarang berkegiatan di tempat umum dengan melibatkan kerumunan orang, bekerja dan sekolah dari rumah, masuk-keluar Jakarta yang dibatasi, tempat ibadah yang masih ditutup, dan lain sebagainya. 

Tentu saja banyak yang merasa dirugikan dalam hal ini, tapi apakah semua ini adalah kehendak dan kendali kita atau pemerintah? Tentu tidak. Semua yang terdampak wabah ini tahu bahwa yang sedang kita perangi saat ini adalah bukan manusia atau pemerintah, namun virus. Sesuatu yang juga masih kontroversi bagaimana bisa begitu cepat menyebar dan bahkan menyebabkan korban meninggal dari berbagai negara tanpa mengenal usia, jenis kelamin, juga status sosial, bahkan cara menghilangkannya dari muka bumi ini pun masih belum ada yang dapat memastikan kapan dan bagaimana caranya. 

Hari demi hari di tahun 2020 ini memang terasa sangat berat bagi kita semua, terutama bagi mereka yang merasakan secara langsung dampaknya. Tapi bagaimana kalau sebenarnya kita sedang diuji? Bagaimana kalau sebenarnya kita sedang diajar untuk merespon dan menyikapi sesuatu di dunia dari perspektif yang berbeda? 

Saat masih duduk di bangku sekolah, kita mengenal istilah ulangan. Nah, bayangkan jika PSBB 2.0 ini adalah ulangan, terutama bagi mereka yang belum lulus pada saat PSBB pertama. Saat PSBB pertama diberlakukan, mungkin masih ada yang uring-uringan, banyak mengeluh, sering berantem dan marah dengan rekan kerja, pasangan dan anak, bermalas-malasan serta tidak produktif. Sekarang adalah kesempatan untuk mengulang dan memutarbalikkan hal-hal tersebut menjadi sebaliknya atau menjadi hal yang postif. 

Pastikan agar kali ini kita bisa lulus ulangan dengan baik dengan cara tidak mengulang hal-hal negatif semasa PSBB pertama. Bagi yang sudah lulus pada PSBB pertama, pertahankan dan terus lakukan hal-hal positif agar mendapatkan angka atau nilai yang lebih baik dari kemarin. 

Apa yang harus kita lakukan agar bisa lulus pada PSBB 2.0? 

1) Meningkatkan rasa empati pada sesama 

Ini adalah waktu yang tepat untuk saling menolong, memperhatikan dan memperbesar rasa empati terhadap keluarga serta sesama kita lainnya. Terutama bagi mereka yang telah lanjut usia, tinggal sendiri atau tidak lagi memiliki pekerjaan dan bisnis. 

Mungkin terkesan sederhana dengan hanya menanyakan kabar atau menanyakan mengenai apa yang bisa dibantu, namun percayalah hal tersebut akan sangat menguatkan hati mereka di masa pandemi seperti ini. Apalagi jika kita memang bisa dan masih lebih beruntung dari mereka sehingga bisa membantu, maka saat itu kita sedang menunjukkan kasih terhadap sesama dan pencipta kita. 

Dunia memang tidak akan seketika pulih dari pandemi ini hanya dengan kita membantu orang lain. Tapi percaya saja bahwa duniamu, dunia orang yang telah kita bantu, hatimu, serta hati orang yang telah kita bantu akan segera pulih dengan rasa empati yang kita berikan. 

2) Tetap bersemangat hingga akhir 

Dimulai dari belajar memperkatakan hal yang positif seperti, "Saya dan kamu kuat. Kita adalah orang-orang yang hebat. Kalau 6 bulan yang telah lalu telah kita lewati dengan baik, maka hari-hari di depan pasti akan kita lewati lagi dengan baik. Ya, karena kita mampu, kita bisa. Kita semua pasti bisa melewati badai ini. Ada pelangi indah yang akan kita temui setelah berhasil melewati masa-masa sulit ini. Kita tidak akan menyerah karena kita begitu kuat dan hebat." 

Ketika kita terus memperkatakan yang baik, maka secara sadar atau tidak, alam bawah sadar kita pun turut merasakan semangat itu dan terus memberikan energi positif dari dalam. Tetaplah bersemangat, berapi-api, dan pertahankan semangat itu hingga akhir. 

3) Menunggu dengan sabar sambil mengasah kemampuan lalu muncul dengan kreativitas yang baru 

Anggap saja masa-masa sulit ini adalah pertarungan kita yang sangat menarik dan seru, dimana penonton dapat menikmati kemampuan terbaik dari kedua tim. Adu strategi, keahlian dan trik-trik yang hebat. Kita sedang bertarung dengan virus yang tidak terlihat namun sangat membahayakan. 

Jika kita mampu bertarung dengan bertahan pada saat PSBB serta tenang sambil terus bekerja dan sekolah dari rumah, keluar rumah hanya untuk membeli kebutuhan yang penting dan disiplin menggunakan protokol kesehatan yang telah diwajibkan, terus menggali dan mengasah kemampuan di bidang olahrgara, membaca banyak buku dan menambah pengetahuan, belajar marketing, belajar bahasa yang baru, belajar memasak, belajar melukis, belajar melayani sesama agar menjadi lebih bijaksana dan tentunya lebih sehat fisik serta mental, lalu saat masa-masa sulit ini berakhir kita akan muncul dengan piribadi yang baru dengan kreativias yang baru, maka kita adalah pemenangnya. 

Penonton terbaik adalah ketika kita berhasil mengalahkan virus ini dan mereka bersorak akan kemenangan kita yang baru. Kita telah mengalahkan virus ini dengan sangat baik karena kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. 

PSBB total? Kenapa tidak? 

Marilah kita menjalani hidup ditengah masa yang sulit ini sambil tetap menaruh pengharapan akan pelangi yang muncul sehabis hujan. Bersabarlah, ini semua pasti akan berlalu. Ambillah keuntungan yang penuh dari musim ini sehingga kita semua telah punya modal untuk masuk ke musim lebih baik yang akan datang. 

Menjelang PSBB total di Ibukota, akhir kata, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" 

Jakarta, 2020.
Christie Stephanie Kalangie.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun