Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Awalnya Kukira Hanya Kebijakan Populis, Taunya MBG ini Sangat Positif

11 Januari 2025   11:00 Diperbarui: 13 Januari 2025   16:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari pertama ujicoba, sepanjang yang saya ketahui dari informasi dua anak saya yang kebetulan bersekolah di dua sekolah berbeda, serta dari info grup wa yang dilaporkan oleh Babinsa yang kebetulan bertugas mengawal program MBG, bahwa pelaksanaan makan bergizi gratis berjalan dengan baik dan memuaskan.

Hari berikutnya mulai sedikit ada kendala, ini terkait dengan pendistribusian makanan. Di sekolah anak saya yang pertama, makanan diantarkan di sekolah pada pukul 8.00 waktu setempat, tetapi di sekolah anak saya yang kedua (hanya berjarak kurang dari 100 m dari sekolah kakaknya) makanan baru diantarkan pukul 11.30, dan ini berlanjut ke hari berikutnya.

Kemudian di hari keempat, jika makanan sehat itu harus memenuhi unsur empat sehat, yakni karbohidrat, protein hewani (daging, ayam, ikan, telur dll), protein nabati dan buah. Di hari keempat dalam menu tidak terdapat menu sayuran hanya nasi, ikan, tempe dan bakwan jagung serta buah.

Kemudian di hari kelima, berjalan normal hanya saja di sekolah anak saya yang kedua, MBG-nya tetap didistribusikan dan disantap sebagai makan siang. Sementara di sekolah anak saya yang lain, MBG-nya di waktu sarapan +/- 8.30 wita.

Saya mencatat ada beberapa catatan menarik berdasarkan informasi anak saya, dan catatan ini menjadi hal yang membuat saya menganggap program MBG ini adalah program yang sangat sangat dan sangat bagus, dan wajib disukseskan hingga seterusnya.

Catatan pertama adalah cerita anak saya, bahwa ada teman sekolahnya yang mencari kantong untuk membungkus lauk ayam dari jatahnya yang katanya akan ia berikan kepada adiknya di rumah.

Mungkin ada sebagian orang yang ketawa dengan cerita ini, tetapi inilah gambaran di lingkungan kita, bahwa masih ada keluarga dan anak Indonesia yang merasakan makanan yang bagi sebagian besar orang adalah menu sederhana tetapi bagi mereka adalah menu mewah.

Catatan kedua, bahwa semua anak-anak menikmati menu makanan bergizi gratis mereka, termasuk anak kedua saya yang jika di rumah sangat susah makan dan sangat memilih-milih makanan. Rata-rata mereka mengatakan makanannya enak!.

Ini menjadi catatan penting, "rasa makanan yang enak". Bisa jadi hampir sebagian besar anak-anak sekolah kita jarang menikmati sarapan enak di rumah!, mengapa?

Tidak memandang keluarga kurang mampu dan keluarga mampu, terkadang menyediakan makanan sehat bagi keluarga itu tidak hanya tergantung kemampuan keuangan, tetapi bisa jadi tergantung juga dengan waktu dan kepandaian memasak.

Ada keluarga yang mampu secara finansial untuk memenuhi kebutuhan makanan keluarganya, tapi tidak punya waktu yang cukup untuk membuat makanan enak bagi keluarganya, apalagi di pagi hari saat anak-anak mau berangkat sekolah. Bisa jadi karena ayah dan ibunya bekerja atau hal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun