Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Uang Masih Menjadi Virus dalam Pilkada, Ayo Lawan

24 November 2024   16:13 Diperbarui: 24 November 2024   16:18 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: KOMPAS/SUPRIYANTO

Pilkada serentak tahun 2024 tinggal menghitung hari, memasuki minggu tenang perbincangan mengenai konstelasi politik justru semakin menghangat. Hampir di setiap perkumpulan warga, materi yang dibahas tidak lain adalah konteks Pilkada.

Hal yang sama tentu terjadi di hampir semua daerah, tidak terkecuali di Kota Kendari. Setelah tiga bulan terakhir di masa kampanye para kontestan berebut simpati di masyarakat dengan tawaran visi misi yang mentereng dan memikat, yang entah itu dapat terealisasi atau tidak.

Hingar-bingar dan hiruk-pikuk kampanye yang entah disadari atau tidak justru sebenarnya kontraproduktif dengan tantangan dan problematika yang dihadapi daerah. Mendatangkan artis-artis ternama dengan biaya yang tentunya bernilai wow!, hanya untuk sekedar berjoget-joget sambil berkoar akan membangun daerah.  

Sebaran baliho, banner dan atribut kampanye para calon 'mengotori' wajah kota, terpaku di pohon-pohon peneduh di tepi jalan, tertempel di tembok-tembok yang merusak pemandangan, tersobek hingga kemudian terlepas dan menjadi sampah tanpa ada sedikit pun kepedulian.

Dan puncak dari eforia kampanye tidak lagi membahas apa dan bagaimana visi misi kandidat, menjelang hari eksekusi pembicaraan yang menghangat adalah amplop serangan masing-masing kandidat.

Perang isu, terkait nominal serangan masing-masing calon merebak di masyarakat, para tim sukses yang beberapa bulan terakhir sibuk mendata warga yang akan diserang mulai ketar-ketir menunggu kapan amplop serangan akan diedarkan.

Masyarakat di akar rumput mulai gelisah menanti kapan serangan akan tiba, kabar-kabar angin yang santer beredar di sejumlah tempat telah ada serangan yang beredar dan memang itu benar adanya. Di satu sisi orang-orang yang peduli akan Pilkada jujur, adil dan berkualitas bertanya-tanya, dimana KPU, dimana Bawaslu dan Panwas?

Menjadi seorang pemimpin bukan tugas yang ringan. Demikian juga memilih seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Pemimpin yang terpilih harus menjadi sosok yang mengayomi dan melayani rakyatnya, menunaikan janji-janjinya, serta mampu bersikap adil kepada seluruh masyarakatnya.

Tugas seorang pemimpin itu bukan hanya dihadapkan pada pertanggungjawaban di dunia tetapi juga di akhirat, demikian juga bagi pemilihnya pertanggungjawabannya akan dimintai di dunia terlebih di akhirat.

Ketika engkau memilih karena setumpuk rupiah, dan yang engkau pilih pun berbuat baik bagi daerah dan masyarakat engkau tetap mendapatkan dosa, apalagi jika pemimpin yang terpilih itu berlaku dzalim, korup, dan tidak mensejahterakan masyarakat, naudzubillahi min dzalik.

Dalam konteks Pilkada, hal utama yang menjadi faktor penentu, tak bisa kita pungkiri adalah kekuatan uang. Ketika engkau punya uang, maka kualitas dan kapabilitas menjadi hal nomor terakhir yang diperhitungkan, saya yakin ini banyak terjadi di daerah lain bukan saja di daerah saya.

Timbul pertanyaan, apa sih yang dicari dengan menjadi kepala daerah, hingga harus mengeluarkan biaya yang begitu besar, mulai dari atribut kampanye, tim sukses, biaya sosialisasi termasuk mendatangkan artis papan atas dll.

Belum lagi eksekusi terakhir yang disebut dengan serangan fajar berapa besar dana yang dibutuhkan, sebagai gambaran untuk pemilihan gubernur dengan jumlah pemilih sekitar 2,7 juta berapa banyak rupiah yang dibutuhkan jika satu suara ada yang dihargai 200 ribu.

Kepemimpinan itu seharusnya dibangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal. Nilai dari kultur dan kearifan lokal tentu merupakan entitas yang tidak bisa terpinggirkan dari sebuah kepemimpinan, apalagi jika itu dikaitkan dengan jalan money politik.

Tetapi dalam kenyataannya, kesadaran untuk menggali nilai-nilai budaya dan kehidupan sosial masyarakat untuk membangun solidaritas dirusak dengan ambisi harus menang, sehingga terkadang bukan hanya melahirkan friksi di masyarakat tetapi bisa lebih jauh dari itu.

Menjadi pemimpin merupakan suatu amanah dan itu adalah tugas yang sangat mulia. Maka memilih pemimpin haruslah secerdas dan secermat mungkin, jangan sampai menjerumuskannya ke dalam kenistaan dan menjerumuskan masyarakat je dalam kesengsaraan akibat salah memilih pemimpin.

Pilkada serentak sudah di depan mata, tugas kita sebagai pemilih hanya datang ke tempat pemilihan, daftar, menunggu dan kemudian mencoblos pilihan di bilik suara dan selesai. Seluruh prosesnya tak memakan waktu yang lama, tak sampai lima menit, kecuali mungkin saat antrian menunggu panggilan untuk mencoblos.

Namun, dari proses yang singkat itu akan memberi dampak jangka panjang yang mungkin saja disyukuri oleh masyarakat, tetapi bisa jadi juga disesali oleh masyarakat setidaknya selama lima tahun.

Sebenarnya tidak susah memilih pemimpin, tinggal melihat bagaimana track record atau rekam jejak setiap calon, apa latar belakangnya, apa pengalamannya, bagaimana pemahamannya atas nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

Visi misi dan juga debat kandidat hanya sebagai pelengkap dari kriteria yang disebut di atas. Visi dan misi bisa saja merupakan produk literasi yang gampang dibuat oleh ahlinya, begitu juga debat kandidat, kepiawaian berdebat bukan berarti menguasai persoalan kepemimpinan yang dibutuhkan.

Di minggu tenang ini, adalah momentum kita untuk merenungi apa dan siapa pemimpin yang dibutuhkan oleh daerah kita. Yang pertama coret money politic dari daftar penilaian.

Kedua ketahui dengan detail latar belakang, rekam jejak dan pemahamannya terkait nilai-nilai kultur dan kearifan lokal yang dielaborasi dengan kesesuaian visi misinya dengan kebutuhan dan kondisi serta kemampuan daerah.

Ingat kemajuan bangsa ini ditentukan oleh kualitas pemimpin-pemimpin daerah yang terpilih, ingat taruhan dari pilihan kita adalah kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Memilih pemimpin karena tergiur money politic adalah penghianatan terhadap pengorbanan pahlawan bangsa dan juga terhadap anak cucu kita.

Selamat menyalurkan hak suara anda, semoga pilihan terbaik menjadi hasil akhir di semua Pilkada serentak 2024.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun