Barcelona akhirnya berhasil memutus enam kekalahan beruntun mereka melawan Bayern Munich di Liga Champions UEFA. Setelah penantian 9 tahun sejak Mei 2015 saat terakhir kali Barca menang 3-0 atas Die Roten.
Mimpi buruk pasukan Blaugrana atas Bayern akhirnya dihentikan oleh mantan pelatih sang lawan sendiri yang pernah membawa Die Roten menghancur leburkan Barca 8-2 di perempatfinal Liga Champions 2019-2020.
Kemenangan ini tidak saja menuntaskan dendam panjang Barca, atas enam kekalahan beruntun dalam sembilan tahun terakhir pertemuan kedua tim, yang sebelumnya secara total 10 kali dimenangkan pasukan dari Bavaria, dengan sekali seri serta hanya menelan tiga kekalahan.
Kemenangan malam ini memberi arti yang cukup besar bagi El Barca, dalam merebut posisi delapan besar klasemen Liga Champions format baru ini. Sementara bagi Bayern Muenchen kekalahan ini mengancam posisi mereka di klasemen, yang bisa saja keluar dari 24 besar.
Sebagaimana yang kita ketahui, format baru Liga Champions UEFA yang dimulai tahun ini diikuti oleh 36 klub dan bermain dalam satu sistem Liga. Dimana setiap tim bertanding 8 laga di Fase Liga dan akan menghadapi delapan tim berbeda, empat pertandingan tersebut menjadi laga kandang, dan empat lainnya tandang.
Setelah fase Liga berakhir, delapan tim teratas di klasemen lolos langsung ke babak sistem gugur, sementara itu peringkat 9-24 akan melalui babak play-off untuk berebut delapan tiket tersisa ke babak 16 besar dengan format dua leg. Dan tim peringkat 25-36 dipastikan gugur dan tidak akan ada lagi tim yang turun ke Liga Europe.
Laga penuh gengsi dan bermuatan 'dendam' antara Barcelona kontra Bayern Muenchen malam tadi berlangsung seru dan penuh drama sejak menit awal pertandingan. Tiga poin yang direbut berawal dari gol kilat di detik ke-54 selepas wasit Slavko Vincic memulai kick-off.
Berawal dari Pedri memberi bola kepada Fermin, yang dengan cepat berbalik dan mengirimkan bola terobosan ke belakang pertahanan Bayern. Raphinha berhasil menerima bola dengan baik dan mendekati gawang, dengan tenang Ia mengecoh Neuer lalu melepaskan tembakan ke gawang yang sudah kosong.
Akan tetapi, Bayern segera merespon dengan gol Harry Kane, tetapi sayang dianulir wasit karena offside. Namun di kesempatan berikutnya tendangan voli cantik dari Harry Kane menyelesaikan umpan terukur Serge Gnabry membuat skor imbang 1-1.
Blaugrana tidak butuh waktu lama untuk kembali memimpin. Fermin Lopez menyodok bola dari Lamine Yamal melewati Neuer, Lewandowski berhasil menyambar bola ke gawang kosong yang coba dihadang oleh Dayot Upamecano namun gagal, sehingga skor menjadi 2-1.
Beberapa detik menjelang turun minum, Raphinha yang malam tadi layak menjadi man of the match kembali mencetak gol. Dengan penyelesaian yang luar biasa, menerima umpan dari Marc Casanova Ia melewati Guerreiro sebelum melepaskan tendangan melengkung yang melewati Neuer, 3-1.
Setelah turun minum, tim asuhan Kompany terus menekan, sama seperti babak pertama tim tamu lebih menguasai ball possessions, tetapi Barcelona justru yang berhasil mencetak gol keempat.
Bermula dari peluang tendangan bebas Bayern yang gagal, bola dikuasai Yamal yang melepaskan umpan silang luar biasa ke area pertahanan Die Roten, bola diterima oleh Raphinha dengan kontrol dadanya untuk kemudian menerobos masuk ke kotak penalti dan mencetak hat-tricknya malam itu.
Vincent Company pantas kecewa dengan hasil yang diperoleh timnya, bukan saja karena mereka lebih baik dalam hal penguasaan ball possessions namun harus menderita kekalahan telak.
Hasil malam tadi membuat posisi Vincent Company di kursi pelatih bakalan terancam, apalagi jika dalam laga lanjutan Liga Champions berikutnya masih menorehkan hasil yang buruk, yang bisa membuat Bayern tersisih dari babak gugur.
Meski masih tersisa lima laga lagi dan tentu peluang masih terbuka lebar bagi sang juara enam kali Liga Champions, tetapi kekalahan ini setidaknya harus menjadi alarm waspada bagi Company untuk menjalani laga berikutnya melawan Benfica (K), PSG (K), Shakhtar Donetsk (T), Feyenoord (T), dan Slovan Bratislava (K).
Tentu akan sangat disayangkan jika tim dengan enam gelar juara harus tersisih di fase pertama format baru Liga Champions. Dengan kapasitas klub dan juga pelatih, publik Allianz Arena pasti berharap tim kesayangan mereka finis di posisi lolos otomatis ke babak gugur (8 besar), atau setidaknya tidak terlempar keluar dari 24 besar.
Sementara itu bagi Barcelona urusan dendam panjang atas Bayern Muenchen telah tuntas, bagi Hansi Flick selain dengan liga domestik fokus mereka adalah lolos langsung ke babak gugur artinya mereka harus finis di delapan besar.
Jika mengingat kondisi finansial Barca yang tidak memungkinkan mereka bermanuver bebas di bursa transfer untuk menambah kedalaman skuad, serta kondisi badai cedera yang melanda pemain pentingnya.
Kesuksesan di dalam negeri dan juga di Liga Champions setidaknya akan membuat klub lebih mempunyai harapan yang kuat untuk keluar dari krisis yang mereka hadapi. Dan ini adalah tugas menantang untuk Hansi Flick.
Di pertandingan selanjutnya di Liga Champions, langkah raksasa Catalan ini untuk langsung lolos ke babak gugur sedikit berat. Barca akan menghadapi Red Star Belgrade (T), Brest (K), Dortmund (T), Benfica (T), Atalanta (K).
Secara matematis, mungkin bisa dihitung poin minimal lolos babak berikutnya dari format sistem baru ini adalah 15-16 poin. Ini artinya Barca butuh tiga kemenangan lagi di fase Liga.
Mencuri kemenangan di kandang Dortmund dan Benfica mungkin agak sulit bagi Barca, tetapi bukan juga merupakan hal yang mustahil.
Kemudian meraih poin sempurna di partai kandang melawan Brest dan Atalanta mungkin agak mudah tetapi tetap tak boleh lengah, apalagi menghadapi Atalanta yang membuyarkan impian Leverkusen di final Liga Eropa 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H