Satu lagi berita mengejutkan datang dari dunia kepelatihan sepakbola elite Eropa, setelah beberapa hari lalu Jurgen Klopp mengumumkan akan mundur dari posisinya sebagai pelatih kepala Liverpool, hari ini publik sepakbola dunia dikejutkan oleh pernyataan pelatih Barcelona, Xavi Hernandez yang mengatakan dia akan berhenti dari pekerjaannya yang "kejam dan tidak menyenangkan" di akhir musim ini.
Namun, berbeda dengan Klopp yang menyatakan mundur dalam posisi timnya sedang moncer-moncernya dan sementara memimpin klasemen Liga Premier. Sementara Xavi Hernandez sedang dalam posisi sulit bersama timnya yang dilanda krisis inkonsistensi dalam penampilannya.
Kekalahan mengejutkan 3-5 di kandang sendiri dari tim yang juga sedang tidak baik-baik saja, Villarreal yang sedang berjuang di papan tengah bawah. Ini menjadi puncak dari "keputus-asaan" Xavi yang sebelumnya juga tersingkir dari ajang Copa del Rey, setelah kalah 2-4 dari Athletic Bilbao.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Xavi dalam konfrensi pers di hadapan wartawan mengatakan:
"Pada tanggal 30 Juni saya akan meninggalkan klub, itu adalah keputusan yang saya ambil bersama presiden, dengan staf," kata Xavi kepada wartawan.
" Perasaan menjadi pelatih Barca kejam, tidak menyenangkan, rasanya orang-orang sering kali kurang menghormati Anda ," kata Xavi.
" Ini buruk pada tingkat kesehatan mental, moral Anda... sampai pada titik di mana Anda berpikir tidak ada gunanya melanjutkan ."
Juara bertahan Barcelona, yang telah memenangkan 27 kali gelar juara La Liga, kini berada dalam posisi sulit menduduki peringkat ketiga di liga, tertinggal 10 poin dari pemimpin klasemen Real Madrid dan 8 poin dari peringkat kedua Girona yang mengalahkan mereka 4-2 di markas sendiri Stadium Estadi Olmpic Llus Companys.
Nampaknya, upaya mempertahankan gelar mereka hampir berakhir, begitu juga mereka telah tersingkir di Copa del Rey oleh Athletic Bilbao minggu ini dan dikalahkan oleh Madrid 4-1 di final Piala Super Spanyol pada awal Januari.
Inkonsistensi penampilan nampaknya melanda kubu Barca, menang susah payah 3-2 atas tim juru kunci Almeria ditahan imbang 1-1 oleh Valencia yang sedang terpuruk, menang susah payah 3-2 di Copa del Rey dari klub kasta keempat Liga Spanyol, Barbastro.
Semua ini menjadikan posisi Xavi berada dalam sasaran kritik dan kecaman yang dirasakan Xavi begitu kejam dan dapat membunuhnya secara mental, dan ini membuatnya "terpaksa" mengambil keputusan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya dan juga klub, serta para pemain yang sejauh ini selalu mendukungnya.
Xavi Hernandez, mengambil alih kepelatihan klub pada November 2021, Ia membawa Barcelona meraih gelar Piala Super Spanyol dan gelar La Liga musim lalu, dengan tim yang dibangunnya dengan pertahanan yang kuat.Â
Namun, kekuatan pertahanan Barcelona yang solid itu, musim ini justru menjadi titik rawan, mereka rapuh di lini belakang, dan melawan pasukan Kapal Selam Kuning, Barcelona kebobolan lima gol di kandang sendiri untuk pertama kalinya sejak 1963.
Musim ini dari 21 laga di La Liga, Barca telah kebobolan 29 gol dan berada di posisi ke-8 kebobolan terbanyak. Dan di semua kompetisi Barcelona kebobolan 17 gol. Sementara produktivitas gol Barca 64 gol di semua kompetisi dengan 43 di antaranya di La Liga.Â
Sepanjang perjalanannya bersama Barcelona, Xavi mencatatkan 76 kemenangan, 21 seri, dan 26 kali kalah, dengan persentase kemenangan 61,5% dengan dua gelar mayor sebenarnya cukup bagus bagi Xavi.
Namun, tekanan berat yang dirasakan Xavi di musim terakhir ini, cukup untuk membuatnya mengambil keputusan pergi dari tim Blaugrana. Xavi mengatakan meski Barcelona menjuarai Liga Champions, dia tidak akan berubah pikiran dan bertahan. Meski demikian, Xavi masih berpikir bahwa timnya masih berada pada jalur untuk bisa meraih trophy musim ini.
Xavi telah bulat dengan keputusannya. Pelatih berusia 44 tahun yang membintangi lini tengah Barcelona antara 1998-2015, dan telah memberikan banyak gelar bagi tim catalan itu, tentu memiliki cinta yang dalam bagi klub yang telah membesarkan namanya ini.Â
Demi yang terbaik bagi klub, Xavi memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya yang berakhir pada 30 Juni 2024, yang sebenarnya telah diperpanjang hingga Juni 2025.
Dinamika yang berkembang di pentas liga sepakbola dunia terutama di liga elite Eropa yang begitu dinamis, telah membuat dua pelatih "kondang" mengambil keputusan berhenti, belum lagi beberapa pelatih yang dipecat oleh klubnya seperti Jose Mourinho misalnya.
Dan bukan tidak mungkin hingga di akhir musim nanti akan menyusul pelatih-pelatih lainnya, yang memilih mundur atau bahkan dimundurkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H