Tahun 2023 sudah berlalu, mulanya aku merasa bahwa 2023 adalah sungguh sebuah tahun yang menurutku begitu banyak memberikan kekecewaan dalam perjalananku melewatinya. Sempat membuatku merasa down dan bertanya-tanya apa yang salah dengan diriku?
Begitu banyak rencana di tahun 2023 yang tidak berjalan sesuai harapan, hanya menjadi penonton dalam urusan yang kumulai, namun orang lain yang panen dan menikmatinya. Begitu pula banyak harapan-harapan yang kubangun yang menurutku semestinya mudah terwujud, namun kenyataan berkata lain.
Belum lagi cobaan-cobaan yang memancing emosi, baik dalam dunia kerja maupun dalam interaksi sosial dengan teman dan kolega. Satu yang paling menyebalkan, adalah ditipu mentah-mentah oleh orang yang ingin kubantu karena kasihan atas kondisinya yang menurutku cukup memprihatinkan.Â
Bisa anda bayangkan, saya memberinya pekerjaan saya dan memberikannya modal, yang nanti hasilnya kami bagi fifty-fifty, untuk pekerjaan yang bisa selesai 1-2 bulan dengan keuntungan bisa untuk pergi umroh berdua.Â
Namun, alih-alih mengerjakannya, orang tersebut malah menjual pekerjaan yang saya berikan kepada orang lain, dan uang modal yang sudah saya berikan hanya dikembalikan 60% saja lantas ia menghilang begitu saja, yang akhirnya baru saya tahu ia telah menipu banyak orang.Â
Namun, semua kecewa, semua marah itu kurenungi, dan hal pertama yang kemudian timbul dalam perjalanan perenungan saya dalam merefleksikan tahun 2023 adalah saya harus introspeksi diri secara menyeluruh, secara total poin demi poin, berhenti menyalahkan keadaan dan apalagi menyalahkan orang lain dalam masalah saya.
Puji dan syukur, dalam perenungan saya menemukan banyak hal yang salah dan tidak pada tempatnya yang saya sematkan dalam rencana-rencana, dalam harapan-harapan serta dalam respon saya terhadap apa yang terjadi. Saya cengeng dan menangisi apa yang sudah menjadi ketetapan yang Maha Kuasa.
Satu yang paling mendasar yang sempat kuabaikan dalam menyikapi perjalanan tahun 2023-ku adalah hubunganku dengan sang pemilik ketetapan. Yah, saya lupa bahwa sebagai hamba, kita tidak punya daya sedikitpun kecuali atas kehendak-Nya.
Saya dengan begitu sombongnya membuat rencana-rencana, membuat harapan-harapan (meskipun itu menurutku baik) lalu menetapkan hasilnya harus seperti ini dan itu. Seolah-olah dengan segala pengetahuan, pengalaman dan kemampuan, saya memiliki daya dan kuasa untuk mewujudkan semua yang saya inginkan.
Saya melupakan kuasa Sang Khalik, saya lupa makna dzikir yang biasa saya amalkan laahaula walaa quwwata illa billahil aliyil adzhiem, yang artinya Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.
"Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung". Yah, saya berdosa telah melupakan ini, bagaimana saya bisa menetapkan bahwa rencana dan harapan saya harus menjadi seperti ini dan seperti itu, padahal untuk mendapat kesempatan menggerakkan tangan dan kaki, bahkan untuk bernafas saja itu semua atas kekuasaan-Nya.
Saya begitu berani membuat standar pencapaian atas keinginanku. Begitu banyak keinginan yang kuingini, ketika terwujud aku hanya sedikit dan kadang terlupa untuk bersyukur. Jika hasilnya tidak sesuai harapan, saya kecewa dan merutuk, lalu mencari-cari siapa yang salah atau disalahkan.
Di penghujung 2023, saya bersyukur masih diberi kesempatan merenungi perjalanan 2023-ku. Saya sadar segala kekurangan itu ada pada diriku, bukan pada orang lain dan bukan pula oleh keadaan.
Tahun 2023 dengan segala romantikanya, dengan segala rasanya, manis, pahit, masam, kecut, asin dan tawar harus kuterima dan menjadikannya pelajaran, baik itu untuk diriku maupun bagi keluargaku.
Hidup memang sesuatu yang serius, tetapi tidak harus selalu dihadapi dengan serius. Terkadang kita harus rileks dengan mensyukuri semua yang terjadi apapun bentuknya, baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak. Pencapaian yang terbaik dari semua keinginan, rencana, dan harapan adalah mengais hikmah dan pelajaran dari apapun yang terjadi.
Tahun 2023 mungkin telah kuanggap memberi banyak kesulitan. Sebelumnya ini semua kurasa begitu banyak membuat kecewa, kesal dan bahkan marah yang menggelegak. Kini aku malu pada diriku, aku lupa bagaimana pola relasi hubunganku dengan Rabb-ku Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Tuhanku telah berfirman "Fa Inna Ma al Usri Yusra" yang artinya Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Lantas apalagi yang harus membuat kuresah, membuat kukecewa atas pencapaian yang tak sesuai keinginanku. Ampuni hamba yaa Rabb. Â Â Â Â Â Â Â
Dalam refleksi tahun 2023-ku ini, saya ingin meninggalkan dekapan malam terakhir 2023 dengan mengucapkan terima kasih dan rasa syukur atas segala rasa manis, pahit, asam, asin dan tawar yang telah kuraih bersamanya. Semoga semuanya menjadi pelajaran dan membawa hikmah yang mendalam dan berkekalan dan perjalananku di tahun 2024 dan tahun-tahun selanjutnya. Aamiin
Dan akan kusongsong tahun 2024 dengan pandangan optimis. Ibadahku, aktivitasku, rencanaku, harapanku dan juga hidup dan matiku kupasrahkan hanya kepada-Nya dengan mengharapkan ridho-Nya.Â
Kumulai hitungan detik 2024 dengan mengucap "Laahaula walaa quwwata illa billahil aliyil adzhiem". Semoga di tahun 2024, saya bisa menjadi hamba dengan sebaik-baik penghambaan, bisa menanggalkan semua ego dan kesombongan dari diriku yang fakir, bodoh dan lemah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H