Seiring dengan semakin intensnya serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza pasca serangan milisi Hamas pada 7 Oktober lalu. Ada kekhawatiran lebih lanjut, masyarakat dunia mengkhawatirkan arogansi Israel yang terus melakukan agresi tanpa memedulikan seruan, kecaman, dan bahkan resolusi dari masyarakat internasional untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan serius yang rezim Netanyahu lakukan.
Krisis Gaza telah menjadi krisis kemanusiaan akut yang hanya menjadi tontonan, menjadi sandiwara yang memiriskan. Apa yang terjadi di Gaza saat ini, sangat jelas menunjukkan kepada kita standar ganda dari dunia internasional khususnya Amerika dan beberapa negara Eropa yang secara nyata memberikan dukungan yang terlihat sebagai dukungan tanpa syarat kepada Israel.
Harapan terbesar masyarakat dunia adalah semakin cepat Gaza selesai maka akan semakin baik, namun untuk menuju kesana tentu membutuhkan perjuangan yang berat dan penuh tantangan bukan saja oleh penduduk Gaza dan rakyat Palestina, tetapi oleh seluruh masyarakat dunia yang cinta akan kedamaian.
Akan halnya masyarakat Indonesia, dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina sudah jelas, Palestina harus merdeka. Dukungan terhadap Palestina ini bukan saja datang dari orang per orang atau kelompok tetapi juga datang dari pemerintah, sebagai amanat undang-undang dasar kita bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa.
Salah satu dukungan dari masyarakat Indonesia terkait dengan semakin seriusnya kondisi dan situasi di Gaza adalah aksi kampanye boikot, divestasi, dan sanksi terhadap produk-produk Israel dan produk internasional yang terafiliasi dengan penjajahan rakyat Palestina.
Bahkan MUI telah mengeluarkan fatwanya, sekalipun MUI bukan merupakan Otoritas keagamaan, hanya sebagai sebuah organisasi perhimpunan para ulama, tetapi kapasitas MUI untuk menterjemahkan kewajiban dan hak ummat Islam Indonesia terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di Gaza tentu "wajib" kita pahami dan ikuti.
Komisi Fatwa MUI telah merilis Fatwa Terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa ini berisikan seruan agar umat Islam menghindari penggunaan produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Fatwa ini tentu saja bukan tanpa alasan dan pertimbangan serius sebelumya, senafas dengan fatwa ini banyak pula kampanye sejenis yang dilakukan oleh dunia internasional.
Meningkatnya kemarahan warga dunia atas tindakan Israel yang semena-mena dengan tanpa rasa kemanusiaan telah memperkuat kampanye boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) produk-produk yang terafiliasi dengan Israel di beberapa negara. Namun, sayangnya di Indonesia walaupun banyak yang mendukung kampanye BDS ini, tetapi masih ada pula yang tidak sependapat dan bahkan mengecamnya.
Mungkin masih banyak diantara kita yang berpikir bahwa "Palestina yang diserang, kok rakyat Indonesia yang harus dikorbankan dengan kehilangan pekerjaan akibat aksi boikot produk-produk Israel". Memang pasti akan ada "kerugian". Namun, itu adalah bagian dari risiko dari perjuangan dukungan dan pembelaan terhadap rakyat Palestina yang tertindas secara semena-mena.
Rakyat Palestina telah mengambil bagiannya dengan terus melawan dan berjuang membela tanahnya, membela hidupnya. Mereka disana telah bersahabat dengan kematian, anak-anak, ibu-ibu, orang tua mati bergelimpangan karena diserang di jalan-jalan, di reruntuhan gedung yang dibombardir bahkan di rumah sakit dan tempat pengungsian. Tak cukupkah itu semua membangkitkan solidaritas kemanusiaan kita?
Kekejaman perang yang dilakukan Israel telah melampaui batas kewarasan berpikir manusia. Rakyat Palestina telah mengalami semua penderitaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang tidak waras yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh seekor binatang sekalipun.
Rakyat Palestina terbatasi dengan begitu ekstrim dari sumber makanan, air bersih, listrik dan obat-obatan, setelah itupun mereka diserang dengan pukulan fisik, dengan gas air mata, dengan peluru, gas pembakar tulang bahkan dengan senjata berat dan bom dan itu bukan dilakukan di medan perang saja tetapi di jalan-jalan, di tempat pengungsian, di tempat ibadah bahkan di rumah sakit pun tak luput dari aksi tanpa rasa kemanusiaan mereka.
Gerakan boikot produk-produk Israel bertujuan setidaknya dapat mendorong pelaku perdagangan nasional bahkan global untuk menghentikan penjualan produk-produk terafiliasi Israel tersebut. Sehingga akan memberikan tekanan ekonomi kepada Israel agar menghentikan kebiadaban barbarnya dan memastikan hak yang setara bagi Palestina.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa salah satu yang paling krusial dalam perang bukanlah pasukan, bukan pula mesin perang tetapi itu adalah "dana" perang. Dan yang namanya perang apalagi dalam perang modern seperti saat ini, itu membutuhkan biaya yang luar biasa besar, dan biaya besar perang yang dilakukan oleh Israel itu berasal dari kontribusi jaringan bisnis internasional yang diserukan untuk diboikot tersebut.
Menghentikan Israel yang dipimpin oleh maniak Netanyahu dan kroni-kroninya termasuk si standar ganda Joe Biden adalah pekerjaan berat, panjang dan penuh pengorbanan. Yang paling realistis untuk meredam para maniak tak waras itu adalah menghentikan aliran dana perangnya dan cara satu-satunya untuk itu adalah dengan boikot, divestasi dan sanksi atas produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengannya.
Kekhawatiran ada karyawan yang akan kehilangan pekerjaan akibat aksi boikot ini memang perlu untuk dipertimbangkan serius, tetapi itu kan tidak lantas langsung terjadi PHK tetapi tentu ada proses, dan dalam prosesnya tentu akan ada pertimbangan hak para karyawan seperti pesangon misalnya, tentu ada juga perlindungan dari negara dan tidak tertutup kemungkinan ada pengambil alihan manajemen dan operasional dari bisnis tersebut.
Pada akhirnya, hal ini mungkin tergantung pada perhitungan politik dari negara-negara yang selama ini selalu mengaungkan diri sebagai pengusung perdamaian dunia tetapi hanya diam menghadapi aksi "anjing menggonggong kafilah berlalu" yang telah diubah oleh Netanyahu dengan aksi "harimau mengaum Setanyahu tetap cueks".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H