Kekejaman perang yang dilakukan Israel telah melampaui batas kewarasan berpikir manusia. Rakyat Palestina telah mengalami semua penderitaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang tidak waras yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh seekor binatang sekalipun.
Rakyat Palestina terbatasi dengan begitu ekstrim dari sumber makanan, air bersih, listrik dan obat-obatan, setelah itupun mereka diserang dengan pukulan fisik, dengan gas air mata, dengan peluru, gas pembakar tulang bahkan dengan senjata berat dan bom dan itu bukan dilakukan di medan perang saja tetapi di jalan-jalan, di tempat pengungsian, di tempat ibadah bahkan di rumah sakit pun tak luput dari aksi tanpa rasa kemanusiaan mereka.
Gerakan boikot produk-produk Israel bertujuan setidaknya dapat mendorong pelaku perdagangan nasional bahkan global untuk menghentikan penjualan produk-produk terafiliasi Israel tersebut. Sehingga akan memberikan tekanan ekonomi kepada Israel agar menghentikan kebiadaban barbarnya dan memastikan hak yang setara bagi Palestina.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa salah satu yang paling krusial dalam perang bukanlah pasukan, bukan pula mesin perang tetapi itu adalah "dana" perang. Dan yang namanya perang apalagi dalam perang modern seperti saat ini, itu membutuhkan biaya yang luar biasa besar, dan biaya besar perang yang dilakukan oleh Israel itu berasal dari kontribusi jaringan bisnis internasional yang diserukan untuk diboikot tersebut.
Menghentikan Israel yang dipimpin oleh maniak Netanyahu dan kroni-kroninya termasuk si standar ganda Joe Biden adalah pekerjaan berat, panjang dan penuh pengorbanan. Yang paling realistis untuk meredam para maniak tak waras itu adalah menghentikan aliran dana perangnya dan cara satu-satunya untuk itu adalah dengan boikot, divestasi dan sanksi atas produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengannya.
Kekhawatiran ada karyawan yang akan kehilangan pekerjaan akibat aksi boikot ini memang perlu untuk dipertimbangkan serius, tetapi itu kan tidak lantas langsung terjadi PHK tetapi tentu ada proses, dan dalam prosesnya tentu akan ada pertimbangan hak para karyawan seperti pesangon misalnya, tentu ada juga perlindungan dari negara dan tidak tertutup kemungkinan ada pengambil alihan manajemen dan operasional dari bisnis tersebut.
Pada akhirnya, hal ini mungkin tergantung pada perhitungan politik dari negara-negara yang selama ini selalu mengaungkan diri sebagai pengusung perdamaian dunia tetapi hanya diam menghadapi aksi "anjing menggonggong kafilah berlalu" yang telah diubah oleh Netanyahu dengan aksi "harimau mengaum Setanyahu tetap cueks".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H