Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Juara US Open 2023, Coco Gauff Membius Penonton di Flushing Meadows

10 September 2023   09:55 Diperbarui: 10 September 2023   10:20 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Coco Gauff yang emosional menyambut kemenangannya. (Manu Fernandez/AP) 

Cori Dionne "Coco" Gauff langsung menangis di lapangan setelah menyelesaikan match point dengan love game, berdiam diri beberapa jenak dalam tangis bahagianya, dia lalu bangkit untuk menemui Sabalenka untuk berjabat tangan dan berpelukan di dekat kursinya.

Gauff menjabat tangan wasit kursi, masih dengan menangis tersedu-sedu, lalu langsung melintasi lapangan menuju kotak pemainnya sementara tepuk tangan terus menerus mengalir dari seluruh Stadion Arthur Ashe. Sungguh momen yang luar biasa bagi seorang remaja Amerika Serikat di final US Open 2023.

Boleh dikata siang itu Coco Gauff telah membuat sebuah keajaiban. Meski banyak orang yang tahu  betapa berbakatnya dia, tetapi tentu ada begitu banyak hambatan dalam perjalanan menuju kesuksesan, begitu banyak cara yang dapat membuat karier olahraga seseorang tergelincir terlebih di level seperti tenis Grand Slam.

Sejak memulai debutnya di level profesional empat tahun lalu, Coco Gauff telah melalui begitu banyak tantangan dari keras dan ketatnya persaingan di nomor tunggal putri, ketabahan mental dan kematangan emosinya telah teruji dan kualitas-kualitas tersebut telah membawanya hingga ke puncak.

Dalam pertandingan terbesar dalam hidupnya, final kedua di turnamen mayor setelah Prancis Terbuka 2022. Gauff yang kini menduduki ranking 6 WTA menghadapi pemain terbaik di dunia Aryna Sabalenka, Gauff berhasil memanfaatkan kualitas pengalaman singkatnya saat ia dengan cemerlang bangkit dari ketinggalan satu set untuk mengalahkan Aryna Sabalenka, dengan skor 2-6, 6-3, 6 -2.

Cori Dionne Gauff telah mencatatkan gelar Grand Slam pertamanya, pemain berusia 19 tahun ini telah menyelesaikan permainannya di lapangan keras US Open setelah tahun lalu gagal di lapangan gravel Roland Garros,  saat kalah melawan unggulan teratas turnamen tersebut, Iga Swiatek dalam pertandingan mudah yang berakhir dengan skor 6-1, 6-3.

Semangat yang selalu menyala untuk terus meraih hasil terbaik, apalagi setelah tersingkir secara menyakitkan pada putaran pertama Wimbledon. Gauff berhasil meningkatkan performanya, memenangkan ajang Washington WTA 500, meski gagal di perempatfinal Kanada Terbuka, ia kemudian memenangkan Cincinnati Master, turnamen WTA 1000, dan menutupnya dengan akhir yang diimpikan trofi Grand Slam penutup musim ini, AS Terbuka berada di tangannya.

Gauff adalah remaja Amerika ketiga yang memenangkan AS Terbuka, mengikuti jejak idolanya Serena Williams pada tahun 1999 dan Tracy Austin 1979, petenis Amerika terakhir yang menjuarai AS Terbuka adalah Sloane Stephens 2017. Gauff kini telah memenangkan 12 pertandingan berturut-turut dan 18 dari 19 pertandingan terakhirnya sejak kekalahan di babak pertama Wimbledon. Setelah ini Coco, unggulan keenam itu akan naik ke peringkat tertinggi dalam karirnya, peringkat 3 WTA.

Gauff memasuki arena dengan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum turnamen dimulai wajah Gauff terpampang di iklan, pamflet, dan angkutan umum di seluruh kota. Begitu banyak orang, baik penggemar maupun selebritas, datang hanya untuknya. Saat dia memasuki lapangan mendahului lawannya yang berperingkat lebih tinggi, penonton menyambutnya dengan tepuk tangan meriah.

Sebagai petenis muda yang sedang mencari jati dirinya Gauff sedikit berada di bawah tekanan menghadapi rentetan pukulan Sabalenka yang diarahkan ke forehandnya, Gauff berjuang dan bertahan mati-matian. Tertinggal 1-0 usai servisnya dipatahkan Sabalenka, namun Gauff membalas mematahkan servis lawan setelah Sabalenka pemain Belarusia ini banyak melakukan kesalahan.

Setelah kedua pemain saling bertukar break di game-game awal itu, Sabalenka merebut game penentu dengan membreak point di game ke-5. Di game ke-6 Gauff yang coba membalas dan sempat unggul dan membuat dua kali kesempatan untuk break point, namun Sabalenka menghasilkan pukulan forehand yang luar biasa dan sebuah ace pada dua break point tersebut sebelum memenangkan servisnya, dan terus melaju untuk memenangkan set pertama 6-2, setelah sekali lagi mematahkan servis Gauff di game ke-7.

Semangat muda Gauff menolak untuk menyerah pada kesempatan itu. Dia memulai set kedua dengan menemukan kecepatan yang lebih tinggi dengan servisnya, yang membuat penonton kembali bersemangat dan secara spontan menghujaninya dengan gemuruh sorak-sorai. Dan Gauff merespons dukungan penonton dengan permainan ngototnya mengejar bola-bola yang mustahil dan melakukan pukulan passing yang luar biasa dengan menempatkan bola ke posisi sulit di lapangan.

Setelah berbagi angka di awal set kedua, Gauff memimpin 3-1 setelah melakukan break servis di game ke-4, kedua pemainpun saling mempertahankan servisnya. Gauff melakukan servis dengan brilian. Ia menyerap kecepatan luar biasa Sabalenka, dengan penyelamatan yang semakin baik, dan set ini ditutup Coco Gauff dengan kemenangan 6-3.

Pada set penentuan, momentum sudah berada di bawah kendali Gauff. Atas dukungan begitu banyak orang yang mulai heboh, Gauff berlari dan berlari untuk mengcover lapangan sejauh yang dia mampu. Dia ada di mana-mana, memaksa dirinya berlari dari sudut ke sudut, antisipasi dan gerakannya memungkinkannya untuk mengejar setiap bola menuju.

Gauff langsung mematahkan servis pada game pembuka dan dia tidak pernah melihat ke belakang, dengan cepat ia berlari dan memukul petenis Belarusia dengan dua kali membreak servis lawannya untuk unggul 4-0. Saat Gauff leading 4-1, Sabalenka meminta waktu istirahat medis untuk cedera pada paha kirinya.  Usai istirahat medis, Sabalenka mencoba survive dengan mematahkan servis Gauff dan memperkecil ketinggalannya dengan 4-2.

Tetapi selepas itu Gauff tak tertahankan lagi, dan menutup pertandingan dengan kemenangan meyakinkan. Saat game ke-8 Sabalenka membuat tiga kesalahan sendiri untuk memberi keuntungan love-40 bagi Gauff. Dengan Triple Champions Point, Gauff hanya membutuhkan satu poin saja, dia menutup pertunjukan dengan penuh gaya dengan pukulan backhand kemenangan untuk menyelesaikan reli 11 pukulan dan Gauff telah memenangkan gelar AS Terbuka dan juga Grand Slam pertamanya.

Di awal turnamen, Gauff mengakui bahwa dia tidak menyangka akan menghasilkan musim panas yang cemerlang secepat ini, namun usaha dan kerja kerasnya serta sikap dan perspektifnya yang positif telah mewujud pada akhir laga di Arthur Ashe Stadium yang bergemuruh, Selamat Coco!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun