Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Latto-latto Permainan yang Pernah Dianggap Pembawa "Sial"

8 Januari 2023   20:26 Diperbarui: 9 Januari 2023   04:29 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ktok ktok ktok ktok, sebuah bunyi yang belakangan ini viral. Tidak pagi, siang, sore bahkan malam menjelang larutpun kadang bunyi ini masih sesekali terdengar. Bukan hanya di lingkungan rumah, di sekolah, di jalan bahkan di halaman medjidpun bunyi ktok ktok itu kerap terdengar.

Itulah suara latto-latto yang sedang viral dimainkan oleh orang-orang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Jika dibilang indah, jelas suara latto-latto tidak indah, kalau dibilang bising yah bolehlah apalagi kalau suara bunyi ini terdengar di saat saat kita butuh suasana tenang. Dan bagi sebagian anak-anak, bunyi ini ibarat misscall yang memanggil mereka untuk segera keluar bergabung dengan teman-teman yang sudah menunggu dengan latto-lattonya.

Permainan melentingkan dua 'bola' plastik yang terikat tali agar saling bertumbukan secara terus menerus ini konon katanya berasal dari Amerika yang dikenal dengan nama clacker balls atau clankers dan banyak lagi sebutan lainnya. Nah, di Indonesia sendiri permainan ini juga punya banyak nama, tetapi yang paling viral disebut dengan latto-latto.

Jika ditinjau secara bahasa, latto-latto adalah bahasa "Makassar) Bugis". Dan memang permainan ini sejak lama telah menjadi permainan anak-anak di Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Di Sulawesi ada juga yang menyebutnya katto-katto. Penamaan dengan latto-latto ini mungkin karena bunyi/suara dari permainan ini yang seperti bunyi berdetak (bahasa Makassar "latto", Bugis "detto").

Permainan anak-anak dan dewasa ini konon mulai viral di Amerika dan Eropa sejak tahun 1960-an, bahkan di suatu kota di Italia ada kejuaraan tahunan permainan clankers atau latto-latto ini.

Nah, di balik permainan ini rupanya ada bahaya yang mengancam pada pemainnya. Permainan ini punya potensi besar menyebabkan cedera serius akibat tumbukan maupun pecahnya 'bola' yang waktu dahulu itu terbuat dari kaca dan plastik mudah pecah. Oleh karena itu permainan ini kemudian dilarang diperjualbelikan di beberapa negara mengingat kerawanan cedera yang bisa ditimbulkannya.

Kalau di Amerika sana permainan ini dilarang karena potensi menimbulkan cedera serius pada pemainnya. Karena pecahnya 'bola' yang pecahannya dapat mencederai bahkan membutakan mata. Permainan ini juga dilarang di Brazil dan juga di Britania Raya dengan alasan yang hampir sama yakni permainan ini rentan menimbulkan cedera serius pada orang yang memainkannya.

Begitu pula dengan di Italia, negara yang pernah booming permainan latto-latto hingga mengadakan pertandingan kejuaraan dunia yang diikuti oleh peserta mancanegara. Permainan latto-latto dilarang di beberapa wilayah di Italia dengan alasan mengganggu dimana pers Italia menyebutnya permainan yang awalnya berupa obsesi hingga menjadi fenomena menular yang berisiko menjadi mania dan benda paling tidak berguna serta ketinggalan jaman.

Lain pula dengan di Mesir, pelarangan permainan latto-latto di sana sekitar tahun 2017 adalah berkaitan dengan hal paling konyol yakni isu politik, apa pasal? Ternyata pelarangannya bermula dari penamaan permainan ini oleh orang Mesir permainan ini disebut dengan nama "Sisi's balls" (Bolanya Sisi), yang diartikan oleh penguasa setempat mengarah pada buah zakar milik Presiden Mesir saat itu Abdel Fattah el-Sisi. Seiring dengan populernya Sisi's balls, otoritas setempat mulai menangkap para penjual dan menyita ribuan mainan tersebut hanya karena alasan konyol yang mereka anggap menyinggung pemerintah.

Nah, lain pula dengan di Sulawesi Selatan (Makassar/Bugis) permainan ini juga pernah 'ditabukan'. Di sekitar tahun 1960-an permainan latto-latto ini begitu viral di Sulawesi Selatan, mungkin seviral atau bahkan lebih viral dari saat ini.

Saat itu kebetulan merebak wabah penyakit eltor yang menjangkiti banyak warga. Nah, kejadian wabah ini oleh sebagian orang dihubungkan dengan "pemali" akibat permainan latto-latto. Latto-latto dianggap pembawa sial yang bunyinya disebut sebagai bunyi yang mendatangkan wabah eltor.

Dan, "hoaks" latto-latto pembawa wabah ini dipercaya oleh masyarakat disana, sehingga demam latto-latto pun berakhir, senyap dari suara latto-latto dan wabah eltor pun berakhir, namun tentu saja bukan karena hilangnya suara latto-latto tetapi karena penanganan yang tepat dari pemerintah untuk mengatasi wabah eltor saat itu.

Setelah sekian tahun menghilang, demam latto-latto kembali hadir di tahun 1980 - 1990-an kemudian menghilang dan kembali viral sekarang ini. Sampai kapan permainan latto-latto ini menjadi trend untuk kemudian surut belum bisa kita pastikan, namun jelasnya ini hanya trend musiman yang akan surut dengan sendirinya.

Tetapi tentu saja, saat ini tidak mungkin lagi ada "hoaks" yang menghubungkan latto-latto dengan wabah penyakit yang bisa membuat demam latto-latto berakhir. Begitupun larangan tentang bahaya latto-latto, sepertinya tidak mungkin ada, karena sepengetahuan dan pengalaman saya mengenal permainan latto-latto dari tahun 1970-an, potensi cedera itu paling banter benjol di tulang pergelangan tangan dan dijidat, itupun bisa terjadi pada pemain yang masih baru belajar bermain latto-latto, bagi yang telah mahir cedera seperti itu kemungkinannya kecil sekali. Yang melarang latto-latto sekarang ini mungkin hanya tetangga yang terganggu dengan suara latto-latto yang dimainkan disaat lagi istirahat siang atau malam he he he.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun