Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Bawah Shin Tae-yong, Belum Waktunya Indonesia Juara

7 Januari 2023   22:22 Diperbarui: 7 Januari 2023   22:41 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja, Timnas Indonesia masih belum pantas menjuarai Piala AFF 2022. Ini bukan pernyataan frustasi, sampai sejauh ini Shin Tae-yong hanya bisa memberikan harapan dengan dasar-dasar permainan yang mulai menjanjikan, tetapi itu belum cukup untuk membawa Indonesia menjadi yang terbaik di konfederasi Asia Tenggara.

Meski Piala AFF 2022 ini masih berlangsung dan Indonesia pun belum gagal, Timnas Indonesia masih punya kesempatan untuk merebut tiket final menghadapi tuan rumah Vietnam di leg kedua semifinal. Akan tetapi jika berkaca dari hasil yang didapat oleh pasukan Shin Tae-yong saat berhadapan dengan Thailand di penyisihan grup dan Vietnam di leg pertama semifinal, sepertinya mimpi menjadi juara itu harus rela kita buang.

Jika melihat permainan Thailand dan juga Vietnam, sebenarnya kedua tim ini biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa dari keduanya, bahkan boleh dikatakan tim kita masih sedikit lebih baik. Akan tetapi, bermain di kandang sendiri pun kita sulit untuk menang, why?

Saat melawan Thailand di babak penyisihan grup, kita sudah unggul gol bahkan ditambah lagi dengan unggul jumlah pemain, tetapi tetap saja pada akhirnya kita gagal menang. Begitu juga saat kontra Vietnam di leg pertama semifinal, Vietnam yang biasa-biasa saja  bisa mendominasi penguasaan bola dan kita masih belum bisa beranjak dari situasi mandulnya penyerang-penyerang kita.

Salah satu kunci untuk menang adalah penguasaan bola, meskipun "kecenderungan" strategi permainan Shin Tae-yong adalah bertahan dengan mengandalkan serangan balik, tetapi efektivitas penguasaan bola Timnas Garuda memang masih bermasalah, pemain-pemain kita begitu mudah kehilangan bola.

Masih terlihat jelas di lapangan kita banyak kehilangan bola yang tidak seharusnya dapat direbut lawan. Entah karena salah oper, salah kontrol dan juga salah antisipasi, hingga bola dengan cepat dan begitu mudah direbut lawan.   Beruntung dan harus diacungi jempol Shin Tae-yong berhasil membuat barisan pertahanan Indonesia begitu solid dimana selama ini lini pertahanan menjadi sektor yang paling riskan.

Terlepas dari kepemimpinan wasit yang "kontroversial" di laga kontra Vietnam, sebagaimana dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya pasukan Garuda masih banyak melakukan kesalahan elementer, kalau pun ada beberapa peluang tercipta dari passing-passing yang sukses, itu bisa dikatakan hanya kebetulan, selebihnya gagal walau sebenarnya tidak mesti gagal.

Jika melihat dari situasi Timnas, sepertinya orientasi kita masih asalkan "tidak kalah", ini orientasi pecundang, seharusnya orientasi dan motivasi main kita adalah "harus menang" siapapun lawan kita utamanya di level Asia Tenggara, Thailand, Malaysia apalagi Vietnam sebenarnya biasa-biasa saja.

Bersama Shin Tae-yong memang ada kemajuan besar di tubuh Timnas, akan tetapi harus pula dengan besar hati kita akui bahwa ada yang salah dengan ekspektasi kita terhadap hasil yang harus dicapai oleh Shin Tae-yong yakni membawa Indonesia menjadi yang terbaik khususnya di level Asia Tenggara.

Sudah berapa banyak pemain naturalisasi yang kita mainkan, tetapi yang namanya "mandul" selalu menjadi persoalan bagi pemain-pemain ofensif kita. Penyelesaian akhir selalu menjadi problem yang belum terselesaikan sampai sejauh ini.

Kemudian daripada itu, sepertinya tidak ada strategi "brilian" yang diterapkan oleh Shin Tae-yong untuk menajamkan tombaknya yang mandul. Gambaran yang begitu nyata dari situasi tersebut dapat kita lihat di laga terakhir kontra Vietnam, begitu banyak peluang matang yang terbuang percuma bukan hanya karena ketidak tenangan pemain tetapi karena strategi penyelesaian yang tidak tepat. Terlebih lagi kebuntuan yang dihadapi Timnas tidak direspon secara kreatif oleh pelatih, permainan tetap monoton seperti sebelumnya, dan dengan banyak kegagalan tak ada pergantian pemain, kecuali Rahmat Iriyanto yang digantikan Ricky Kambuaya karena memang cedera. Tiga pergantian pemain lainnya di menit-menit akhir injury time hanya sekadar membuang waktu saja.

Sudah saatnya PSSI move on dari eforia semu yang ditawarkan Shin Tae-yong. Tanpa mengurangi rasa hormat dan kebanggaan dari apa yang telah diberikan oleh pelatih STY, sudah pantas kiranya PSSI memberi suasana baru di Timnas merah putih, tetapi dengan catatan pelatih baru itu harus lebih baik dari Shin Tae-yong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun