Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Harga-harga Semakin Melambung, Ikat Pinggang Siapa yang Dikencangkan

26 Agustus 2022   22:11 Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:05 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lha, telur saja sudah naik sampai segitunya, komoditas yang lainnya tentu juga sama naik gila-gilaan. Belanja ke pasar untuk kebutuhan harian dengan membawa uang Rp 100.000, mohon maaf yang dibawa pulang cuma cukup untuk kasih makan kucing. 

Iya, ini betul, ikan sekilo paling murah harganya di atas Rp 50.000, ini bisa dimaklumi karena sekarang ini masih musim timur, dimana lautan sedang tidak ramah-ramahnya bagi nelayan untuk melaut.

Nah, ada lagi yang bikin geli, di sudut-sudut tertentu jalan, banyak terlihat ular besi yang memanjang di jalan. Tadinya sih sempat heran juga, tapi taunya ternyata itu bukan ular beneran, tetapi antrian kendaraan di SPBU, untuk mendapatkan si Pertalite yang sudah sombong dan jarang memperlihatkan dirinya.

Nah, kalau kita mau sabar menunggu sejenak saja, kita akan dibuat ngakak dengan ramainya sumpah serapah dari para pengantre yang sudah berjam-jam antri untuk BBM, eh belum sampai finis sudah ada teriakan bensin habis!!!, ngakak polll. Tapi kalau misalnya kita yang ada di antara pengantre itu, waduh bisa dibayangkan betapa gondoknya perasaan, sudah capek tapi tidak bisa bosan, hasilnya ternyata zonk juga, alamakkk.

Ini masalah yang sedikit serius makkk.... Ini masalah perut lapar, siapa yang bisa nunda lapar, menunggu sampai dapat duit baru bisa makan, mungkin nggak ada orang yang bisa, yang namanya lapar tak bisa dijadwal ulang, beda halnya dengan kebutuhan sandang dan juga papan, yang masih bisa dipending sampai ada kemampuan untuk pemenuhan kebutuhannya.

Nah, menyikapi kondisi begini, tentu bikin pusing delapan keliling apalagi bagi mereka yang sudah hampir dua periode ini baru sekali merasakan kenaikan gaji itupun cuma seiprit, 5%. Ada sih, banyak tips dan trik keuangan yang beredar di mediia-media, mungkin bisa kita praktikkan.

Evaluasi pos pengeluaran

Di sini kita diminta untuk mengevaluasi di mana kira-kira pos yang bisa ditekan atau bila memungkinkan, dihapuskan.

Pos pengeluaran di luar kebutuhan pokok adalah yang harus pertama kali dievaluasi. Misalnya, pos pengeluaran untuk entertain dan hobi, seperti nonton bioskop atau karaokean, pergi mancing atau main futsal dan lain-lain. Jika tidak terlalu penting dan memboroskan, bisa dikurangi atau bahkan dicoret dari daftar pos pengeluaran.

Nah, yang jadi masalah kebanyakan dari orang-orang yang kesulitan ini bukan berasal dari kelompok orang-orang yang masih sempat mikirin entertain dan hobi, jangankan melakukan, mikirin saja tidak sempat. 

Yang bisa mereka evaluasi dari pos pengeluaran yang mereka miliki, adalah pos pengeluaran dapur, bayar cicilan bank, biaya sekolah anak, biaya transportasi (BBM), listrik, air (dan sebagian ada internet), undangan pesta nikahan. Mana coba yang bisa dipangkas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun