Begitulah, utusan pun kembali menemui Daeng Rimakka raja di Binamu untuk menyampaikan pesan raja di Bontotangnga. Namun, sesuai dengan karakternya yang penuh dengan keteguhan serta memiliki keberanian yang luar biasa, I maddi Daeng Rimakka tetap pada pendiriannya.
Pasalnya bukan pada nilai penggantian dari kerbau dan kuda-kuda yang dicuri tersebut, namun ini menyangkut persoalan siri', Daeng Rimakka tak mungkin mengakui melakukan  pencurian yang memang tidak dilakukannya.
Pada akhirnya perang antara I Maddi Daeng Rimakka dengan Karaeng Bontotangnga pun pecah di perbatasan Layu di kaki bukit Romang Polong, yang menjadi ajang pembuktian tentang arti sebuah harga diri, meskipun darah dan nyawa sebagai taruhannya.
Dengan pasukan yang kalah jumlah, apalagi I Maddi Daeng Rimakka ditemani oleh orang yang terlibat dalam persekongkolan memfitnah dirinya I Rambu Daeng Rimoncong dan I Manja' Daeng Manyarrang. I Maddi Daeng Rimakka bertarung dengan gagah berani hingga menjatuhkan beberapa orang lawannya bahkan mendesak Karaeng Bontotangnga hingga harus lari menyelamatkan diri.
Namun, karena jumlah lawan yang tidak seimbang I Maddi Daeng Rimakka pun akhirnya tumbang dikeroyok oleh para pemfitnahnya Ballaco' Bontotangnga bersama I Cangkiong dari Manyumbeng serta I Pa'da dari Arungkeke.yang ikut bergabung bersama pasukan raja Bontotangnga.
Robin Hood dari tanah Turatea pun gugur demi mempertahankan martabat dan harga diri. Gugur di atas keperkasaan dan keberaniannya yang tak pernah gentar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI