Baru saja jagad berita negeri ini dihebohkan dengan kasus penganiayaan yang dialami oleh Ade Armando salah seorang yang mungkin dikenal dengan pernyataan-pernyataan atau argumentasi-argumentasinya yang menohok bagi sebagian atau mungkin juga banyak orang.
Yah, Ade Armando adalah sosok yang secara sadar telah menempatkan dirinya untuk "mengusik" keyakinan dogmatik umat Islam melalui argumentasi-argumentasi logikanya yang mempersoalkan hal-hal yang paling sakral bagi umat Islam, mulai dari masalah Shalat, ibadah haji, bacaan al Qur'an dan banyak lagi.
Dan mungkin bisa kita simpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Ade Armando inilah yang menjadi alasan atau menjadi sebab musabab kejadian dramatis dan memilukan yang dialaminya. Teraniaya secara fisik maupun secara mental dengan nyaris ditelanjangi. Apa yang dialami oleh Ade Armando ini tentulah tidak bisa ditolerir dan bahkan sangat-sangat dikutuk, baik itu dalam pandangan kemanusiaan maupun (dan apalagi) dalam pandangan Islam (ajaran agama yang kerap diusik olehnya).
Tapi jika kita melihat, terutama di jagad maya apa yang dialami oleh Bung Ade Armando ini, disamping mengundang simpati dan keprihatinan dari banyak orang, juga di lain sisi banyak pula yang mensyukuri dan menganggap apa yang dialami Ade Armando itu adalah harga dari jualan yang telah ia kerjakan.
Secara logika (walaupun ini salah) sebagian orang menganggap kejadian ini wajar saja terjadi sebagai bagian dari hukum tabur tuai, apa yang Ade Armando tabur itulah yang ia tuai. "Penghinaan"-nya terhadap Islam dirasa begitu menyakitkan dan harus dibalas dengan penghinaan pula, demikian mungkin pikiran banyak orang yang tersinggung, geram dan senewen dengan statement-statement yang tidak umum dari Bung Ade Armando.
Tapi apa memang begitukah cara Islam mengajarkan untuk menyikapi apa yang dilakukan oleh Ade Armando?
Jawabannya sederhana saja, contoh dan panutan terbaik bagi ummat Islam itu adalah perilaku Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, lalu bagaimanakah perilaku Rasulullah dalam menghadapi penghinaan?
Anjuran Nabi Shallallahu alaihi Wasallam yang senantiasa ditekankan kepada ummatnya adalah perilaku dan akhlak yang baik, bahkan pada orang yang telah melakukan hal yang paling buruk sekalipun kita tetap harus berlaku dan berbuat baik, masya Allah.
Sebagai contoh, dikisahkan dari Abdullah bin Salaam: Zaid bin Su`nah seorang pemuka agama Yahudi yang menagih pinjaman dari Rasulullah kepada Zaid bin Su'nah yang dipinjam Nabi untuk membantu orang lain dan berjanji untuk membayarnya pada tanggal tertentu. Namun, dua atau tiga hari sebelum tanggal jatuh tempo, Zaid ibn Su'nah datang menemui Nabi yang saat itu sedang bersama para sahabat di sebuah majelis didampingi oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan sejumlah sahabat lainnya. Dikisahkan saat itu Zaid bin Su'nah mendatangi Nabi dan mencengkeram dan menarik jubahnya, serta menatapnya dengan marah dan berteriak dengan lantang agar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam segera membayar utangnya.
Bisa dibayangkan seorang pemimpin yang dimuliakan dan tidak bersalah karena pembayaran yang dijanjikannya belum jatuh tempo namun diperlakukan sedemikian rupa di hadapan para pengikutnya, ini tentu satu penghinaan yang teramat besar.
Dan saat itu Umar bin Khattab langsung menghunus pedang dan bersiap akan menyerang Zaid bin Su'nah, namun beliau masih menunggu isyarat dari baginda Nabi.
Namun masya Allah, Nabi menatap Zaid bin Su'nah dengan tenang dan sabar, sambil berkata kepada Umar, "Wahai Umar! Kita tidak membutuhkan itu (kekerasan). Aku lebih membutuhkan bantuanmu untuk melunasi pinjamanku kepadanya dengan baik, dan bantuanmu untuk menghadapinya dengan sopan. Pergilah bersamanya ke Baitul Mal, dan lunasi pinjamanku kepadanya, serta beri dia tambahan 20 saa` (sekitar 44 kilogram) kurma karena engkau telah menakutinya "
Umar pun terdiam dan segera pergi membawa Zaid ibn Su'nah ke Baitul Mal untuk menerima pelunasan piutangnya, dan ditambahkannya dengan 20 saa' kurma. Zaid bin Su'nah pun menanyakan alasan dari pemberian tambahan tersebut dan Umar menjawab bahwa Nabi memerintahkan untuk memberikannya karena Umar telah menakut-nakuti Zaid.
Zaid bin Su'nah pun bertanya kepada Umar: "Apakah engkau mengenal aku, wahai Umar?"
"Tidak," kata Umar.
"Aku Zaid bin Su`nah."
"Kau Zaid bin Su'nah, pemuka agama orang Yahudi?" tanya Umar lagi.
"Ya." Jawab Zaid
"Lalu apa yang membuatmu bertingkah laku dan berbicara kepada Rasulullah seperti itu?" tanya Umar.
Zaid pun berkata: "Wahai Umar! Aku telah mengetahui semua tanda-tanda kenabian dan aku telah melihat semuanya pada wajah Muhammad, kecuali dua tanda yang tidak terlihat: Satu, bahwa kesabarannya akan mendahului kebenciannya, dan bahwa kesabarannya akan meningkat saat menghadapi kebencian yang berlebihan."
"Aku sengaja melakukan ini semua untuk mengetahui dan melihat kedua tanda itu, dan sekarang aku telah menyaksikannya sendiri. Dengarlah, wahai Umar! Aku menyatakan bahwa Allah sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku."
Umar dan Zaid kemudian kembali ke tempat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  dan Zaid bin Su'nah mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah dan para sahabat.
Begitu juga sebuah kisah, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam jika pergi ke masjid beliau melewati jalan yang merupakan satu-satunya jalan untuk menuju ke masjid. Dan setiap Nabi melewati jalan tersebut, beliau selalu mendapat hinaan juga cacian dan bahkan dilempari kotoran oleh seseorang yang teramat benci kepada Baginda Nabi.
Namun Subhanallah, Nabi tidak pernah marah apalagi membalasnya walau dengan hanya sebuah keluhan, tidak pernah!. Justru ketika suatu waktu, Nabi tidak mendapatkan hinaan dan juga lemparan saat melewati jalan menuju ke Mesjid itu, beliaupun bertanya dan merasa khawatir terhadap keadaan orang yang selalu mencaci dan melemparinya dengan kotoran.
Dan Nabi mendapatkan kabar bahwa orang tersebut sedang sakit. Â Para sahabat menyampaikan dengan senang bahwa orang yang sering menyakiti Nabi itu telah merasakan balasannya, namun sungguh Nabi tidak senang dengan kegembiraan para sahabat itu. Meski sering mendapatkan perlakuan buruk dan keji dari orang tersebut, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam justru pergi menjenguknya.
Dan akhirnya, orang tersebut merasa malu karena ternyata baginda Rasulullah yang selalu dikerjainya itu mempunyai sifat baik dan tidak mendendam sedikitpun. Perilaku akhlakul karimah Nabi inilah yang membuat Islam diterima dan menyebar luas hingga sekarang dan itu adalah contoh yang terbaik untuk kita ikuti karena itu akan membawa kedamaian bagi semua orang.
Dan banyak lagi kisah-kisah keteladanan dari baginda Rasulullah yang penuh dengan kasih sayang yang membawa kedamaian dan rahmat bagi semua, bukan saja bagi ummatnya tetapi sebagai rahmatan lil alamin.
Sungguh Rasulullah adalah sebaik-baik teladan sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an surat Al Ahzab ayat 21:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H