Ketika waktu kita masih kecil, saat melihat ke langit yang ada di benak kita adalah bahwa di atas sana hanya ada tuhan dan malaikat-malaikatnya, atau mungkin juga ada yang membayangkan di atas sana ada mahluk ruang angkasa yang disebut UFO.
Ruang kosmis bagi kita saat masih kanak-kanak adalah ruang yang rahasia, tidak ada manusia dan aktifitas manusia disana, yang ada hanya kehampaan dan benda-benda angkasa dengan tak satupun benda-benda yang berasal dari bumi.
Ruang kosmis dengan segala rahasianya hanya coba dijangkau oleh ilmuwan-ilmuwan, itupun dahulu hanya Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berlomba mengeksplorasi ruang angkasa dengan proyek Apollo dan Soyuz mereka.
Selain itu bayangan tentang ruang angkasa hanya bisa kita dapatkan dari film-film fiksi angkasa luar, film seperti Star Trek, A Space Odysey, Star Wars atau yang agak baru Gravity dan The Martian, semuanya membawa imajinasi kita melayang membayangkan kemisteriusan angkasa luar.
Tetapi sekarang ini, kesenyapan dan kesunyian ruang kosmis tidak lagi seperti dahulu, manusia dan aktifitas manusia ternyata sudah ada di angkasa luar yang jauh disana. Benda-benda buatan manusia sudah banyak beredar di orbit ruang angkasa.
Baru-baru ini di akhir Desember lalu, China mengajukan komplain dan menuduh Ameria Serikat mengabaikan hukum luar angkasa internasional dan mendesak Washington untuk bertindak secara bertanggungjawab atas insiden nyaris terjadinya dua tabrakan di tahun 2021 lalu antara stasiun orbit baru Beijing dan satelit yang diluncurkan oleh perusahaan eksplorasi SpaceX milik Elon Musk.
Dikutip dari BBC, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kepada wartawan.
"AS harus mengambil tindakan segera untuk mencegah insiden seperti itu berulang, dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan astronot di orbit dan pengoperasian fasilitas ruang angkasa yang aman dan stabil." Demikian kata sang juru bicara Kementerian Luar Negeri China
Satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX melakukan pertemuan dekat dengan stasiun luar angkasa China pada bulan Juli dan Oktober, padahal astronot China sedang bekerja di stasiun ruang angkasa itu. Insiden ini membuat para astronot harus melakukan manuver stasiun untuk menghindari tabrakan dalam kedua insiden tersebut.
Jika dahulu perseteruan menguasai ruang angkasa hanya melibatkan Amerika dengan Soviet, kini banyak negara termasuk China yang cukup serius ikut berlomba untuk melakukan hal yang sama bahkan tidak saja atas nama negara, tetapi pihak swasta seperti Starlink milik Elon Musk juga ikut berlomba menjelajah ruang angkasa.
Peran China sendiri dalam aktifitas ruang angkasanya, hampir tidak memiliki rekam jejak yang sempurna dalam hal keamanan ruang angkasa. Pada tahun 2007, dalam sebuah eksperimen Beijing menghancurkan salah satu satelitnya sendiri dengan rudal balistik.Â
Eksperimen senjata anti-satelit itu menciptakan sejumlah besar puing-puing luar angkasa, yang menurut perkiraan US Space Force atau Angkatan Luar Angkasa AS ada sekitar 3.000 keping puing-puing yang masih mengorbit Bumi dan menimbulkan bahaya.
Kekhawatiran China atas SpaceX sesungguhnya menunjukkan betapa pentingnya ruang angkasa dalam persaingan China-USA.Â
Banyak analis militer memperkirakan bahwa di masa depan akan terjadi konflik kepentingan antara kedua kekuatan ini. Dimana antara kedua belah pihak akan terlibat konflik tajam yang bertujuan untuk menghancurkan atau mengganggu sistem komunikasi satelit lawan untuk menghambat penentuan posisi, navigasi, dan waktu aset militer mereka.
Bagi Beijing proyek Starlink milik Elon Musk ini, bukan sekedar proyek bisnis Elon Musk, tetapi sebagai bagian dari strategi ruang angkasa Amerika Serikat.
Diketahui bahwa Proyek Starlink bertujuan untuk menyediakan akses internet global melalui jaringan satelit yang luas di orbit Bumi yang rendah. Dengan jaringan satelit di orbit, informasi dapat berjalan "jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan kabel serat optik dan juga dapat menjangkau lebih banyak orang dan tempat melalui ruang hampa udara," tulis perusahaan milik Elon Musk itu di situs webnya.
SpaceX mengirim batch pertama satelit Starlink ke orbit pada Mei 2019 dan sekarang mereka memiliki lebih dari 1.600 unit satelit yang berfungsi di jaringannya. Komisi Komunikasi Federal AS telah memberikan izin kepada SpaceX untuk meluncurkan sekitar 12.000 unit satelit, tetapi pihak perusahaan itu mengatakan mereka ingin memiliki hingga 42.000 unit satelit di orbit Bumi hingga pada pertengahan 2027 nanti.
Satelit Starlink bertanggung jawab atas sekitar 1.600 pertemuan jarak dekat antara dua pesawat ruang angkasa setiap minggu, yang menyumbang hampir setengah dari semua insiden tersebut, kata Hugh Lewis, ahli puing-puing ruang angkasa di University of Southampton di Inggris.
Ruang angkasa saat ini bukanlah tempat paling aman bagi Bumi, ruang angkasa kini perlahan akan menuju ruang yang vital untuk diperebutkan oleh negara-negara dengan kemampuan tekhnologi dan juga kemampuan finansial lebih.
Mungkin, tidak lama lagi anak-anak atau cucu-cucu kita akan memandang langit malam dengan terkesima, melihat ruang angkasa dipenuhi oleh manuver-manuver kendaraan ruang angkasa atau bahkan mungkin peperangan laksana film star wars.
Yang jelas, sekarang ini ruang angkasa bukan lagi ruang kosong, bukan lagi ruang tanpa status tetapi ruang yang akan mengendalikan lalulintas informasi dan bahkan hajat hidup orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H