Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea vs MU, Big Match yang Anti Klimaks

29 November 2021   22:57 Diperbarui: 29 November 2021   23:01 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laga Chelsea kontra Manchester United seharusnya menjadi laga big match di pekan ke-13 liga premier, laga yang harusnya sarat gengsi dan tentunya harus penuh dengan aksi-aksi memukau dan menghibur. Tapi sayangnya laga tersebut berakhir anti klimaks, miskin skema penyelesaian yang menjadi ekspektasi penonton di Stamford Bridge.

Man. United mungkin memiliki minggu yang baik dalam hal hasil, tetapi dalam hal penampilan dan pengaturan tidak seperti yang biasa dilakukan oleh pendukung Setan Merah di bawah Sir Alex Ferguson atau bahkan saat masih di bawah Ole Gunnar Solkjaer.

Demikian pula dengan The Blues Chelsea, hasil draw 1-1 ini tentu sangat disayangkan, dimana dominasi mereka sepanjang pertandingan tidak mampu mereka maksimalkan dengan meraih angka penuh di kandang sendiri.

Secara statistik laga The Blues kontra The Red Devils, berjalan timpang dengan penguasaan bola dikuasai oleh tuan rumah 66%, sejak kick off babak pertama Chelsea terus membombardir pertahanan MU, terutama dari sektor kiri penyerangan dengan 10 percobaan dan 4 yang on target, dibanding dengan Man. United yang hanya punya satu kali kesempatan percobaan yang itupun jauh dari sasaran.

Carrick memainkan pola dengan tiga gelandang bertahan sentral Fred, Scott McTominay dan Nemanja Matic, inilah yang menjadi jalan buntu bagi United yang kalah di lapangan tengah, alur bola ke depan terputus di tengah, dan saat tim Thomas Tuchel mengoper bola dengan presisi, United dibiarkan mengejar bayangan. 

Bagi Chelsea sendiri penguasaan lapangan tengah menjadi mentah dengan buruknya penyelesaian akhir mereka, mungkin mereka kehabisan peluru sehingga penyelesaian Hakim Ziyech, Hudson Odoi dan Timo Werner semuanya gagal menemui sasaran.

Di babak kedua, Setan Merah masih dengan pola yang sama. Perubahan pola serang dari Chelsea di babak kedua ini, serangan kali ini berpindah lebih banyak dari sisi kanan. 

Statistik permainan di babak kedua masih dikuasai oleh Chelsea dengan 14 percobaan dan 2 yang on target, sementara MU ada sedikit peningkatan dengan 2 percobaan yang kedua-duanya on target.

MU yang tampil dalam pendekatan yang berfokus pada upaya untuk menutup peluang tuan rumah dan kemudian melakukan serangan balik; sebuah rencana yang tampaknya berhasil bagi mereka saat serangan balik cepat yang berawal dari sapuan bola ke depan yang gagal dikontrol dengan baik oleh Jorginho, Blunder Jorginho ini langsung dimanfaatkan oleh Jadon Sancho yang lolos bersama Marcus Rashford hingga berhadapan dengan penjaga gawang Edouard Mendy, penyelesaian tenang Sancho membuat penonton di Stamford Bridge terdiam di menit ke-50.

Merayakan golnya, Sancho berlari untuk merayakannya dengan para pendukung tim tandang di Shed End,
Sebuah momen melegakan bagi pemain internasional Inggris, ini gol pertamanya di Liga Premier, dan yang penting bagi tim dan dirinya pada saat itu.

Skema bertahan yang kurang mengasyikkan dari MU ini hampir saja sukses, sampai Aaron Wan-Bissaka memberikan penalti pada menit ke-69, karena pelanggaran yang dilakukannya terhadap Thiago Silva, yang dieksekusi dengan sempurna oleh Jorginho, membayar blundernya atas gol yang dicetak Sancho.

Saat peluit akhir dibunyikan, Cristiano Ronaldo yang baru masuk di menit ke-64 menggantikan Jadon Sancho, langsung keluar lapangan berjalan lurus ke bawah terowongan.

Tidak ada jabat tangan, tidak ada pengakuan dari para penggemar dan tidak ada tepukan di punggung untuk rekan satu timnya.
Ini menjadi tampilan yang mengundang tanya dari pemain internasional Portugal itu, kemungkinan ini disebabkan oleh rasa frustrasi bahwa Carrick telah memutuskan untuk tidak memainkannya sejak awal dalam pertandingan yang begitu besar ini.

Carrick bersikeras bahwa "tidak ada drama" dalam meninggalkan Ronaldo, tetapi setiap keputusan yang melibatkan pemain berusia 36 tahun itu membawa pengawasan besar, dan keputusan semacam itu adalah sesuatu yang mungkin harus dia biasakan.

Semua orang telah melihat dan tahu dampak yang bisa dilakukan Ronaldo pada permainan MU musim ini, tetapi satu hal yang bukan dia adalah "pemain tim". Ronaldo adalah seorang individu yang dapat memberikan momen-momen brilian dan itu tidak cocok dengan gaya yang diterapkan oleh Carrick, Solkjaer dan bahkan mungkin Rangnick nantinya pada tim ini.

Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Ronaldo akan cocok dengan apa yang diharapkan menjadi permainan menekan berintensitas tinggi ketika Rangnick tiba; salah satu yang tidak sesuai dengan gaya pemenang Ballon d'Or lima kali, dan bahkan ada beberapa - termasuk Gary Neville - yang merenungkan apakah keputusan untuk meninggalkan Ronaldo mungkin akan dibuat oleh Rangnick.

Bagi Chelsea, laga ini menjadi pelajaran betapa lini depan mereka masih butuh sentuhan lebih, untuk meningkatkan ketajaman penyerang-penyerang mereka, Timo Werner yang kehilangan sentuhan mautnya harus dimaksimalkan saat Romelu Lukaku tidak bisa tampil.

Sekali lagi secara hasil, laga kedua tim ini yang berakhir imbang 1-1, adalah hasil yang paling adil dengan segala kelebihan dan kekurangan kedua kesebelasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun